Social Icons

Pages

Sabtu, 13 Juni 2009

Cintailah Sahabat Rasulullah...

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam wafat pada waktu dhuha tepatnya pada hari senin tanggal 12 Rabi’ul awal tahun 11 Hijriah sedangkan umur Beliau 63 tahun 4 hari, pada hari itu

kaum muhajirin dan anshar saling berselisih dan berdebat masalah khilafah. Walhasil mereka sepakat bahwa Abu Bakr adalah yang berhak untuk dibaiat menjadi khalifah atas isyarat dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebelum Beliau wafat. Diantara isyarat tersebut adalah;
• Dari ‘Aaisyah Beliau berkata;”sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkata ketika Beliau sakit;”suruhlah kalian Abu Bakar sebagai imam”(Bukhari/678)
• Dari Jubair bin Muth’im Beliau berkata;”seorang perempuan mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kemudian Beliau menyuruhnya untuk(an tarji’a ilaihi)=datang kepadanya, perempuan itu berkata;”bagaimana menurutmu jika saya datang dan tidak mendapatimu?-sepertinya yang ia maksudkan adalah kematian- Beliau berkata;”jika kamu tidak menemukanku, maka datangilah Abu bakr”.(Bukhari/3659)
• Dari ‘Aaisyah Beliau berkata;”berkata kepadaku Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ketika Beliau sakit;”panggilkan untukku Abu Bakr dan saudaramu agar aku menulis suatu ketetapan(hattaa aktubu kitaaban) karena sesungguhnya saya khawatir seseorang berangan-angan dan berkata(yatamannaa mutamannin wa yaquulu qaa-il); saya lebih utama, dan Allah dan orang-orang mukmin menolak kecuali Abu bakr”(Muslim/Fadhoo-ilush shohaabah/11)
Beliau adalah Abdullah bin ‘Utsman bin ‘Aamir bin ‘Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taimim bin Marrah bin Ka’ab bin Luai bin Ghaalib bin Fahr dan Fahr berasal dari kabilah quraisy. Beliau menjabat sebagai khalifah selama 2 tahun tiga bulan yaitu pada tahun 11 sampai 13 Hijriah. Sepeninggal khalifah Abu Bakr, umat Islam membaiat Umar bin al Khatthab. Abu Bakr melihat bahwa Umarlah yang paling pantas memegang khilafah. Sehingga Beliau menyerahkan kekhalifahan Umar bin al Khatthab secara jelas. Namanya adalah Umar bin al Khatthab bin Nufail bin Abdil ‘Izzy bin Riyaah bin Abdillahi bin Qarth bin Razzaah bin ‘Adyi bin Ka’ab bin Luai bin Ghaalib bin Fahr. Beliau menjabat sebagai khalifah pada tahun 13 sampai 23 Hijriah. Beliau meninggal karena dibunuh oleh Abu Lu’luh al Majuusy. Imam al Bukhari menyebutkan kisah yang panjang tentang pembunuhan Umar –semoga Allah meridhoinya- sampai dikatakan kepada Umar sebelum Beliau meninggal; wahai amirul mukminin pilihlah penggantimu sebagai khalifah!. Beliau berkata;”saya tidak mendapatkan yang lebih berhak atas masalah ini dari mereka yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam wafat dan Beliau Ridho terhadap mereka. Lalu beliau menyebutkan nama Ali, Utsman, az Zubair, Thalhah, Sa’ad, dan Abdurrahman bin ‘Auf”. Setelah itu para sahabat yang disebutkan namanya oleh Umar berkumpul, lalu Abdurrahman bin ‘Auf berkata;”hendaklah tiga orang diantara kalian memilih. Maka berkata az Zubair;”saya menjatuhkan pilihanku pada Ali, berkata Thalhah;”saya menjatuhkan pilihanku pada Utsman, dan berkata Sa’ad;”saya menjatuhkan pilihanku pada Abdurrahman bin ‘Auf”. Jadi yang tinggal adalah Ali bin Abi Thalib, Utsman bin ‘Affan, dan Abdurrahman bin ‘Auf. Lalu Abdurrahman berkata kepada Ali dan Utsman;”siapakah diantara kalian yang ingin mengundurkan diri dari pemilihan ini sehingga kami menetapkannya sebagai terpilih. Dan hendaklah dari yang paling afdhol diantara kalian. Maka keduanya pun terdiam. Abdurrahman berkata lagi;”apakah kalian hendak melimpahkan khilafah padaku? Demi Allah Aku bukanlah yang paling afdhol diantara kalian”. Keduanya berkata;”Ya” (lihat Shahih Bukhari, kitab;keutamaan-keutamaan sahabat, bab; kisah baiat/3700) Walhasil Utsman pun terpilih, Abdurrahman membaiatnya lalu diikuti oleh Ali dan kaum muslimin. Dalam riwayat yang shahih dalam shahih Bukhari dikatakan bahwa selama 3 hari sebelum kejadian itu, Abdurrahman bin ‘Auf telah menanyakannya kepada para muhajirin dan anshar. Sehingga Beliau berkata;”demi Allah aku tidak meninggalkan satu rumah pun dari rumah para Muhajirin dan anshar kecuali aku bertanya kepada mereka dan tidaklah aku mendapati jawaban dari mereka kecuali mereka menjatuhkan pilihannya kepada Utsman saja”.(lihat Shahih Bukhari kitab;hukum-hukum, bab;bagaimana rakyat memilih seorang Imam/7207) Beliau bernama Utsman bin Affan bin Aby al ‘Aash bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi Manaaf. Nasab keturunannya bertemu dengan nasab Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dari jalan Abdi Manaaf. Ibunya adalah Urwa binti kuraiz bin Rabi’ah dan neneknya adalah Ummu Hakiim binti Abdil Mutthalib(bibi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam). Beliau menjabat sebagai khalifah selama 12 tahun dan umur beliau pada saat itu 70 tahun dan Beliau terbunuh pada saat beliau berumur 82 tahun. Dan fitnah pun terjadi pada akhir pemerintahan Beliau.
• Sebab-sebab terjadinya fitnah;
1. Masalah jabatan
Fitnah dipelopori oleh seorang yahudi yang bernama Abdullah bin Saba’. Ia adalah orang yaman yang beragama yahudi. Ia masuk Islam dan menganut pemahaman syi’ah yaitu mengkultuskan Ali bin Abi Thalib. Ia adalah cikal bakal golongan as Sabaiyyah yang menuhankan Ali –semoga Allah meridhoinya-. Mereka datang kepada Ali bin Abi Thalib dan berkata kepada Beliau;”kamu adalah dia, Ali berkata;”dan siapakah dia? Mereka berkata;”kamu adalah Allah”. Maka Allah menyuruh budaknya yang bernama Qanbar untuk menggali lubang yang besar dan menyalakan api di dalamnya. Beliau berkata;”
Tatkala aku melihat bahwa urusan telah menjadi kemungkaran Kunyalakan Apiku dan kupanggil Qanbar
(Shahih Bukhari, kitab taubatnya orang-orang murtad, bab dosa orang yang berbuat syirik/6922)
Lalu Ali berkata;”barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan ini, maka aku akan membakarnya dengan api, maka Beliau membakar mereka dalam jumlah yang banyak dan sebagian dari mereka melarikan diri dan diantaranya adalah Abdullah bin Saba’ dan dikatakan bahwasanya dia dibunuh. Wallahu A’lam.
Abdullahi bin Saba’ menampakkan sebagian aqidah(kepercayaan) yahudi pada tubuh umat Islam. Diantaranya adalah bahwasanya kepemimpinan(khilafah) hanya berhak pada ahlul bait.
Ia menyebarkan pemahaman-pemahamannya kepada orang arab badui(awam). Ia menyebarkan kedustaan yang mengacu pada tuduhan-tuduhan dusta terhadap khalifah Utsman. Orang awam pun mempercayai begitu saja kebohongannya karena kurangnya alat perhubungan pada saat itu.
2. Umat yang cinta harta dan kesenangan hidup
Hasan al Bashri berkata;”sangat sedikit hari yang datang kepada manusia kecuali mereka berbagi harta di dalamnya. Hingga diantara mereka ada yang memanggil yang lain;”hai hamba Allah semuanya, kemarilah! Ambillah bagian kalian dari (hasil)madu, hai hamba Allah semuanya, kemarilah! Ambillah bagian kalian dari harta”.(lihat Tahqiiqu mawaaqifu as Shahaabah fi al Fitnah. 1/363)
Hal tersebut terjadi karena jihad pada zaman Utsman diwarnai oleh kesenangan terhadap harta, manusia tamak dan tidak bersyukur.
3. Perbedaan antara pemerintahan Utsman dengan pemerintahan sebelumnya pada zaman Umar
Umar –semoga Allah meridhoinya- dikenal sebagai pemimpin yang keras dan tegas sedangkan Utsman dikenal sebagai pemimpin yang lembut dan penyayang. Namun Beliau tidak lemah sebagaimana sangkaan banyak manusia. Bahkan Beliau adalah orang yang halim(santun). Oleh sebab itulah, ketika mereka(orang yang membenci Beliau) mengepung rumahnya, Beliau berkata;”apakah kalian tahu apa yang membuat kalian lancang terhadapku? Tidaklah kalian lancang kepadaku melainkan karena kesantunanku.”(lihat Tahqiiqu mawaaqifu as Shahaabah fi al Fitnah 360/1)
4. sebagian kabilah yang keberatan dengan pengutamaan kabilah Quraisy sebagai khalifah.
Kabilah-kabilah arab yang masuk Islam dan khususnya sebagian pemuda yang murtad dari agama Allah Tabaaraka Wata’ala, lalu mereka kembali dan memerangi Islam. Setelah mereka kalah, diantara mereka ada yang kembali dengan pasrah sebagian lagi ada yang tidak menerimanya dan ada pula yang kembali namun dengan kebencian dalam hatinya. Merekalah yang mempermasalahkan kaum Quraiy yang selalu terpilih menjadi pemimpin. Kenapa tampuk pemerintahan dipegang oleh Quraisy?....”(lihat Tahqiiqu mawaaqifu as Shahaabah fi al Fitnah 1/365) setelah mereka melihat kepemimpinan Utsman yang tidak keras, mereka pun mengambil kesempatan tersebut untuk melampiaskan kebenciannya.
• Terbunuhnya Utsman bin Affan –semoga Allah meridhoinya-
Setelah berita dusta tentang Utsman bin Affan menyebar dan memancing emosi masyarakat awam dari daerah Bashrah, Kufah dan para orang awam dari kalangan aughaad(budak) yang datang dari Mesir. Mereka semua datang ke Madinah pada tahun 35 Hijriah. Mereka memberikan kesan bahwa mereka hendak menunaikan ibadah Haji padahal mereka mempunyai maksud terselubung yaitu untuk Utsman-semoga Allah meridhoinya-.jumlah mereka tidak kurang dari 2000 dan tidak lebih dari 6000 orang.
Mereka masuk Madinah dan mengepung rumah Utsman. Mereka menyuruh Beliau untuk menurunkan jabatannya sebagai khalifah. Kejadian ini berlansung pada akhir bulan Dzul Qa’dah sampai hari ke 18 dari bulan Dul Hijjah. Pada hari itulah Utsman –semoga Allah meridhoinya- dibunuh. Ketika Utsman dikepung di rumahnya, Beliau dilarang untuk shalat bahkan dilarang dari memanfaatkan air. Melihat kejadian itu, sebagian sahabat masuk kerumahnya untuk menolongnya. Mereka adalah;Hasan bin Ali, Husain bin Ali, Abdullah bin Zubair, Abu Hurairah, Muhammad bin Thalhah bin Ubaidillah, Abdullah bin Umar. Mereka semua telah menghunus pedangnya di hadapan para penentang Utsman. Akan tetapi Utsman memerintahkan mereka untuk tidak membunuh. Bahkan dalam riwayat yang lain dikatakan bahwa anak-anak para sahabat yang datang untuk menolong Utsman jumlahnya lebih dari 700. namun jumlah itu tidak berimbang dengan jumlah para penentang tersebut dimana dikatakan bahwa jumlahnya.paling sedikit 2000 orang.
Setelah mereka mengepung Utsman, mereka pun menerobos masuk kedalam rumah dan mereka pun membunuh Beliau –semoga Allah meridhoinya- dalam keadaan Beliau meletakkan mushaf dihadapannya. Dikatakan kepada Hasan al Bashry (Beliau telah hidup saat itu karena ia adalah diantara pembesar tabi’in). apakah yang membunuh Utsman salah seorang dari orang Muhajirin atau anshar? Beliau berkata; mereka adalah a’laajan(orang kafir dari kalangan ‘ajam) yang datang dari negeri mesir.(lihat Taariikh Khaliifah/176)
Tidak diketahui secara pasti tentang siapa yang membunuh Utsman. Karena yang masuk membunuh Beliau adalah rombongan yang banyak. Namun, para pemimpin pembunuhan itu adalah; Kinaanah bin Bisyr, Ruumaan al yamaany, dan seorang yang dipanggil dengan sebutan Jablah, Suudaan bin Himraan, seorang laki-laki yang digelari dengan al Maut al Aswad dari kaum Bani Suduus dan Malik bin al Asytar an Nakh’iy. Merekalah pemimpin terjadinya fitnah pada khalifah Utsman-semoga Allah meridhoinya-.(lihat Hiqbah min at Taariikh/64-67)
• Bagaimana Utsman bisa terbunuh dan tidak seorang pun sahabat yang menolongnya?
1. sebab pertama; karena Utsman memerintahkan kepada para sahabat yang ada pada saat itu untuk mensarungkan pedang-pedangnya dan melarang mereka untuk membunuh. Beliau menerima ketentuan dan takdir Allah. Dan ini menunujukkan tentang keberanian dan sifat penyayang Beliau kepada Umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Beliau melihat bahwa para penentang Beliau berasal dari masyarakat awam yang akan banyak merusak. Jika para sahabat membunuh mereka, maka dampak negatif yang ditimbulkan sangat besar dibanding terbunuhnya satu orang yaitu Beliau. Dan jika sahabat banyak yang terbunuh, dapat memicu masalah yang lebih besar. Jadi Beliau melihat maslahat(nilai positif) jika Beliau yang terbunuh dan Beliau ingin menjaga kemuliaan kota Madinah.
2. sebab kedua; karena jumlah sahabat tidak sebanding dengan jumlah mereka. Dan para sahabat tersebar di 4 tempat yaitu;
-di Makkah, karena saat itu musim haji dan banyak sahabat yang menunaikan haji. Utsman juga menyuruh Abdullah bin Abbas untuk berhaji.
-di luar kota Makkah, sebagian sahabat tinggal di kufah, Bashrah, Mesir, Syam dan negeri yang lain.
-di medan jihad, sebagian sahabat sedang berjihad.
-di madinah, namun jumlahnya tidak berimbang dengan jumlah mereka.
3. sebab ketiga; para sahabat mengirim anak-anak mereka untuk menolong Beliau dan mereka tidak pernah menyangka kalau masalah tersebut bisa sampai pada pembunuhan. Mereka hanya mengira para penentang itu hanya mengepung dan menentang pemerintahan Utsman lalu pergi.
• Khilafah amiirul mukminin Ali bin Abi Thalib-semoga Allah meridhoinya-
Beliau adalah Ali bin Abi Thalib bin Abdil Mutthalib bin Haasyim bin Abdi Manaaf. Jadi Beliau adalah anak dari paman Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan suami dari Faathimah binti Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Ibu Beliau adalah Faathimah binti Asad bin Haasyim bin Abdi Manaaf.(lihat Ma’rifatu as Shahaabah.1/278) nama panggilan Beliau adalah Abul Hasan dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam biasa memanggilnya dengan Abu Turaab. Beliau masuk Islam pada usianya yang ke 8 tahun.(lihat Ma’rifatu as Shahaabah.1/278)
Dari Muhammad bin al Hanafiyah(Muhammad bin Ali bin Abi Thalib-semoga Allah meridhoi keduanya) berkata;”Ali mendatangi rumah Utsman sedangkan Beliau telah dibunuh. Beliau pun masuk ke rumahnya dan menutup diri dengan menutup pintunya. Lalu orang-orang pun mendatanginya dan mengetuk pintu rumah. Mereka berkata;”sesungguhnya laki-laki ini(Utsman) telah dibunuh dan harus ada khalifah untuk rakyat. Dan kami tidak mengetahui seorang pun yang paling berhak atas khalifah selain engkau. Maka Ali berkata kepada mereka;”janganlah kalian memilih saya karena diantara kalian ada menteri yang lebih pantas dariku untuk menjadi pemimpin. Lalu mereka berkata;”tidak, demi Allah kami tidak mengetahuia seorang pun yang lebih berhak atasnya selainmu. Beliau berkata;”jika kalian menolaknya, maka sesungguhnya baiatku tidak dalam keadaan sembunyi akan tetapi saya akan keluar ke masjid. Siapa yang ingin membaiatku maka baiatlah aku. Maka Beliau pun keluar menuju masjid dan orang-orang pun membaiatnya.(lihat fadhaailu as Shahaabah.573/2) para muhajirin dan anshar yang ada di madinah pada saat itu pun ikut membaiatnya. Ahlussunnah wal jamaa’ah sepakat bahwa sahabat yang paling afdhal setelah Utsman bin Affan adalah Ali bin Abi Thalib. Beliau memerintah dari tahun 35 sampai 40 Hijriah. Beliau meninggal karena dibunuh oleh orang khawarij yang bernama Abdurrahman bin Muljam al Muraady. Beliau dibunuh ketika keluar untuk shalat subuh.
• Kenapa Ali belum mengadili pembunuh Utsman?
Dalam masalah ini, Ali melihat maslahat dan mafasadatnya. Beliau melihat bahwa maslahatnya adalah mengakhirkan untuk membunuh pembunuh Utsman bin Affan, Beliau tidak bermaksud meninggalkan masalah.
Sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pada hadits Ifk(berita dusta terhadap ‘Aaisyah) yaitu ada sebagian orang yang membicarakan tentang ‘Aaisyah-semoga Allah meridhoinya- diantara yang terkenal adalah; Hasaan bin Tsabit, Hamnah binti Jahsyin Musthah bin Atsaatsah. Dan yang menjadi otak dari berita dusta tersebut adalah Abdullah bin Ubai bin Saluul. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam naik mimbar dan berkata;”siapa yang menunaikan udzur(hajat)ku kepada laki-laki yang sampai penghinaannya kepada keluargaku?(yang dimaksud adalah Abdullah bin Ubai bin Saluul) maka Sa’ad bin Mu’aadz berdiri dan berkata;”wahai Rasulullah, saya yang menunaikan udzurmu dari orang itu. Jika ia berasal dari kaumku ‘Ma’syaral Aus” kami akan membunuhnya walaupun ia berasal dari saudara-saudara kami dari kalangan al Khazraj, jika kamu memerintahkan untuk membunuhnya”.
Maka Sa’ad bin ‘Ubaadah pun berdiri dan membantah Sa’ad bin Mu’aadz dan berdiri pula Usaiid bin Hudhair lalu membantah Sa’ad bin ‘Ubaadah, kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melerai mereka”.(Bukhari/kitab al maghazi/bab hadiitsul ifk/4141)
Beliau mengetahui bahwa masalah ini sangatlah besar, karena sebelum kedatangan nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di Madinah, al Aus dan al Khazraj telah sepakat untuk menjadikan Abdullah bin Ubai bin Saluul sebagai raja(pemimpin) bagi mereka. Di sisi mereka Abdullah bin Ubai bin Saluul memiliki kedudukan yang penting dan dialah yang kembali(melarikan diri) bersama Pasukannya pada perang Uhud dan dalam hal ini, nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam meninggalkan hukuman cambuk bagi Abdullah bin ubai bin Saluul karena maslahat dan mafsadat, Beliau melihat bahwa hukum cambuk terhadapnya akan menimbulkan mafsadat yang lebih besar dibanding meninggalkannya.
Demikian pula halnya dengan Ali-semoga Allah meridhoinya- Beliau melihat bahwasanya pengakhiran hukuman mati lebih sedikit mafsadat daripada mempercepatnya. Karena sebenarnya Ali-semoga Allah meridhoinya- tidak dapat membunuh pembunuh Utsman sebab mereka memiliki kabilah yang banyak yang akan melindunginya dan keamanan tidak akan stabil, dan fitnah tidak akan berakhir.
 Waktu dan umur mereka diberkahi oleh Allah
Ahlussunnah waljama’ah telah sepakat bahwa mereka adalah pemimpin wali-wali Allah, mereka adalah barisan hamba-hamba yang paling bertaqwa, mereka teladan bagi orang-orang mukmin, mereka adalah sebaik-baik hamba setelah para nabi dan rasul. Mereka mengumpulkan banyak keutamaan yaitu; ilmu dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, jihad bersama Rasulullah, menjadi sahabat sejati dan bersama dengan Rasulullah, mereka mengorbankan jiwa, hartanya dalam jihad di jalan Allah, mereka adalah generasi terbaik diantara umat terdahulu sampai umat yang terakhir.
Mereka menegakkan pilar-pilar Islam dengan pedang-pedang mereka. Mereka menundukkan musuh-musuh Allah, mereka membasmi kesyirikan, merekalah yang mengusung dakwah Islam hingga sampai dipangkuan kita saat ini. Semoga Allah meridoi mereka semua.
Jadi, tidaklah pantas bagi kita untuk menghujat mereka. Sungguh sangat mengherankan, masih banyak orang yang memperbincangkan dan mencari-cari kesalahan mereka.
Wahai para penghujat, apa yang telah kalian persembahkan untuk Islam?!

0 komentar:

Posting Komentar