Social Icons

Pages

Senin, 27 Desember 2010

JANGAN BERPECAH!

Oleh; Abu Nabiela eL Medina
Saudaraku, Sesungguhnya perpecahan kaum muslimin saat ini tidak ada hubungannya dengan Islam sebagai agama yang benar. Akan tetapi semua itu diakibatkan oleh kurangnya ilmu dalam memahami syariat Allah, menuhankan akal, sifat fanatik, atau kemunafikan. Semuanya adalah konsekuensi dari umat yang tidak mau berpegang pada al-Qur’an dan hadits sesuai pemahaman orang shalih terdahulu dari kalangan sahabat, tabi’in dan at-ba’ut tabi’in..

Mengenal aliran sesat bukanlah untuk menebar perpecahan dalam tubuh umat Islam. Karena yang haq telah nyata dari yang bathil. Namun, sebagai langkah cerdas menuju shiraathal mustaqiim, jalan keselamatan yang kita idam-idamkan. Kenalilah musuhmu sebagai bekal menuju remaja muslim yang tangguh dalam menampik serangan-serangannya.
I. Pengertian perpecahan
Secara bahasa, iftiraq(perpecahan) adalah lawan dari persatuan. Allah Ta’ala berfirman; dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, ..(Ali Imran:103) Allah Ta’ala melarang kita berpecah setelah awalnya kita bersatu. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda; “ penjual dan pembeli (boleh) menawar selama keduanya belum berpisah” maksudnya penjual dan pembeli boleh melakukan tawar menawar dalam praktek jual beli selama keduanya belum berpisah dari tempat akad tersebut, sehingga keduanya pun berpaling satu sama lain.
Secara istilah, iftiraq bisa diartikan dalam beberapa makna;
a. Perpecahan dalam agama dan perselisihan di dalamnya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala; dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, ..(Ali Imran:103) juga sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam; “ kamu yahudi berpecah menjadi 71 atau 72 golongan” perpecahan dalam makna ini adalah perpecahan dalam maslah prinsip pokok agama yang mengarah kepada perselisihan dalam agama dan keluarnya seseorang dari jalan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
b. Perpecahan dalam tinjauan syariat juga bisa diartikan sebagai memisahkan diri/keluar dari jama’ah kaum muslimin. Yaitu jama’ah kaum muslimin di zaman Rasulullah, sahabat, jamaah Ahlussunnah yang masih dan senantiasa konsisten di atas petunjuk mereka(Rasulullah dan sahabat) setelah terjadinya perpecahan. Maka, barang siapa yang menyelisihi jalan mereka pada masalah-masalah prinsip yaitu dalam aqidah dan menyelisihi manhaj(metode) mereka dalam beragama, keluar dari pemimpin kaum muslimin yang sah ataumenghalalkan darah(bolehnya membunuh) kaum muslimin, semuanya bisa masuk dalam pengertian iftiraq. Rasulullah bersabda; dalam lafazh muslim “barang siapa yang keluar dari ketaatan(pada pemimpin) dan yang menyelisihi jamaah(kaum muslimin) kemudian mati, maka ia mati dalam keadaan jahiliyah”.
Untuk lebih jelasnya, kita bisa katakan bahwa yang dikatakan berpecah adalah yang menyelisihi jamaah, keluar dari ketaatan pada pemimpin kaum muslimin yang sah, menghalalkan darah kaum muslimin, memberontak dan berperang dibawah bendera, kelompok, suku, partai atau perkumpulan dengan maksud dan tujuan yang tidak syar’i, semua karakter tersebut bisa masuk dalam kategori orang yang mengadakan perpecahan, menyelisih dan mengikuti hawa nafsu.
Saudaraku, perpecahan ini tidak terlepas dari peran setan La’natullahi ‘Alaihi. Bahkan, inilah media utama bagi setan untuk menarik sebanyak-banyaknya pengikut ke neraka. Lewat perpecahan inilah setan menghancurkan barisan kaum muslimin sejak zaman kenabian sampai detik ini. Yah, sampai saat kamu membaca buku ini, kaum muslimin masih dilanda perselisihan dan perpecahan. Nampak dalam banyak kerusuhan dan pertikaian yang menimbulkan korban harta dan nyawa yang tidak sedikit disebabkan oleh perpecahan dengan berbagai latar belakangnya.
Namun, kami tegaskan bahwa pembahasan kita ini bukanlah ungkapan rasa bahagia atas tersesat dan jauhnya kaum muslimin dari jalan hidayah. Bukan pula atas keinginan untuk menginjak-injak kehormatan mereka dengan membeberkan dan memunculkannya dipermukaan. Bukan juga sebagai sikap setuju dan sekedar menjadi penonton setia atas musibah ini.
Sejarah membuktikan bahwa pemecah belah umat selama ini adalah para pelaku bid’ah yaitu orang-orang yang mengada-adakan sesuatu dalam agama atau membuat syariat selain dari syariat Allah dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Bid’ah yang mereka adakan mencakup bid’ah dalam aqidah, perkataan maupun perbuatan bahkan ada yang mengumpulkan ketiga jenis bid’ah tersebut.
Jadi, pelaku bid’ah dapat pula kita sebut sebagai pemecah belah umat karena syariat baru yang dibuatnya membuat umat tersesat dan jauh dari jalan yang ditentukan oleh Allah dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Namun tidak semua orang yang melakukan bid’ah bisa kita hukumi sebagai orang yang telah keluar dari jalan Rasulullah karena diantara mereka ada yang melakukannya bukan ata dasar kesengajaan tapi atas dasar ketidaktahuan atau hasil dari ijtihad(usaha maksimal dalam mengeluarkan dan menetapkan hukum dalam masalah syariat berdasarkan dalil-dalail yang ada)yang dilakukan oleh para ulama, bid’ah tersebut bukan bid’ah yang berat yang berkonsekuensi pada kekafiran dan pelakunya tidak menyebarkan bid’ah tersebut. Sebagaimana yang terjadi pada beberapa ulama Ahlussunnah waljama’ah seperti Qatadahdengan perkataannya dalam maslah takdir, Abdurrazzak bin hammam dan al Hakim an Naissabuury dalam masalah tasyayyu’(pro terhadap Ali bin Abi Thalib), Ibnu Hajar dan An Nawawy dalam masalah ta’wil(penafsiran) tentang nama-nama dan sifat Allah. –semoga Allah merahmati mereka semua-
Saudaraku, mari berkhidmat untuk Islam. Kita singkirkan benih-benih perpecahan yang telah mengacaukan barisan kaum muslimin. Ajaklah umat ini untuk bersatu dengan mengungkap sumber utama penyebab perpecahan yang selama ini melanda mereka. Karena kembali kepada kebenaran dan persatuan adalah cita-cita bersama. Bersatu kembali dan merapatkan barisan untuk melawan serangan musuh sekaligus mengajak mereka kembali ke jalan hidayah dan memeluk Islam dengan penuh keikhlasan.
Ingatlah sobat, umat ini tidak akan berjaya kecuali jika mereka kembali meniti jalan yang membuat umat sebelumnya berjaya. Dan wasiat agung ini telah disampaikan oleh Imam Malik bin Anas –semoga Allah merahmatinya-.
Untuk lebih jelasnya, kami paparkan tujuan pembahasan ini yaitu;
Pertama;mengingatkan kaum muslimin tentang keadaan pendahulu mereka yang mempunyai kemuliaan, kehormatan dan kewibawaan yaitu disaat mereka bersat, satu sikap, hati dan pikiran.
Kedua;mengalihkan perhatian mereka kepada keadaan yang sedang mereka alami berupa kerugian dan kekacauan akibat dari perpecahan.
Ketiga;mengarahkan umat kepada persatuan diantara mereka dengan menjelaskan tentang dampak buruk yang ditimbulkan dari perpecahan serta dampak positif atau keuntungan yang diperoleh dari persatuan mereka.
Keempat;menyingkap akar permaslahan dan sebab perpecahan yang telah telah melanda kaum muslimin selama ini agar kaum muslimin menjauhinya dan berhati-hati darinya.
Kelima;mendeteksi perbedaan antara aqidah islam yang shahih dengan aqidah, pemikiran dan pendapat bathil yang sengaja disusupkan dalam tubuh Islam.
Keenam;menguraikan secara mendetail pergerakan dan pemikiran yang dilancarkan oleh para pembelot dari jalan yang lurus. Sehingga nampaklah sepak terjang mereka dalam memecah belah kesatuan umat Islam. Karena pada hakikatnya musibah yang melanda umat terdahulu telah terjadi pula di zaman ini akibat dari penyimpangan terhadap petunjuk alquran dan as sunnah.
Jadi, sesungguhnya perpecahan yang terjadi saat ini tidak lepas dan erat sekali hubungannya dengan Pikiran dan pemahaman kaum sesat terdahulu yang telah mereka wariskan dan sebarkan secara turun temurun dari generasi ke generasi.
Ketujuh;mempelajari jalan golongan yang lurus yang mengambil selalu berpegang teguh pada alqur’an dan as sunnah serta menjauihi pemahaman sesat dan menyimpang dari aqidah yang shahih.
Kedelapan;membentengi diri sekaligus mengadakan perlawanan terhadap syubhat-syubhat yang dihembuskna oleh musuh Allah Ta’ala.
Kesembilan;memberikan motivasi kepada kaum muslimin untuk melakukan penelitian ilmiah dalam mengungkap kesesatan musuh dan mencegah usaha mereka dalam merusak akidah umat dengan membantah syubhat-syubhat mereka lewat dakwah lisan dan tulisan.
Saudaraku di jalan Allah, walaupun tokoh-tokoh utama golongan sesat telah tiada, perang melawan mereka tentu saja tidak akan pernah berhenti begitu saja. Walaupun ulama kita telah mencurahkan waktu dan pikiran mereka untuk melawan musuh dengan menulis buku-buku dan dakwah di mimbar-mimbar. Karena, musuh dan ancaman umat Islam tidaklah terbatas pada tokoh dan zaman saja melainkan pemikiran dan pemahaman sesat yang senantiasa diwariskan hingga saat ini.
Sebuah contoh, mu’tazilah. Pemikiran golongan ini masih mengakar kuat sampai saat ini. Golongan ini ditunggangi oleh orang-orang yang pemikirannya telah dipengaruhi oleh kemajuan zaman baik di negri barat maupun timur. Mereka mengagungkan akal dan menjadikannya sumber hukum pada setiap permasalahan. bagi mereka, yang tidak menggunakan akal adalah terbelakang. Pada hakikatnya, mereka ingin keluar dari aturan dan metode Islam namun mereka masih menyembunyikannya. Pemikiran mereka nampak dalam pergerakan dakwah khususnya dikalangan generasi muda Islam. Pemikiran dan pemahaman mereka berasal dari golongan khawarij terdahulu. Seperti mengkafirkan sesama muslim dan menghalalkan darah mereka.
Demikian pula golongan sufiyah dengan ajarannya yang semakin merebak dalam masyarakat. Seperti berkembangnya khurafat, tahayul dan penafsiran mimpi yang kemudian dijadikan sebagai sumber hukum, mengundang roh-roh dan membaha s hal-hal ghaib tanpa dasar dalil yang shahih, mengagungkan orang tertentu disertai ghuluw/fanatik berlebihan. Pemahaman dan ajaran mereka pun tidak lepas dari warisan pendahulu mereka dari golongan al baathiniyyah dan Syiah yang identik dengan sikap ghuluw. Dan masih banyak lagi yang belum kita bahas pada bab ini.
Jadi, selain mempelajari sejarah golongan sesat terdahulu, dalam pembahasan masalah perpecahan ini, secara otomatis kita juga telah mempelajari golongan sesat masa kini karena hubungan erat antara keduanya sebagaimana telah kita paparkan sebelumnya. Bahkan, dapat kita katakan bahwa pemikiran dan pemahaman sesat telah menghiasi keseharian para generasi muda Islam. Sehingga sikap diam dan tidak mau mendakwahkan kesesatan musuh adalah menggugurkan kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar. Al hasil, mempelajari perpecahan umat dan golongan sesat adalah kebutuhan mendesak dan darurat melihat banyaknya maslahat(manfaat) di dalamnya.

0 komentar:

Posting Komentar