Social Icons

Pages

Sabtu, 13 Juni 2009

Akhy,Tarbiyah yuk...

Tarbiyah adalah menumbuhkan sesuatu dari suatu kondisi ke kondisi lain sampai kepada kesempurnaan. (ar Raghib al Ashfahani dalam mufradatnya)

Tarbiyah juga dapat diartikan dengan menyampaikan atau mengantarkan sesuatu pada kesempurnaan selangkah demi selangkah. (Imam al Baydhowy dalam kitab Anwaarut Tanzil) sehingga tarbiyah kepada nilai-nilai Islam yang menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan dapat membentuk pribadi muslim yang memiliki sifat-sifat yang unggul baik bagi diri sendiri, orang lain, dan khususnya dapat memperjuangkan dien Islam.
Tarbiyah adalah sunnah para Nabi dan Rasul, Allah berfirman;
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata, Dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. dan Dia-lah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(al Jumu’ah:2-3)
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia Berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." akan tetapi (Dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, Karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.(Ali Imran:79)
Dengan tarbiyah, semangat akan senantiasa berkobar, kekuatan akan terhimpun serta akal akan menjadi cemerlang. Tidaklah mengherankan bahwa pada generasi sahabat, Islam mencapai puncak kejayaannya karena mereka telah ditarbiyah lansung oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Akhifillah, Kita semua tengah hidup dalam corak hidup jahiliyah. Banyaknya fenomena dalam hidup beragama khususnya dalam agama Islam, telah mengubah opini orang tua tentang Islam itu sendiri. Mereka beranggapan bahwa konsisten dalam agama hanyalah menimbulkan masalah. Dengan pemahaman inilah para remaja dididik. Mereka dijauhkan dari dien islam. Agama mereka sendiri. Akhirnya mereka keluar sebagai buah yang pahit dalam masyarakat. Seperti pohon yang tumbuh dalam perawatan yang salah. Pohon itu tumbuh sebagai pohon yang lemah dan buahnya pun tak dapat dimanfaatkan. Allah memberikan permisalan dengan pohon yang tumbuh dalam tarbiyah yang benar dalam firmanNya;
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah Telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya…”(Ibrahim:24-25)
• Murabbi(yang mentarbiyah) haruslah tertarbiyah(profesional)
Seorang petani profesional akan merawat tanamannya dari rumput pengganggu, ia akan membasmi hama dan penyakitnya. Demikianlah seorang pendidik harus membersihkan dirinya dari segala kebiasaan buruk dalam masyarakat. Ia akan tanggap dan waspada dengan para penyeru maksiat. Hendaklah ia membenahi dirinya sebelum ia menebarkan benih-benihnya. Ia harus menanamnya dalam lahan yang subur. Hendaklah ia menyibukkan diri dengan amal kebaikan, kesibukan-kesibukan akhirat yang akan menjadi tameng dari syahwat dan syubhat. Itulah profil pendidik untuk dunia dan akhirat yang bahagia.
Sebaik-baik pendidik adalah yang konsisiten dengan al-Qur’an dan as Sunnah yang tercermin lewat akhlak dan amalan-amalannya yang shalih. Cerdas dalam mendeteksi penyakit hati serta berpengalaman dalam mengobatinya, remaja yang tumbuh dari tarbiyah yang baik akan menjadi buah yang segar nan ranum. Ia bermanfaat bagi diri dan masyarakat sekitarnya.
Allah telah mewanti-wanti para orang tua untuk mentarbiyah anak-anaknya. Karena pada umumnya baik dan buruknya remaja kita adalah hasil dari tarbiyah orang tua.
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(at tahriim:6)
Ibnu Abbas berkata tentang tafsir ayat ini;”yaitu;ajari mereka adab dan bekali mereka dengan ilmu”.
Jadi orang tua seharusnya bisa menjadi seorang murabbi yang baik buat anak-anaknya. karena menjaga diri dan keluarga dari api neraka takkan terwujud kecuali dengan meninggalkan maksiat, mengerjakan ketaatan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah menjelaskan tentang pentingnya tarbiyah karena ia sangat berpengaruh dalam pembentukan jiwa remaja. Beliau bersabda;”setiap anak yang dilahirkan, lahir dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya yahudi atau nashrani atau majusi….”(Muttafaqu ‘Alaihi,Bukhari:1358, Muslim:2658)
Hadits ini sesuai dengan firman Allah dalam surah ar Rum ayat 30:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Tarbiyah remaja adalah kewajiban yang sangat mulia. Namun, sangat disayangkan kaum muslimin mengacuhkan masalah ini. Orang tua memahami bahwa kewajibannya hanyalah memberikan nafkah kepada keluarga. Padahal ada kewajiban dan hak yang akan diminta oleh anak kepada orang tuanya di hari kiam,at. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda;”setiap dari kalian adalah pemimpin dan kalian akan ditanya tentng yang dipimpinnya, iamam adalah pemimpin dan ditanyakan tentang pengikutnya, dan suami adalah pemimpin bagi keluarganya dan ditanyakan tentangnya…”(muttafaqu alaihi,Bukhari:893, Muslim:1829)
Orang tua adalah pemegang andil dalam tarbiyah anak-anaknya. Kerusakan remaja kita adalah kurangnya pendidikan tentang kewajiban-kewajiban dan sunnah-sunnah dalam Islam. Mereka membiarkan anaknya dalam pergaulan bebas. Anak-anak pun tumbuh menjadi remaja yang tidak jelas tujuan hidupnya dan tidak bisa bermanfaat bagi orang tua dan masyarakat. Sesuai kaidah; kamaa tadiinu tudaanu, dikhawatirkan anak tersebut akan berkata; wahai ayahku sesunggunya kamu telah mendurhakaiku di masa kecilku, maka aku mendurhakaimu ketika aku dewasa. Kamu menelantarkanku ketika lahir, maka kau pun kutelantarkan dalam usia tuamu”. Tentunya hal ini tidak kita harapkan. Sekali lagi tarbiyah anak adalah hak anak yang wajib dipenuhi. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda;”sesungguhnya Allah menanyakan setiap pemimpin terhadap yang dipimpinnya, apakah ia menjaganya atau menelantarkannya hingga seorang suami akan ditanyakan tentang keluarganya”(Ibnu Hibban:4493, dishahihkan oleh al Albani/1636 dalam kitab ash shahihah)
• dakwah dan tarbiyah, di antara pilar menuju istiqamah
Akhifillah, dengan dakwah dan tarbiyah kamu akan terpacu untuk menjadi qudwah di medan dakwah. Karena pada umumnya, manusia tidak mudah untuk terpengaruh dengan perkataan saja. Ketika seorang da’I menampakkan akhlak yang mulia, objek dakwah akan mudah menerimanya. Hendaklah seorang da’I takut dengan firman Allah;
Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.(ash Shaaf:2-3)
Saya sudah menyaksikan keadaan saudara kita yang awalnya hanya bermodalkan semangat mengikuti ta'lim, sambil mencela dan menuduh mubtadi'(pelaku bid’ah) orang yang tetap mengikuti tarbiyah. Akhirnya di antara mereka, ada yang berguguran di medan dakwah. Dunia menjadi sebab kebanyakan semangat itu akhirnya luntur dan luluh.
mari kita perhatikan point-point penting berikut ini;
1. Konsep tarbiyah
hafalan-hafalan yang nantinya akan disampaikan kepada mad'u. beda dengan ta'lim, hanya mendengar to' (mustami' faqath)
2. tarbiyah bid'ah?
mereka yang membid'ahkan tarbiyah sama dengan yang membid'ahkan kuliah. Nah!
3. tentang mesti ada absent,
sebenarnya ini hanyalah perkara teknis, tapi sering dipersoalkan. Perhatikanlah majelis para tabi'in. Sa'id ibn Musayyab, pemimpin Tabi’in. Suatu kali pernah menanyakan muridnya yang paling pandai, Katsir ibn Abi Wada'ah,tentang ketidakhadirannya dalam majelis ilmu Sa'id ibn Musayyab. Tiga hari berturut-turut sang murid tidak menghadiri majelis, selama itu pula sang guru menanyakan keadaan sang murid kesayangan. Lalu, bukankah ini bagian dari pengabsenan? Kecuali kalau mata kedengkian yang bicara, maka tidak satupun akan dinilai kebenaran dan kebaikan oleh sang pemilik mata itu.
4. jenjang (marhalah).
Tidak adaji bedanya dengan semester I, semester II, dst. Bagaimana tanggapan antum, Seorang siswa kelas I SD, yang keras kepala mau belajar di kelas III. Apakah salah jika guru kelas III-nya melarang sang siswa yang keras kepala ini masuk ke ruang kelas III itu?

1 komentar: