Social Icons

Pages

Rabu, 26 Januari 2011

KHAWARIJ (1)

a. Pengertian khawarij
Secara bahasa, khawarij berasal dari kata kharaja dalam bahasa arab yang berarti keluar. Para ahli bahasa mengemukakan alasannya bahwa; penamaan tersebut dikarenakan khawarij telah keluar dari kaum muslimin.
Secara istilah, ulama kita berbeda pendapat, diantaranya;
Pengertian pertama; khawarij adalah golongan yang keluar dari pemerintah kaum muslimin yang sah kapan dan dimanapun. Berkata asy syihristaany-rahimahullah-; setiap yang keluar dari imam(pemimpin) yang sah dimana jama’ah(umat) telah sepakat atasnya,dinamakan khaarijiy (pemberontak), baik keluarnya pada masa sahabat (yaitu keluar)dari para imam arrasyidin, atau keluar setelah masa mereka yaitu (yaitu keluar)dari para tabi’in(orang yang mengikuti sahabat) dengan baik dan para imam(pemimpin) di setiap zaman.”

Kedua; khawarij adalah orang-orang yang keluar dari imam Ali bin Abi Thalib, al Asy’ary –rahimahullah-berkata;”dan sebab yang menyebabkan mereka dinamakan sebagai khawarij, (yaitu) keluarnya mereka dari Ali bin Abi Thalib”.
Pengertian yang kedua adalah pengertian yang terpilih karena kebanyakan ulama sejarah golongan sesat menyebutkan demikian, dan awal pergerakan mereka adalah ketika mereka memisahkan diri dari pasukan Ali dan Muawiyah yang melakukan tahkim di saat perang shiffin lalu berlanjut pada pemberontakan dengan berperang melawan kalifah Ali dan kaum muslimin di an Nahrawan. Namun, khawarij tetap mencakup pengertian pertama yaitu semua yang mempunyai pikiran dan keyakinan yang sama dengan pendahulu mereka di zaman sahabat kapan dan dimanapun.
a. Awal munculnya khawarij(menurut sebagian pendapat ulama)
Awal munculnya kaum khawarij adalah pada masa pemerintahan khilafah Utsman. Mereka keluar(memberontak) dari pemerintahan Beliau. Mereka menyalahkan Utsman dalam beberapa Ijtihad(keputusan) yang diambilnya. Setelah berita dusta tentang Utsman bin Affan menyebar dan memancing emosi masyarakat awam dari daerah Bashrah, Kufah dan para orang awam dari kalangan aughaad(budak) yang datang dari Mesir. Mereka semua datang ke Madinah pada tahun 35 Hijriah. Mereka memberikan kesan bahwa mereka hendak menunaikan ibadah Haji padahal mereka mempunyai maksud terselubung yaitu untuk menggulingkan pemerintahan Utsman-semoga Allah meridhoinya-.jumlah mereka tidak kurang dari 2000 dan tidak lebih dari 6000 orang.
Mereka masuk Madinah dan mengepung rumah Utsman. Mereka menyuruh Beliau untuk menurunkan jabatannya sebagai khalifah. Kejadian ini berlansung pada akhir bulan Dzul Qa’dah sampai hari ke 18 dari bulan Dzul Hijjah. Pada hari itulah Utsman –semoga Allah meridhoinya- dibunuh. Ketika Utsman dikepung di rumahnya, Beliau dilarang untuk shalat bahkan dilarang dari memanfaatkan air. Melihat kejadian itu, sebagian sahabat masuk kerumahnya untuk menolongnya. Mereka adalah;Hasan bin Ali, Husain bin Ali, Abdullah bin Zubair, Abu Hurairah, Muhammad bin Thalhah bin Ubaidillah, Abdullah bin Umar. Mereka semua telah menghunus pedangnya di hadapan para penentang Utsman. Akan tetapi Utsman memerintahkan mereka untuk tidak membunuh. Bahkan dalam riwayat yang lain dikatakan bahwa anak-anak para sahabat yang datang untuk menolong Utsman jumlahnya lebih dari 700. namun jumlah itu tidak berimbang dengan jumlah para penentang tersebut dimana dikatakan bahwa jumlahnya.paling sedikit 2000 orang.
Setelah mereka mengepung Utsman, mereka pun menerobos masuk kedalam rumah dan mereka pun membunuh Beliau –semoga Allah meridhoinya- dalam keadaan Beliau meletakkan mushaf dihadapannya. Sejak peristiwa itu umat Islam terpecah belah.
Selain keluar dari pemerintahan Utsman yang sah Mereka juga keluar dari pemerintahan Ali. Ketika umat Islam berperang di Shiffin dan bersepakat mengangkat dua juru runding, muncullah kelompok khawarij yang menentang Amirul Mukminin Ali. Mereka meninggalkan Ali dan jamaah kaum muslimin menuju suatu tempat yang yang disebut Haruuroo. Amirul mukminin menahan diri untuk tidak memerangi Mereka. Beliau berkata;”Kami wajib menunaikan hak kalian, yaitu kami tidak akan menghalangi kalian dalam harta fai’ dan tidak melarang kalian memasuki masjid.”
Sikap Amirul Mukminin tersebut berlansung sampai Mereka menumpahkan darah dan menghalalkan harta kaum muslimin, membunuh Abdullah bin Habbaab serta merampok ternak orang-orang muslim. Ketika itu, tahulah Ali bahwa Mereka adalah golongan yang disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ketika bersabda;
“salah seorang dari kamu sekalian akan menganggap remeh shalatnya dibandingkan dengan shalat Mereka, puasanya dibandingkan dengan puasa Mereka, dan bacaan al-Qur’annya dibandingkan dengan bacaan al-Qur’an Mereka. Mereka membaca al-Qur’an tidak melebihi kerongkongan Mereka dan keluar dari agama ini seperti keluarnya anak panah dari busur. Ciri Mereka, ditengah-tengah Mereka ada lelaki yang tangannya pendek, pada tangan itu ada segumpal daging yang berbulu.”
Dalam riwayat lain;
“Mereka membunuh orang-orang Islam dan membiarkan Para penyembah berhala”
Lantas Ali berkhutbah dan memberitakan kepada umat Islam tentang apa yang pernah didengarnya dari Rasulullah. Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Beliau berkata;”merekalah orang-orangnya, Mereka telah menumpahkan darah suci, merampok ternak-ternak umat Islam, lantas membunuh Mereka.”
Akhirnya kedok Mereka pun terbuka dan umat Islam dapat waspada darinya.
Hadits riwayat at Tirmidzy tentang khawarij Dari Aby Umaamah al Baahily dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam;”sesungguhnya mereka adalah anjing-anjing (kilaab) penghuni neraka” dan Beliau membaca ayat ini;
Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. (ali Imran:106)
Kelompok sesat ini adalah yang pertama kali muncul dalam tubuh kaum muslimin. Kelompok ini muncul karena pemahaman Mereka yang keliru terhadap al-Qur’an. sebenarnya Mereka tidak bermaksud menolak al-Qur’an tapi Mereka hanya memahami al-Qur’an dengan pemahaman yang tidak sesuai dengan makna yang terkandung di dalamnya
Mereka pulalah yang pertama kali mengkafirkan kaum muslimin yang melakukan dosa. Alasannya-menurut Mereka - karena orang mukmin adalah orang yang berbakti dan bertakwa. jadi, siapa yang tidak berbakti dan bertakwa maka ia kafir kekal di neraka. mereka juga mengkafirkan orang-orang yang menyelisihinya dalam bid’ah-bid’ahnya dan mereka menghalalkan darah dan harta orang yang berbeda dengan keyakinannya.. Mereka sama sekali tidak memiliki sifat penyayang terhadap sesama makhluk.
Mereka juga menuduh Para sahabat seperti Utsman dan Ali serta Para pembela(pengikutnya) sebagai orang-orang yang tidak beriman karena Mereka telah berhukum pada selain al-Qur’an.
Kerusakan yang sangat parah terdapat dalam kelompok Kahwarij karena mereka menumpahkan darah, merampok harta dan memberontak dengan kekuatan militer.
Saudaraku, sebenarnya sih kaum khawarij bermaksud mengikuti al-Qur’an walaupun dalam kenyataannya Mereka salah jalan. Lantas, bagaimana dengan orang-orang yang kesesatannya adalah menentang dan berpaling dari al-Qur’an sekaligus mengkafirkan umat Islam? simak aliran sesat berikutnya.
dari Islam, atau pemerintah yang sah, atau keluarnya mereka dari jama’ah kaum

نصيحة لأولئك الذين يحبون أن ينظر إلى صور إباحية

دخل إلى الإنترنت ..

ثم رأى ذلك الإعلان بعد أن بحث في مواقع البحث ..

ثم وجدها .. فتأملها ثم شعر بالندم فأغلقها و استغفر و عزم ألا يعود ..

ولكن .............


لم يتركه الشيطان و لم يجاهد صاحبنا نفسه وهنا ..

صورة جنسية ثم صورة تليها و هكذا ...

و تطور الأمر إلى فلم ثم فلم و هكذا ...

و صاحبنا الذي كان بالأمس لا يرفع بصره في وجه امرأة حياء و كان يظن نفسه أنه بعيد عن هذه الأمور أصبح من المدمنين ...

ولم تشبعه الصور و الأفلام ولم تسكن شهوته كما ظن بل أحرقته بنارها فمضى إلى طريق آخر ألا و هي العادة السرية ...

ولما لم تعد تشبع تفكيره وعقله المريض اتجه إلى البحث عن الفاحشة في مواطنها حتى وقع فيها ولا حول ولا قوة إلا بالله ..

أخي ... أليس هذا هو ما يحصل مع الكثير ؟!! إنه مسلسل تكرر مع الكثيرين و البداية

(( صورة جنسية )) ...

أخي ... أسألك سؤالا واحدا لو أجبت عليه بنعم فافعل ما تشاء ..

هل تعرف متى ستموت ؟؟؟؟؟؟؟؟؟

كيف سمحت لنفسك أن تغلبك صورة أو فلم ؟؟!!

أخي حاسب نفسك وأقلع الآن قبل أن يأتي يوم لا ينفع فيه الندم ....

ولاتكن عبدا لشهوتك منساقا وراء أذيال اليهود و النصارى .....

وإن انتفعت بهذه الرسالة فأرسلها إلى غيرك ممن تعلم حالهم ..

اللهم اهد شباب وشابات المسلمين اللهم آمين ...

أخوكم : أبو أنس

http://www.saaid.net/mktarat/abahiah/16.htm

Jumat, 21 Januari 2011

AWAL PERPECAHAN UMAT 10 SYAWAL 37 H

Seberapa dahsyatkah sebuah perkataan bisa mengubah hidup seseorang? Yah, bahkan sebuah perkataan bisa mengubah dunia dan akhirat seseorang. Kata-kata yang haq yang dibangun di atas pondasi ilmu dan iman yang kokoh telah terbukti mampu membuka hati dan pikiran orang-orang yang berakal sehat. Namun, bagaimana halnya jika kata-kata bathil nan menyesatkan yang dibangun di atas kesalahpahaman, kedengkian dan kedangkalan ilmu menjadi santapan masyarakat awam apalagi dipoles dengan label islamy, tentu akan bersarang dengan empuknya di hati mereka dan akhirnya sistem kendali berada di tangan sang pengusung kebathilan.
“Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka, tetapi Allah menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya".(Ash Shaff:8)

Saudaraku, perpecahan umat memang tak terelakkan lagi dan dampaknya sudah dapat kita lihat dan rasakan bersama. namun ingatlah, kenyataan ini bukanlah melegitimasi bolehnya berpecah atau membiarkan umat larut di dalamnya. Tidak, saatnyalah kita bangkit di tengah fenomena perpecahan ini. Allah Ta’ala berfirman; Hai orang-orang mu'min, jika kamu menolong Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.(Muhammad:7) yakinlah akan janji Allah; “jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu.”(Ali Imran : 120)
Saudaraku, ada apa dengan tanggal 10 Syawal 37 H? Hari itu adalah hari yang sangat bersejarah bagi para kaum muslimin dan musuh-musuh Islam. Waktu itu, mukmin dan munafiq telah nampak jelas dengan munculnya golongan sesat pertama dalam sejarah peradaban Islam yaitu “khawarij”. Kaum khawarij mengumumkan permusuhannya dengan Islam setelah sebelumnya mereka menyelinap masuk dan bergabung dalam komunitas kaum muslimin. Mereka akhirnya memisahkan diri dari pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib yang sah atas dasar hawa nafsu, dendam, kebencian, salah paham, fanatisme kelompok dan salah manhaj.
Hanya dengan sebuah perkataan singkat, kaum khawarij mampu memecah belah barisan kaum muslimin dan menumpahkan darah dalam banyak peperangan dan pemberontakan melawan pemerintahan kaum muslimin yang sah. Tahukah anda apa bunyi perkataan itu?
Kisah secara singkat; ketika terjadi perang Shiffin antara pasukan khalifah Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah bin Abi Sufyan, kedua kubu sepakat untuk mengadakan “Tahkim” oleh dua orang yaitu Abu Musa dari kubu Ali dan Amru bin al ‘Aash dari kubu Muawiyah.
Namun, seorang yang berpemahaman khawarij pengikut Abdullah bin Saba’(provokator terbunuhnya Utsman bin Affan) yang bernama ‘Urwah bin Jariir melakukan protes dan berkata; “apakah kalian menetapkan putusan(berhukum) pada manusia dalam agama Alllah?” perkataan ini didengar oleh banyak orang-orang pedalaman Arab dari kalangan awam yang tidak paham agama(Arab badui), orang-orang yang pernah ikut dalam pembunuhan khalifah Utsman bin Affan, dan sebagian dari pasukan Ali. Mereka yang mendengarnya berkata; menetapkan hukum hanyalah hak Allah. Perkataan ini sangat singkat, namun sungguh dampaknya sangat memilukan hati. Dengannyalah para pemimpin dari kalangan sahabat dan kaum muslimin waktu itu hingga saat ini berpecah.
Orang-orang yang tidak setuju dengan Tahkim tersebut memisahkan diri ke tempat yang bernama Haruuraa dan akhirnya mereka membaiat pemimpin dari kalangan mereka sendiri yang bernama Abdullah bin Wahb ar Raasiby pada tanggal 10 Syawal 37 H.
Saudaraku, pemahaman sesat kelompok khawarij diantaranya yang paling utama adalah “Takfiir” yaitu mengkafirkan pelaku dosa atau maksiat dengan konsekuensinya yaitu; pelakunya kekal di neraka, halal hartanya, boleh dibunuh, dan boleh keluar dari pemerintahannya. Ini adalah aqidah para pendahulu khawarij dan pemahaman khawarij ini masih dianut oleh para pengikut dan sekte-sektenya sampai sekarang. Bersambung......(KHAWARIJ I)

Minggu, 16 Januari 2011

WAKTU SHALAT KOTA BAU-BAU JANUARI 2011




Hati ini menjadi sedih, ketika melihat negara-negara Islam semuanya tanpa kecuali, ternyata tidak melaksanakan shalat Subuh tepat pada waktunya. Mereka shalat sebelum masuk waktunya. Tentu saja sangat disayangkan. Dalam hal ini antara negara yang satu dengan yang lain berbeda dalam tingkat kesalahan seputar waktu Subuh. Berdasarkan pengamatan dan penelitian saya, saya menemukan bahwa azan Subuh dikumandangkan sebelum waktunya berkisar antara 9 hingga 28 menit. Dan sangat disayangkan lagi, Indonesia (secara umum) termasuk negara yang paling jauh dari waktu sebenarnya, yakni mengumandangkan adzan paling tidak 24 menit sebelum munculnya fajar shadiq.
WAKT SHALAT KOTA BAU-BAU YG KAMI AMBIL DARI SITUS; http://www.islamicfinder.org/prayerDetail.php?country=indonesia&city=Baubau&state=22&id=7847&month=&year=&email=&home=2011-1-16&lang=arabic&aversion=&athan=




Jumat, 07 Januari 2011

Dampak Perpecahan Bagi Umat

Oleh; Abu Nabiela eL Medina
Tidak diragukan lagi, buah dari perpecahan adalah buah yang pahit. Semua bisa saja merasakan dampaknya jika perpecahan ini dibiarkan berlarut-larut dan tidak ada usaha untuk mempersatukan umat. disini kami akan sebutkan secara singkat akibat dari perpecahan umat, diantaranya;

1. orang yang mengadakan perpecahan dan penyimpangan berhak mendapatkan ancaman dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam; “semuanya di neraka kecuali satu”.
2. lenyapnya kekuatan dan keberanian; Allah Ta’ala berfirman; “dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu “(al Anfal:46). Sungguh kabar dari al-Qur’an telah menjadi kenyataan, Umat Islam menjadi lemah di hadapan musuh-musuhnya akibat dari perpecahan dan perselisihan yang berkepanjangan.
3. memudahkan musuh untuk menyusup dan turut campur tangan dalam urusan kaum muslimin, sehingga dengan mudah musuh menghancurkan umat Islam dari dalam.
4. tersebarnya perselisihan, fanatisme, dan fitnah antara kaum muslimin.
5. umat akan berpaling dari jalan Allah, dan tidak berhukum lagi dengan al-qur’an dan hadits, sebaliknya umat akan mengutamakan akal dan logika dalam berhukum.
Salah satu contoh nyata lemahnya umat dan berhasilnya musuh memanfaatkan keadaan tersebut adalah merebaknya paham nasionalisme, kesukuan dan cinta tanah air. Paham nasionalisme telah memutus ikatan persaudaraan muslim dibawah kalimat syahadat Laa Ilaaha Illallah, Muhammadun Rasulullah. Musuh telah berhasil memetakan kaum muslimin menjadi negara-negara dan menanamkan cinta tanah air yang dikenal dengan semangat nasionalisme. Dan pada tahap yang paling mencengangkan, musuh mampu menciptkan konflik dan benih-benih api permusuhan antara negara-negara Islam yang setiap saat dapat mereka sulut dan nyalakan. Kita juga dapat melihat aksi musuh memecah belah umat dan menciptakan sekat pemisah antara kaum muslimin lewat penerapan paspor dan identitas kebangsaan, padahal umat Islam semuanya satu.
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah, dan janganlah kamu bercerai berai”(Ali Imran:103)
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.”(Al Hujuraat:10)

Sebab-Sebab Perpecahan Umat

Oleh; Abu Nabiela eL Medina
1. Memperturutkan Hawa Nafsu
Para pelaku bid’ah dan perpecahan dalam penyimpangan yang dilakukannya selalu digerakkan ole hawa nafsunya. Semua golongan yang telah kita sebutkan dari kalangan mu’tazilah, syi’ah, rafidhah,khawarij, qadariyyah, jahmiyah,murjiah, dan cabang-cabangnya terjatuh dalam kesesatan dan penyimpangan karena memperturutkan hawa nafsu. Allah Ta’ala telah mencela pelakunya dalam firmanNya; “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka Apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?,”.(al Furqan:43) berkata Thaawus bin Kiysaan al Yamany-rahimahullah-;”tidaklah Allah menyebut (tentang)hawa dalam al-Qur’an kecuali mencelanya”.

2. Tipu daya musuh Islam
Musuh Islam takkan pernah merasa tenang dan tidak akan menutup mata selama Islam masih tegak di muka bumi, selama kaum muslimin masih berpegang teguh pada alqur’an dan as Sunnah. Allah Ta’ala berfirman; “mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup.”(al Baqarah:217),
Aksi musuh dalam memecah belah umat tidak terlepas dari kebencian dalam hati mereka. Sejarah Khawarij dan Syiah as Saba’iyah yang dipelopori oleh Abdullah bin Saba’ –dikenal dengan ibnu as Saudaa- penuh dengan aksi kebencian dan dendam atas persatuan kaum muslimin. Semuanya juga merupakan perpanjangan tangan dari kaum Yahudi yang terkenal dengan sebutan al maghdhuub(yang dimurkai) oleh Allah. mereka mengetahui kebenaran namun tidak menerapkannya karena sikap keras kepala dan hati yang buta dari menerima kebenaran. Dan kisah bani Israil dengan nabi-nabinya adalah bukti kuat atas kebencian mereka terhadap kebenaran hingga saat ini. Abdullah bin Saba’ seorang yahudi yang masuk Islam untuk merusak barisan kaum muslimin dari dalam. Terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan perpecahan yang berkepanjangan adalah catatan hitam dari ibnu as saudaa. Begitupula dengan musuh yang terkenal yaitu Ibnu al Qaddaah. Dengan nama lengkap; maimuun bin dawud bin sa’id al qaddaah. Dia adalah pelopor munculnya golongan al maimuuniyyah dari kalangan Ismaailiyyah, yang lebih dikenal dengan golongan al Baathiniyyah, dalam aksinya, tokoh ini menampakkan pemahaman syiah dan menyembunyikan pemahaman az zindiqah. Sedangkan asalnya adalah Yahudi yang menerapkan ajaran filsafat dan logika.
Sebagian salaf berkata: “Siapa yang menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala karena rasa cinta semata maka dia seorang zindiq. Dan siapa yang menyembah-Nya karena penuh harap semata maka dia seorang Murji`. Sedangkan yang menyembah-Nya karena rasa takut saja maka dia Khariji. Adapun yang menyembah-Nya karena cinta takut dan penuh harap maka dia seorang mukmin ahli tauhid.”
Tokoh ini telah menimbulkan kerusakan yang besar dalam umat. dan masih banyak lagi bukti kebencian musuh yang tidak sempat kami paparkan pada pembahasan ini.
Jadi, pelajaran yang bisa kita petik adalah kebencian musuh dari kalangan manapun; yahudi, nasrani, dan lainnya tidak akan padam sampai umat Islam mengikuti agama mereka, namun yakinlah akan janji Allah; “jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu.”(Ali Imran : 120)
3. Kebodohan Dalam Memahami Syariat Islam
Kebodohan adalah penyakit yang sangat berbahaya, seseorang bisa berubah menjadi musuh ketika ia salah paham atau tidak berilmu utamanya dalam masalah agama. Diantara potret kebodohan dalam syariat adalah sikap mengambil sebagiannya dan mengabaikan sebagian yang lain.
Dalam hadits shahih, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam meperingatkan umatnya tentang bahaya kebodohan; “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu agama ini dengan serta-merta mencabutnya dari hamba-hambaNya. Akan tetapi Allah mencabut ilmu agama ini dengan mewafatkan para Ulama, sehingga ketika Allah tidak menyisakan orang yang berilmu dari kalian, maka manusia menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin mereka; lalu para pemimpin bodoh tersebut ditanya dan kemudian memberi fatwa tanpa ilmu, maka mereka menjadi sesat dan menyesatkan.”(HR. Bukhari)
Diantara ciri khas golonngan sesat adalah memaknai dalil berdasarkan persangkaan semata tanpa mengadakan penelitian terhadap keabsahannya, atau hanya sekedar membaca dan melihat kemudian menyimpulkan. Dan sifat ini sangat berbeda dengan disiplin ilmu para ulama ahlussunnah waljama’ah. Mereka adalah orang-orang yang mendalam ilmunya karena diperoleh melalui ijtihad(usaha) dan kesungguhan. Oleh karena itu, hendaknyalah anda sebagai generasi muda pewaris risalah dakwah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menuntut ilmu agama dari sumber yang benar, yaitu al-qur’an dan hadits yang shahih dengan memakai metode para generasi shalih terdahulu. Karena dengan ilmulah anda dapat menepis syubhat-syubhat dan mengangkat kebodohan dalam diri anda sendiri dan orang lain.
4. Fanatik terhadap Madzhab, kelompok dan tokoh
Fanatik buta telah menjadi penyakit kronis yang merebak dalam tubuh kaum muslimin. Inilah penyakit yang sangat berbahaya dan paling besar perannya dalam memecah belah persatuan umat. kota-kota dan masjid-masjid di jazirah Arab adalah saksi bisu kuatnya fanatisme masyarakat Islam waktu itu, dalam suatu kota misalnya, terdapat 4 hakim berdasarkan 4 madzhab fikih yang berpengaruh waktu itu. Begitupula satu masjid mempunyai 4 mihrab(tempat Imam shalat berdiri). Setiap Mihrab mempunyai imam dan jama’ah tersendiri, sehingga setiap jamaah harus antri dalam shalat. Jika jamaah asy syafi’i telah menempati salah satu mihrab untuk shalat berjama’ah, maka jamaah yang lain dari madzhab hanafiyah, hanabilah atau malikiyah harus menunggu gilirannya sampai jamaah syafi’i selesai shalat. Bahkan, fanatisme ini merambah masalah muamalah yaitu pernikahan. Sebagian “ulama” fikih dari madzhab hanafiyah melarang pengikut madzhabnya untuk menikah dengan pengikut madzhab asy syafi’iyah. Kemudian keluarlah fatwa yang mengoreksi dan meringankan fatwa sebelumnya yang membolehkan hanafiyah menikah dengan syafi’iyah, dengan alasan bahwa yang dinikahi oleh hanafiyah(pihak laki-laki) adalah sama kedudukannya dengan ahli kitab.masalah ini pernah disebutkan oleh al Ustadz asy Syaikh Muhammad ‘Aid ‘Abbaasy dalam kitabnya yang berjudul “bid’atu at Ta’asshub al madzhaby”(bid’ah fanatik terhadap madzhab). Al Maqriizy-rahimahullah- dalam kitabnya yang berjudul “al Khuthathu”(batasan-batasan,pen-) telah menyebutkan bahwa fanatisme tersebut terjadi pada abad 9, 10 dan 11.
Pendapat “ulama” fikih yang mengkafirkan selain dari madzhabnya adalah sebuah penyimpangan yang bernama ta’asshub(fanatisme). Pada hakikatnya mereka bukan ulama, hanya saja masyarakat awam menisbatkannya demikian. Padahal mereka adalah golongan yang menyimpang, jauh dari metode ahlussunnah waljama’ah dalam memahami fikih perbedaan pendapat. Karena fanatik yang dianjurkan adalah kepada perkataan yang benar dan bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah serta perkataan generasi shalih terdahulu yang senantiasa meniti jalan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Semua perkataan manusia bisa saja salah dan boleh dibantah kecuali perkataan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. “dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).(an Najm:3-4)
5. Jauh dari Metode menuntut Ilmu agama yang benar
Poin ini adalah turunan dari sikap fanatik dan taklid kepada orang lain tanpa dalil yang shahih dari al-Qur’an dan Hadits. Betapa banyak orang yang tersesat karena tidak tahu cara menuntut ilmu dan sumber-sumbernya. Sebagai contoh;
Jika seorang guru mengajar muridnya dengan menggunakan modul yang seragam, atau bahan ajar yang sama. sang guru membagikan modul tersebut lalu kemudian ia mengajukan satu pertanyaan mengenai isi modul tersebut. Tentu, 90 % jawaban murid akan sama dan benar, kenapa? Karena semua pelajaran yang dipelajari murid berasal dari satu kitab dan satu sumber. Jika kita kiaskan masalah ini kepada cara kaum muslimin mempelajari Islam, yaitu bersumber dari alqur’an dan hadits yang shahih, niscaya tidak akan terjadi perpecahan diantara kaum muslimin.

Sabtu, 01 Januari 2011

IMAM BUKHARI; IMAMNYA PARA AHLI HADITS

BIOGRAFI SINGKAT IMAM BUKHORI رحمه الله

Nama Imam Bukhori, Kunniyah, dan Nasab Beliau :

Nama beliau adalah : Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al Mughiroh bin Bardizbah (ada yang berpendapat Badzduzbah) Al Ju’fi

Kunniyah beliau adalah : Abu Abdillah

Ayah beliau adalah salah seorang ulama hadits yang sangat terkenal dan Ibu beliau merupakan wanita yang taat beribadah.


Bentuk Fisik dan Akhlak Beliau :

Imam yang telah nampak kecerdasannya sejak belia ini seorang yang bertubuh kurus, tidak tinggi dan juga tidak pendek serta berkulit kecoklatan.
Beliau merupakan satu dari tanda kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala di muka bumi ini, dikenal masyarakat dengan kewara’annya, penyayang, dan merupakan teladan dalam berinfak. Beliau juga seorang yang banyak beribadah pada malam hari, cekatan dalam mengendarai kuda dan piawai dalam membidikkan panah.
Kelahiran dan Asal Negeri Beliau
Sang alim ini bukan orang Arab, beliau lahir di negeri Bukhara yang kepadanya beliau dinisbatkan sehingga dikenal dengan nama Bukhari. Negeri Bukhara sekarang lebih dikenal dengan Uzbekistan. Beliau lahir pada hari Jumat, tanggal 13 Syawal tahun 194 H.
Perkembangan Ilmu Beliau dan Rihlah dalam Menuntut Ilmu
Allah Azza wa Jalla telah mengaruniakan kepada beliau hati yang bersih, otak yang cerdas, dan hapalan yang sangat kuat hingga boleh dikatakan bahwa dalam usia yang sangat muda beliau telah sejajar dengan beberapa ulama di negaranya. Ketika usianya baru mencapai 16 tahun beliau sudah menghafal buku-buku Imam Abdullah bin Mubarak dan Waki’ bin Jarrah serta menguasai pendapat dan pokok-pokok pemikiran Ahli Ra’yi.
Beliau tumbuh dalam asuhan sang Ibu. Pada tahun 210 H bersama ibu dan ditemani kakaknya Ahmad, sang imam ini menunaikan ibadah haji kemudian menetap (di Makkah) untuk menuntut ilmu hadits dan kadang-kadang berangkat ke Madinah. Di sela-sela waktu tersebut beliau mengarang beberapa kitab. Di antaranya adalah At Tarikh Al Kabir yang beliau susun di sisi kuburan Rasululah صلى الله عليه وسلم.
Selain di Mekkah dan Medinah beliau juga telah mengadakan rihlah untuk menuntut ilmu ke berbagai negara diantaranya Syam (Damaskus dan sekitarnya), Mesir, Kufah, Bashrah dan Baghdad.
Guru-guru beliau
Imam Bukhari telah bertemu dan belajar dari para ulama yang sangat banyak dari berbagai belahan dunia, beliau pernah mengatakan : “Saya telah menuntut ilmu dari 1080 orang yang kesemuanya adalah ahli hadits”
Diantara guru beliau yang terkenal :
1. Abu ‘Ashim An Nabil, Dhahhak bin Makhlad Asy Syaibani Al Bashri (wafat 212 H)
2. Abu Nu’aim, Fadhl bin Dukain (wafat tahun 218/219 H)
3. Abu Raja’ Al Baghlani, Qutaibah bin Said bin Jamil Ats Tsaqafi (wafat 240 H)
4. Abu Abdillah Nu’aim bin Hammad Al Marwazi (wafat tahun 228 H); seorang faqih dan menguasai ilmu Faraidh serta salah seorang imam ahlis sunnah yang tegas terhadap ahli bid’ah
5. Abul Husain Ali bin Abdullah Al Madini (wafat 234 H); salah seorang imam dan ulama yang paling ahli di bidang hadits dan ‘ilal pada zamannya
6. Abu Zakariyya Yahya bin Ma’in Al Baghdadi (wafat tahun 233 H); salah seorang hafizh dan imam yang tenar terutama dalam ilmu Al Jarh wa At Ta’dil
7. Abu Muhammad, Ishaq bin Ibrahim Al Hanzhali, yang lebih dikenal dengan Ibnu Rahawaih (wafat 238 H); hafizh, mujtahid dan rekan Imam Ahmad. Beliaulah yang mengusulkan pertama kali untuk mengumpulkan hadits-hadits shohih dalam satu kitab.
8. Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal Asy Syaibani (wafat 241 H); imam Ahlis Sunnah wal Jam’ah, faqihul muhadditsin dan muhadditsul fuqaha
9. Abu Bakar, Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah Al Kufi (wafat 235 H); hafizh dan penyusun kitab Al Mushannaf
10. Muhammad bin Yahya Adz Dzuhli An Naisaburi (wafat 258 H); seorang hafizh yang mulia, guru sekaligus rekan Imam Bukhari
Murid-murid beliau :
Keluasan ilmu beliau terdengar ke berbagai pelosok bumi ini sehingga tidak heran jika begitu banyak penuntut ilmu yang mendatanginya untuk talaqqi ilmu. Menurut Muhammad bin Yusuf Al Firabri jumlah murid yang mendengarkan dan meriwayatkan dari beliau kitab shohih Bukhari berjumlah 90.000 orang.
Diantara murid beliau yang terkenal :
1. Abul Husain Muslim bin Hajjaj An Naisaburi (wafat 261 H); penyusun kitab Shahih Muslim
2. Abu Isa Muhammad bin Isa Tirmidzi (wafat 279 H); penyusun kitab Jami’ atau Sunan Tirmidzi dan beliau salah seorang murid yang terdekat dengan Imam Bukhari
3. Abu Abdirrahman Ahmad bin Syuaib An Nasaai (wafat 303 H); penyusun kitab Al Mujtaba’ atau Sunan Nasaai
4. Abu Muhammad Abdullah bin Abdirrahman Ad Darimi (wafat 255 H); penyusun kitab Sunan Darimi
5. Abu Abdillah Muhammad bin Nashr Al Marwazi (wafat 294 H); faqih, hafizh, imam dan penulis beberapa kitab yang bermanfaat seperti Ta’zhim Qadri Ash Sholah dan Qiiyam Al Lail
6. Abu Hatim Muhammad bin Idris Al Hanzhali Ar Rozi (wafat 277 H); hafizh dan salah seorang ulama al jarh wa at ta’diel.
7. Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah (wafat 311 H); imamnya para imam dan penyusun kitab Shohih Ibn Khuzaimah
8. Abu Ishaq Ibrahim bin Ishaq Al Harbi (wafat 285 H); salah seorang tokoh ulama di zamannya yang digelari dengan Syaikhul Islam, Daraquthni pernah mengatakan bahwa beliau disamakan dengan Imam Ahmad dari sisi zuhud, ilmu dan wara’nya.
9. Muhammad bin Yusuf Al Firabri (wafat 330 H); salah seorang yang meriwayatkan shohih Bukhari dan riwayatnya adalah riwayat yang paling dikenal
10. Abu Ishaq Ibrahim bin Ma’qil An Nasafi (wafat 295 H); termasuk yang meriwayatkan shohih Bukhari dengan sanadnya di negeri Maghrib.
Kadar Keilmuan Beliau
A. Kecerdasan dan Kekuatan Hafalan Beliau
Beliau sangat menonjol dalam kekuatan hafalan, beliau pernah mengatakan : “Aku menghafal 100.000 hadits shohih dan 200.000 hadits yang tidak shohih”.
Hasyid bin Ismail dan seorang temannya yang lain bercerita bahwa Imam Bukhari pulang pergi bersama mereka berdua menuntut ilmu hadits waktu itu beliau (Bukhari) masih sangat muda dan tidak pernah mencatat pelajaran. Kami senantiasa mengingatkan dan mempertanyakan sikapnya itu yang terkesan kurang memperhatikan pelajaran. Hingga suatu hari beliau berkata, “Kalian berdua terlalu sering memprotes sikap saya ini, coba tunjukkan dan sebutkan hadits-hadits yang telah kalian catat”. Maka kami menunjukkan kepadanya catatan kami berdua, lalu beliau menambah 15.000 hadits yang beliau baca lewat hafalannya sehingga kami mengecek kebenaran catatan kami dengan hafalan beliau…”
Beliau juga pernah berkata, “Mungkin saja sebuah hadits yang aku dengarkan di Bashrah nanti saya tulis di Syam dan boleh jadi sebuah hadits yang aku dengarkan di Syam nanti aku catat di Mesir”
Abul Azhar bercerita, “Pernah 400 muhaddits berkumpul di Samarkandi dan berusaha menjatuhkan Imam Bukhari dalam kesalahan, mereka memasukkan (mengaduk) sanad Syam ke sanad Irak dan sanad Yaman ke sanad Haram akan tetapi mereka tidak sanggup menjatuhkan Imam Bukhari walaupun sekali”
B. Fikih Beliau
Imam ini walaupun lebih dikenal sebagai ahli hadits namun bukan berarti beliau tidak menguasai fiqh, bahkan begitu banyak pengakuan dari para ulama yang menjelaskan tingginya kedudukan beliau dalam bidang fiqh. Ya’qub Ad Dauraqi mengatakan, “Muhammad bin Ismail faqihnya ummat ini”. Al Hafizh Muhammad bin Basysyar berkata, “Beliau manusia yang paling faqih di zaman ini”. Imam Qutaibah yang merupakan salah seorang dari guru beliau yang terkenal ketika ditanya tentang hukum thalak yang diucapkan oleh seorang yang sementara mabuk, sebelum beliau menjawab datang Bukhari menemui beliau maka Imam Qutaibah berkata kepada si penanya, “Ini dia Ahmad bin Hanbal, Ishaq bin Rahawaih dan Ali bin Al Madini Allah mendatangkan mereka untukmu”, beliau berkata demikian sambil menunjuk ke Imam Bukhari; artinya beliau memandang ilmu Imam Bukhari sepadan dengan ilmu ketiga imam besar itu jika digabungkan.
Kefakihan beliau sangat nampak dari judul-judul bab yang beliau sebutkan pada kitab shohih Al Bukhari, karena penjudulan bab merupakan hasil istinbath (pengambilan hukum) dari hadits-hadits yang disebutkan di bawahnya. Kefaqihan beliau yang sangat istimewa ini sulit dicapai oleh banyak orang sehingga terkadang sebagian judul bab yang beliau tulis seakan-akan tidak memiliki kaitan dengan hadits yang disebutkan di bawahnya kecuali setelah diperhatikan dengan saksama atau membaca penjelasan para pensyarah Shohih Bukhari utamanya Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahulloh.
C. Ilmu Al Jarh wa At Ta’dil dan Ilmu ‘Ilal
Ilmu ‘ilal adalah cabang ilmu hadits yang menjelaskan cacat dan kelemahan yang terdapat dalam sebuah hadits. Ilmu ini adalah ilmu yang sangat mulia namun terpelik dari seluruh cabang-cabang ilmu hadits, karenanya sangat sedikit ahli hadits yang menonjol dan menguasai dengan baik ilmu yang satu ini. Imam Bukhari merupakan salah seorang diantara ulama yang sedikit itu, olehnya itu beliau digelari oleh Imam Muslim sebagai dokter hadis karena mampu mengenal dan mendeteksi ‘ilal (penyakit dan cacat) dari hadits. Imam Tirmidzi berkata, “Aku tidak melihat seseorang di Iraq dan Khurasan yang lebih mengerti ‘ilal, tarikh, dan sanad-sanad melebihi Muhammad bin Ismail. Al Hafizh Ahmad bin Hamdun menceritakan, “Aku melihat Muhammad bin Ismail sewaktu mengantar jenazah Said bin Marwan, beliau ditanya oleh Imam Muhammad bin Yahya Adz Dzuhli tentang nama-nama dan kuniyah perowi serta ‘ilal hadits, beliau berlalu (menjawabnya) sekencang anak panah yang dilepaskan, seakan-akan membaca surat Al Ikhlas”
Bukhari juga salah seorang ulama yang menjadi rujukan dalam ilmu al jarh wa at ta’dil. Keistimewaan yang beliau miliki karena dalam menghukumi seseorang beliau bersikap pertengahan; tidak berlebihan dan tidak pula memudahkan. Imam Bukhari dikenal sebagai sebagai seseorang yang berhati-hati dalam memilih kata-kata hingga ungkapan beliau senantiasa lembut, sangat jarang beliau mengatakan bahwa si fulan pendusta, binasa atau pun pemalsu hadits. Perowi yang paling lemah pun beliau ungkapkan dengan ibarat yang sangat halus seperti: fiihi nazhar (perlu diperiksa/perlu dikaji) atau sakatuu ‘anhu (para ulama mendiamkan orang itu).
Semua ini beliau lakukan karena ketakutan beliau terjatuh dalam perbuatan kezhaliman terutama mengghibah orang lain, walaupun para ulama sudah sepakat bahwa menerangkan kelemahan seorang perowi tidak termasuk ghibah yang diharamkan. Imam Bukhari pernah menyatakan, “Aku berharap bertemu dengan Allah dan aku tidak dihisab karena pernah mengghibah seseorang”, beliau juga menegaskan, “Aku tidak pernah mengghibah seseorang sejak aku tahu bahwa perbuatan ghibah membahayakan pelakunya”.
Penilaian dan Pujian Para Ulama Terhadap Beliau
Keutamaan dan kelebihan Imam Bukhari dari sisi ilmu yang dibarengi dengan amal sholeh mengundang kekaguman dari para ulama, karenanya sangat banyak ungkapan kekaguman serta pujian yang terlontar dari para ulama baik yang merupakan guru-guru beliau, rekan-rekan beliau apatah lagi para ulama yang datang setelah beliau.
Berikut kami kutipkan sebagian kecil dari pujian para ulama terhadap beliau:
* Qutaibah bin Said menuturkan, “Aku telah menghadiri majelis para fuqaha (ahli fiqh), zuhhad (orang-orang yang zuhud) dan para ahli ibadah,akan tetapi sejak aku baligh belum ada yang aku dapatkan sekaliber Muhammad bin Ismail Bukhari, beliau di zamannya sama dengan kedudukan Umar bin Khaththab radhiyallohu anhu di tengah–tengah sahabat”
* Muhammad bin Salam Al Bikandi yang juga merupakan salah seorang guru Bukhari pernah berkata kepadanya, “Periksalah kitab-kitabku apa saja yang engkau dapati dari kesalahan maka coretlah”. Beliau juga mengatakan, “Setiap Bukhari menghadiri majelisku aku grogi dan takut jika salah sementara beliau hadir di majelis”
* Amru bin Ali Al Fallas mengatakan, “Jika ada hadits yang tidak diketahui oleh Bukhari maka berarti itu bukan hadits”
* Yahya bin Ja’far Al Bikandi mengatakan, “Seandainya aku sanggup mengambil dari jatah umurku untuk ditambahkan ke umur Bukhari tentu aku akan melakukannya karena kematianku hanyalah kematian seorang manusia biasa adapun kematian Bukhari berarti hilangnya ilmu”. Beliau pernah mengatakan langsung kepada Bukhari, “Seandainya bukan karena keberadaanmu di sini maka aku tidak betah tinggal di Bukhara”
* Imam Muslim berkata kepada Imam Bukhari, “Tidak ada yang membencimu kecuali orang yang dengki dan aku bersaksi bahwa tidak ada di dunia (di zaman ini) yang seperti engkau”. Imam Muslim ketika ke Bukhara dan bertemu dengan Imam Bukhari beliau mencium jidatnya dan berkata, “Biarkan aku mencium kedua kakimu wahai ustadznya para ustadz, pemimpin ahli hadits dan dokter untuk cacat dan penyakit-penyakit hadits”. Al Hafizh Abu Abdillah Muhammad bin Ya’qub berkata aku mendengar bapakku bercerita, “Aku melihat Muslim bin Hajjaj di depan Muhammad bin Ismail Bukhari bertanya sebagaimana seorang anak kecil bertanya kepada muallimnya”
* Abu ‘Amr Al Khaffaf berkata, “Telah membacakan hadits kepada kami seorang yang bertakwa, bersih, alim yang aku tidak melihat seorang yang setara dengannya : Muhammad bin Ismail (Bukhari) dan beliau lebih mengetahui hadits ketimbang Imam Ahmad dan Ishaq bin Rahawaih, siapa yang berani mencelanya sedikitpun maka aku akan melaknat pencela itu dengan 1000 laknat
* Al Hafizh Abdullah bin Hammad Al Aamuli –salah seorang guru dari Bukhari- bertutur, “Aku sangat suka jika aku sekadar sehelai bulu di tubuh Muhammad bin Ismail Bukhari”
Aqidah dan Madzhab Beliau
Imam Bukhori merupakan imam besar Ahlussunnah wal Jama’ah. Bukti tersebut dapat kita ketahui dari perkataan beliau mengenai guru-gurunya “Saya tidak mengambil hadits kecuali dari yang berkata bahwa iman adalah perkataan dan perbuatan”, tentu saja hal ini sesuai dengan aqidah ahlusunnah wal jama’ah.
Para ulama berbeda pendapat mengenai madzhab beliau, apakah seorang Syafi’iyyah, Hanabilah atau seorang mujtahid? Dan pendapat yang rajih -benar- adalah bahwa beliau merupakan seorang mujtahid dan tidak terikat oleh madzhab fikih tertentu.
Karya-Karya Beliau
Beliau memiliki sumbangsih besar terhadap kaum muslimin dari hasil karya beliau رحمه الله, di antaranya adalah:
1. Al Jami’ As Shohih ; yang lebih dikenal sebagai Shohih Al Bukhori, kitab ini berada pada posisi kedua setelah Al Qur’an dalam tingkat keshohihannya.
2. Al Adab Al Mufrad ; kitab ini merupakan kumpulan hadits-hadits yang mengajarkan kepada kita akhlak dan adab-adab Rasulullah صلى الله عليه وسلم.
3. Juz’u Raf’i Al Yadain; buku ini menjelaskan disyariatkannya mengangkat kedua tangan pada waktu shalat selain takbiratul ihram, buku ini telah dicetak diantaranya dengan tahqiq dari Al ‘Allamah Abu Muhammad Badi’uddinsyah Ar Rasyidy As Sanady.
4. Juz’u Al Qiro’ah kholfa Al Imam; buku kecil ini menjelaskan diwajibkannya membaca surat Al Fatihah pada waktu shalat termasuk bagi makmum dalam seluruh shalat baik sirriyah maupun jahriyah
5. At Tarikh Al Kabir, kitab ini berisi nama-nama para perawi yang meriwayatkan dari para sahabat, tabi’in, maupun tabi’ut tabi’in, tersusun sesuai abjad hijaiyyah
6. At Tarikh As Shoghir, telah dicetak, berisi nama para sahabat, tabi’in, maupun tabi’ut tabi’in yang terkenal.
7. Khalqu Af’aalil ‘Ibaad; sebuah kitab aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang menjelaskan bahwa perbuatan makhluk hakikatnya adalah ciptaan Allah Azza wa Jalla. Kitab aqidah ini menyebutkan riwayat-riwayat dengan sanad dan sudah dicetak serta tersebar di kalangan penuntut ilmu
Wafat beliau :
Beliau wafat pada malam Sabtu setelah sholat Isya tepatnya saat malam ‘Iedul Fithri tahun 256 H, dalam usia 62 tahun.
Abdul Wahid bin Adam Ath Thawawisi bercerita, “Aku melihat pada saat bermimpi, Nabi Muhammad shallallohu alaihi wa sallam sedang berdiri di suatu tempat dan ditemani beberapa sahabatnya, maka aku mengucapkan salam kepada beliau lalu beliau menjawab salamku. Aku bertanya, “Mengapa engkau berdiri di sini wahai Rasulullah?” Beliau menjawab : “Aku menunggu Muhammad bin Ismail”. Setelah beberapa hari kemudian dari mimpiku itu sampai kepadaku kabar kematian Imam Bukhari ternyata beliau telah wafat di waktu ketika aku bermimpi melihat Nabi Muhammad shallallohu alaihi wasallam”.
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala merahmati beliau dan membalas jasa-jasanya serta memasukkannya dan mengumpulkan kita semua di Syurga Firdaus. Aamiin.