Social Icons

Pages

Senin, 27 Desember 2010

Golongan yang tersesat tidak semuanya keluar dari islam dan tidak semuanya kafir.

Oleh; Abu Nabiela eL Medina
Pembahasan ini sangat penting karena kita tidak ingin saudara-saudara kita lansung berkesimpulan salah setelah membaca atau mendengar hadits perpecahan umat. Karena jumlah golongan yang disebutkan dalam hadits perpecahan sebelumnya tidaklah bermakna bahwa semuanya kafir walaupun semuanya masuk neraka. Jadi, semuanya mendapat ancaman neraka dan tidak semuanya kafir atau keluar dari Islam. Oleh sebab itu, Syaikhul Islam Ibn Taimiyah-rahimahullah-berkata;
”barang siapa yang mengatakan bahwa setiap golongan dari ke 72 golongan menjadi kafir dengan kekafiran yang mengeluarkannya dari Islam, sungguh mereka telah menyelisihi al Qur’an dan as Sunnah dan ijma’ sahabat bahkan ijma ke empat imam dan imam yang lain, namun tidak ada diantara mereka yang mengkafirkan setiap dari ke 72 golongan, hanyalah mereka dikafirkan sebagiannya dengan beberapa perkataan(sebab, pen-)”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah juga berkata;”walaupun termasuk dalam ke 72 golongan, namun sesungguhnya di dalam setiap golongan terdapat banyak orang yang tidak tergolong kafir, bahkan adalah orang-orang beriman yang di dalamnya ada kesesatan dan penyimpangan yang karenanya mereka berhak mendapatkan ancaman, sebagaimana pelaku maksiat dari kaum mukminin (juga)berhak atasnya. Dan Nabi Sahallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak mengeluarkan mereka dari Islam; bahkan Beliau menjadikan mereka diantara umatnya, dan Beliau tidak pernah berkata bahwa mereka kekal di neraka”. Ini adalah kaidah agung yang penting untuk diperhatikan, karena banyak orang yang menisbatkan dirinya kepada sunnah (namun)di dalamnya mereka(melakukan) bid’ah dari jenis bid’ah Rafidhah dan Khawarij. Dan sahabat-sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam seperti Ali bin Abi Thalib, dan yang lainnya tidak mengkafirkan kaum Khawarij yang telah mereka perangi”.
Beliau –rahimahullah- juga berkata;”barang siapa yang mengkafirkan ke 72 golongan-barang siapa yang mengkafirkan mereka secara mutlak- sungguh ia sudah menyelisihi al-Qur’an dan as Sunnah, ijma sahabat dan yang mengikuti mereka dengan baik, karena hadits 72 golongan tiidak terdapat pada ash Shahihain(bukhari-muslim), dan hadits tersebut telah dilemahkan oleh Ibnu Hazm dan lainnya, akan tetapi yang lain (ada)menghasankannya atau menshahihkannya. Hadits tersebut telah diriwayatkan oleh Ahlussunan(Abu Dawud, At tirmidzy, An Nasaa-i, Ibnu Majah) dan telah diriwayatkan dari banyak jalan, dan perkataannya Shallallahu ‘Alaihi Wasallam;”72 golongan di neraka dan satu golongan di surga” tidaklah lebih besar(ancamannya,pen-) dari firmanNya Ta’ala; “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).” (an Nisaa:10), dan Allah berfirman; “dan Barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, Maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (an Nisaa:30)dan nash-nash(dalil-dalil) jelas yang semisal dengannya tentang masuknya orang-orang yang melakukan demikian ke dalam neraka”.
Jadi, ancaman dalam hadits tidak bisa kita maknai bahwa orang-orang yang diancam tersebut semuanya patut masuk neraka, atau semuanya dihukumi keluar dari dari Islam. Akan tetapi, kita hukumi mereka berdasarkan keyakinan dan tingkat penyimpangannya.

Hadits Tentang Perpecahan Umat Dan Perkataan Ulama Tentangnya

Oleh; Abu Nabiela eL Medina
Dari Abdullah bin Amru beliau berkata; berkata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam; “umatku akan berpecah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu, (yaitu) apa yang saya dan sahabatku berada di atasnya”. Dalam riwayat yang lain yang diriwayatkan dari Bintu sa’d atau sa’dah; “.....semuanya di neraka kecuali satu, dan dia adalah al jama’ah”.

Sobat muda, golongan-golongan yang memisahkan diri dari al jama’ah secara garis besar terdiri dari empat golongan pokok. Empat golongan inilah yanng bercabang dan darinyalah pemahaman sesat berakar dan menancapkan pengaruhnya hingga bercabang cabang dalam jumlah yang sangat banyak.
Adapun keempat sumber pokok golongan sesat tersebut adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh al Imam Ibnu Batthah-rahimahullah- ketika beliau menjelaskan makna dalam hadits perpecahan umat, beliau berkata;”....telah berkata kepada kami Abu Bakr Ahmad bin Sulaiman an Najjaad, dan Abu Umar Ubaidullah bin Muhammad bin Ubaidul ‘Athaar, dan Abu Bakr Muhammad bin al Husain, dan Abu Yusuf Ya’qub bin Yusuf, mereka semua berkata;” telah berkata kepada kami Abu Bakr Abdullah bin Sulaiman bin al Asy’ats as Sijistaany Beliau berkata; “telah berkata kepada kami al Musayyib bin Waadhih Beliau berkata; saya mendengar Yusuf bin Asbaath berkata; “pokok bid’ah ada empat; ar Rawaafidh, al Khawaarij, al Qadariyyah dan al Murji’ah, kemudian setiap golongan tersebut bercabang kedalam 18 golongan, maka itu berjumlah 72 golongan, dan golongan yang ke 73adalah al jama’ah yang telah Rasulullah katakan bahwasanya dialah an Naajiyah(golongan selamat)”.
Dan perlu kita ketahui bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam tidak pernah menyebutkan bahwa golongan ulama fiqih adalah yang termasuk dalam golongan yang masuk neraka. Kenapa demikian? Karena mereka berselisih atau berbeda pendapat dalam masalah cabang ilmu fikih sedangkan mereka telah sepakat dalam masalah pokok dalam agama. Mereka berbeda pendapat dalam cabang ilmu fikih yaitu hukum halal dan haram. Pandangan ulama terhadap perbedaan pendapat dalam masalah cabang fikih ada dua yaitu;
Yang pertama; pendapatyang memandang bahwa ulama yang berbeda pendapat tersebut semuanya adalah mujtahid, mereka semua hanya berbeda dalam cabang fikih dan semuanya benar(mendapat pahala).
Yang kedua; pendapat yang memandang bahwa salah satu pihak yang berselisih mendapat satu pahala, dan yang lainnya bersalah tapi tidak sampai pada mensesatkannya.
Kita tegaskan bahwa perselisihan dalam masalah cabang senantiasa berdasarkan ijtihad atas dalil-dalil yang benar, shahih dan jelas. Jika terdapat dalil yang shahih, maka wajib untuk merujuk padanya. Karena Allah Ta’ala berfirman; “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (an Nisaa:59.)

Peringatan Untuk Tidak Berpecah

Oleh; Abu Nabiela eL Medina
Peringatan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam senantiasa memberikan petunjuk kepada umatnya dalam setiap amalan yang dilakukan oleh umatnya baik berupa amal kebaikan maupun keburukan. Beliau telah memperingatkan kepada umatnya untuk tidak terjatuh pada perpecahan, mengikuti hawa nafsu dan berbuat bid’ah sekaligus Beliau juga mengabarkan bahwa umatnya akan terjatuh di dalamnya hingga yang tersisa dan selamat adalah satu kelompok saja yaitu umatnya yang senantiasa berpegang teguh pada alqur’an dan assunnah. Meraka itulah yang disebut dengan ahlussunnah waljama’ah.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berwasiat dengan sabdanya; “dan hendaklah kalian (bersama) jama’ah karena sesungguhnya tangan Allah di atas jama’ah” juga sabdanya; “karena sesungguhnya setan bersama dengan yang sendiri dan dia(setan) terhadap yang berdua sangat jauh”, juga sabdanya; “barang siapa yang melihat sesuatu yang ia benci dari pemimpinnya, maka hendaklah ia bersabar atasnya, karena barang siapa yang menyelisihi jama’ah ukuran sejengkal; maka sungguh ia telah melepas ikatan tali Islam dari lehernya” juga sabdanya; “barang siapa yang mendatangi kalian dan (atau) salah seorang laki-laki dari kalian memerintahkan kalian dengan maksud untuk memecah belah persatuan kalian, maka tebaslah lehernya dengan pedang siapapun orangnya”.
Hadits-hadits tersebut dalah ajakan yang sangat jelas dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam untuk menyatukan pendapat dan menjauhi perpecahan dan perbedaan. Di dalamnya juga kita dilarang untuk keluar dari pemerintahan yang sah. Semuanya merupakan petunjuk yang jelas akan wajibnya berkumpul dalam naungan al-Qur’an dan as Sunnah yaitu jalan yang lurus.
Telah diriwayatkan secara mutawatir bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda; “senantiasa akan ada sekelompok dari umatku yang berada diatas kebenaran sampai datangnya hari kiamat” ini adalah kabar gembira bagi umat Islam bahwa kebenaran akan tetap eksis dan berjaya sampai hari kiamat, juga bahwa akan ada kelompok dari umat ini yang berada di atas jalan yang lurus, berpegang teguh pada petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan tentu saja mereka akan mendapatkan pertolongan dari Allah Subhanahu Wata’ala. Untuk itu, janganlah kamu bersedih dan putus asa atas musibah perpecahan yang menimpa umat Islam. Justru, seharusnyalah kamu kita bangkit menuju kemuliaan Islam dan kaum muslimin dengan menjaga persatuan umat, selalu berjamaah dan berpegang teguh pada al-Qur’an al Kariim dan Hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang shahih.
Peringatan Dari Generasi Shalih Terdahulu
Pendahulu kita dari kalangan para sahabat dan generasi shalih setelahnya juga telah mengikuti jejak al-Qur’an dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam memperingatkan umat ini akan bahaya bid’ah dan memperturutkan hawa nafsu. Setelah perpecahan muncul dan memecah belah barisan umat, para sahabat dan generasi shalih terdahulu tidaklah tinggal diam, merekalah mengambil posisi di saf terdepan untuk menghadapi para pelaku perpecahan dan bid’ah tersebut. Mereka bangkit untuk beramar ma’ruf nahi mungkar dan menasehati umat. Pada pembahasan ini, kita hanya akan memaparkan sebagian dari perkataan mereka yang menunjukkan bahwa mereka memiliki perhatian yang besar terhadap musibah perpecahan ini.
Umar bin Khatthab pernah berkata; “waspadailah para pemilik para pemuja akal karena sesungguhnya para pemuja akal adalah musuh-musuh sunnah, mereka telah bercapek-capek menghafal hadits namun mereka (memahami hadits) berdasarkan akalnya; lalu merekapun tersesat dan menyesatkan” peringatan umar ini telah terbukti. Kita telah melihat munculnya golongan khawarij di akhir pemerintahan utsman bin affan. Mereka memahami alqur’an dan hadits dengan pemahaman yang salah dan berdasarkan akalnya yang terbatas. Selain itu, ada juga golongan yang menolak hadits, mencari-cari ayat yang mutasyaabihaat yaitu ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian dan Hanya Allah yang mengetahui seperti ayat-ayat yang berhubungan dengan yang ghaib sehingga merekapun salah paham dan tersesat.
Abdullah Bin Mas’ud berkata; waspadailah apa-apa yang dibuat manusia berupa bid’ah, karena sesungguhnya agama tidaklah pergi dari hati sekaligus, akan tetapi setan membuatkan untuknya bid’ah sehingga keluarlah iman dari hatinya, dan dikhawatirkan manusia akan meninggalkan apa-apa yang telah Allah lazimkan kepada mereka berupa fardhuNya dalam shalat, dan puasa dan halal dan haram dan mereka berbicara tentang Tuhannya Azza Wajalla, maka barang siapa yang mendapati zaman itu, hendaklah ia melarikan diri, dikatakan; wahai Abu Abdurrahman, lalu kemana(melarikan diri)? Beliau berkata; tidak kemana-mana, beliau berkata; melarikan diri dengan hatinya, dan agamanya, tidak duduk (bersama) seorang pun dari pelaku bid’ah”.
Sa’id bin al Musayyib-rahimahullah- berkata; “jika manusia berbicara tentang Tuhannya, dan tentang malaikat, setan akan muncul kepadanya(mendatanginya) lalu mendorongnya kepada penyembahan patung-patung”.
Berkata Abul ‘Aliyah;”berpegang teguhlah pada sunnah nabi kalian Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan yang para sahabatnya berada diatasnya, dan tinggalkanlah al ahwaa(orang-orang yang memperturutkan hawa nafsu) yang melontarkan permusuhan dan kebencian diantara manusia.”
Berkata Imam asy Sya’by;”pendapat(akal) itu hanyalah semisal bangkai, jika manusia membutuhkannya ia memakannya, dan pendapat(akal) dalam agama pada hakikatnya landasannya adalah hawa nafsu, sedangkan agama berpondasi diatas wahyu, dan tidak ada kesempatan didalamnya untuk berijtihad(berpendapat sendiri-sendiri).”
Berkata Sufyan ats Tsaury –Rahimahullah- ;”bid’ah itu lebih disenangi iblis ketimbang maksiat. Orang bertaubat dari maksiat, dan(sebaliknya) orang tidak dapat bertaubat dari bid’ah”. Karena Terkadang orang yang berbuat maksiat lebih bisa diharapkan taubatnya daripada orang yang berbuat bid’ah karena kuatnya anggapan mereka bahwa amalan yang mereka kerjakan itu benar meskipun tidak ada contohnya dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Imam al Baghawy-rahimahullah- dalam kitabnya syarhussunnah berkata; “ulama salaf(terdahulu) dari kalangan ahlussunnah waljama’ah telah sepakat atas pelarangan tentang perdebatan dan saling berbantah dalam masalah sifat-sifat(Allah), dan atas pelarangan untuk terjun ke dalam ilmu kalam(logika) dan mempelajarinya”.

Ancaman Bagi Pengikut Hawa Nafsu Dan Pemecah Belah Umat

Oleh; Abu Nabiela eL Medina
Masalah perpecahan dan perpselisihan adalah sangat penting dan memprihatinkan. Oleh sebab itu, kami akan menyebutkan ancaman dan peringatan keras dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk tidak terjatuh dalam perpecahan apalagi sampai tersesat. Na’udzubillah min dzalik. Disamping itu, perkataan generasi shalih terdahulu juga sangat tepat untuk kita jadikan sebagai petunjuk dalam meniti jalan penuh syubhat dan syahwat ini.

1. Al Quran melarang umat Islam untuk berpecah dan berselisih
Al Qur’an telah menjelaskan kepada kita bahwasanya perpecahan itu pasti akan terjadi dan tidak akan bisa dihindari. Perpecahan adalah sunnatullah yang tidak akan pernah tergantikan atau diubah pada setiap kaum dan manusia secara keseluruhan. Namun, Telah banyak pula ayat yang menyebutkan tentang larangan dan peringatan untuk tidak berpecah yang ditujukan kepada ahlul kitab dan umat-umat terdahulu yang berpecah, berselisih dan bercerai berai menjadi suatu kelompok, partai dan golongan. Padahal, Allah telah menurunkan kepada mereka petunjuk berupa kitab-kitab supaya mereka mewaspadai perpecahan tersebut, Allah juga telah mengirim Rasul-rasulnya agar manusia senantiasa bersatu di dalam kebenaran yang datangnya dari Allah Ta’ala semata bukan selainnya.
Dan ayat-ayat yang menjelaskan akan hal itu sangatlah banyak, diantaranya; firman Allah Ta’ala; “dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.”(al An’am: 153.) jalan yang lurus adalah Al Qur’an dan Islam. Jalan yang lurus adalah fitrah yang telah Allah tanamkan dalam diri manusia sejak lahir. Sedangkan jalan-jalan yang lain adalah hawa nafsu, perpecahan, bid’ah dan perkara-perkara baru. Mujahid –rahimahullah- ketika mengomentari firman Allah; “dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)” Beliau berkata ; yakni bid’ah dan syubhat-syubhat dan kesesatan-kesesatan”.
Allah Ta’ala telah mengabarkan bahwasa ada sebagian orang yang memperturutkan nafsunya untuk mengetahui perkara syubhat yaitu masalah –masalah yang hanya Allah saja yang tahu. Allah menyebutnya sebagai Ahlu azzaigh dan al Fitnah yaitu orang-orang yang memperturutkan hawa nasunya dan pemecah belah umat., Allah Ta’ala berfirman;
Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, Padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.(Ali Imran: 7)
Ayat yang muhkamaat ialah ayat-ayat yang terang dan tegas maksudnya, dapat dipahami dengan mudah. Termasuk dalam pengertian ayat-ayat mutasyaabihaat: ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian dan tidak dapat ditentukan arti mana yang dimaksud kecuali sesudah diselidiki secara mendalam; atau ayat-ayat yang pengertiannya hanya Allah yang mengetahui seperti ayat-ayat yang berhubungan dengan yang ghaib-ghaib misalnya ayat-ayat yang mengenai hari kiamat, surga, neraka dan lain-lain.
Allah Tabaaraka Wata’ala telah melarang umat ini dari apa yang telah membuat umat-umat terdahulu terjatuh dalam perpecahan dan perselisihan setelah datang kepada mereka penjelasan, Allah juga telah menurunkan kepada mereka kitab-kitab. Allah Ta’ala berfirman;
dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. mereka Itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat,(Ali Imran: 105) dalam ayat yang lain, Allah juga telah mengancam orang-orang yang melakukan perpecahan dengan adzab yang besar. Allah menjelaskan tentang keadaan mereka kelak di akhirrat dalam firmanNya;”pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. ".(Ali Imran:106) Ibnu Abbas berkaata; “wajah para pengikut sunnah putih berseri dan wajah pelaku bid’ah hitam muram”.
Diantara ketetapan Allah Ta’ala atas hamba-hambaNya adalah bahwa mereka senantiasa akan berselisih dan berpecah kecuali yang mereka yang dirahmati olehNya. Allah telah menetapkan ini sebagai cobaan dan takdir yang takkan bisa diubah oleh siapapun, Allah berfirman; “Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka Senantiasa berselisih pendapat,”(Huud : 118.)
Allah –tabaaraka wata’ala- mencela kedua belah pihak yang berpecah dalam firmanNya Ta’ala; “tetapi mereka Senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu.” (Huud:118-119) Allah mengecualikan orang yang mendapatkan rahmat dari perselisihan (tersebut), begitupula FirmanNya Ta’ala; “yang demikian itu adalah karena Allah telah menurunkan Al kitab dengan membawa kebenaran; dan Sesungguhnya orang-orang yang berselisih tentang (kebenaran) Al kitab itu, benar-benar dalam penyimpangan yang jauh (dari kebenaran).” (al Baqarah: 176.)

JANGAN BERPECAH!

Oleh; Abu Nabiela eL Medina
Saudaraku, Sesungguhnya perpecahan kaum muslimin saat ini tidak ada hubungannya dengan Islam sebagai agama yang benar. Akan tetapi semua itu diakibatkan oleh kurangnya ilmu dalam memahami syariat Allah, menuhankan akal, sifat fanatik, atau kemunafikan. Semuanya adalah konsekuensi dari umat yang tidak mau berpegang pada al-Qur’an dan hadits sesuai pemahaman orang shalih terdahulu dari kalangan sahabat, tabi’in dan at-ba’ut tabi’in..

Mengenal aliran sesat bukanlah untuk menebar perpecahan dalam tubuh umat Islam. Karena yang haq telah nyata dari yang bathil. Namun, sebagai langkah cerdas menuju shiraathal mustaqiim, jalan keselamatan yang kita idam-idamkan. Kenalilah musuhmu sebagai bekal menuju remaja muslim yang tangguh dalam menampik serangan-serangannya.
I. Pengertian perpecahan
Secara bahasa, iftiraq(perpecahan) adalah lawan dari persatuan. Allah Ta’ala berfirman; dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, ..(Ali Imran:103) Allah Ta’ala melarang kita berpecah setelah awalnya kita bersatu. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda; “ penjual dan pembeli (boleh) menawar selama keduanya belum berpisah” maksudnya penjual dan pembeli boleh melakukan tawar menawar dalam praktek jual beli selama keduanya belum berpisah dari tempat akad tersebut, sehingga keduanya pun berpaling satu sama lain.
Secara istilah, iftiraq bisa diartikan dalam beberapa makna;
a. Perpecahan dalam agama dan perselisihan di dalamnya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala; dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, ..(Ali Imran:103) juga sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam; “ kamu yahudi berpecah menjadi 71 atau 72 golongan” perpecahan dalam makna ini adalah perpecahan dalam maslah prinsip pokok agama yang mengarah kepada perselisihan dalam agama dan keluarnya seseorang dari jalan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
b. Perpecahan dalam tinjauan syariat juga bisa diartikan sebagai memisahkan diri/keluar dari jama’ah kaum muslimin. Yaitu jama’ah kaum muslimin di zaman Rasulullah, sahabat, jamaah Ahlussunnah yang masih dan senantiasa konsisten di atas petunjuk mereka(Rasulullah dan sahabat) setelah terjadinya perpecahan. Maka, barang siapa yang menyelisihi jalan mereka pada masalah-masalah prinsip yaitu dalam aqidah dan menyelisihi manhaj(metode) mereka dalam beragama, keluar dari pemimpin kaum muslimin yang sah ataumenghalalkan darah(bolehnya membunuh) kaum muslimin, semuanya bisa masuk dalam pengertian iftiraq. Rasulullah bersabda; dalam lafazh muslim “barang siapa yang keluar dari ketaatan(pada pemimpin) dan yang menyelisihi jamaah(kaum muslimin) kemudian mati, maka ia mati dalam keadaan jahiliyah”.
Untuk lebih jelasnya, kita bisa katakan bahwa yang dikatakan berpecah adalah yang menyelisihi jamaah, keluar dari ketaatan pada pemimpin kaum muslimin yang sah, menghalalkan darah kaum muslimin, memberontak dan berperang dibawah bendera, kelompok, suku, partai atau perkumpulan dengan maksud dan tujuan yang tidak syar’i, semua karakter tersebut bisa masuk dalam kategori orang yang mengadakan perpecahan, menyelisih dan mengikuti hawa nafsu.
Saudaraku, perpecahan ini tidak terlepas dari peran setan La’natullahi ‘Alaihi. Bahkan, inilah media utama bagi setan untuk menarik sebanyak-banyaknya pengikut ke neraka. Lewat perpecahan inilah setan menghancurkan barisan kaum muslimin sejak zaman kenabian sampai detik ini. Yah, sampai saat kamu membaca buku ini, kaum muslimin masih dilanda perselisihan dan perpecahan. Nampak dalam banyak kerusuhan dan pertikaian yang menimbulkan korban harta dan nyawa yang tidak sedikit disebabkan oleh perpecahan dengan berbagai latar belakangnya.
Namun, kami tegaskan bahwa pembahasan kita ini bukanlah ungkapan rasa bahagia atas tersesat dan jauhnya kaum muslimin dari jalan hidayah. Bukan pula atas keinginan untuk menginjak-injak kehormatan mereka dengan membeberkan dan memunculkannya dipermukaan. Bukan juga sebagai sikap setuju dan sekedar menjadi penonton setia atas musibah ini.
Sejarah membuktikan bahwa pemecah belah umat selama ini adalah para pelaku bid’ah yaitu orang-orang yang mengada-adakan sesuatu dalam agama atau membuat syariat selain dari syariat Allah dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Bid’ah yang mereka adakan mencakup bid’ah dalam aqidah, perkataan maupun perbuatan bahkan ada yang mengumpulkan ketiga jenis bid’ah tersebut.
Jadi, pelaku bid’ah dapat pula kita sebut sebagai pemecah belah umat karena syariat baru yang dibuatnya membuat umat tersesat dan jauh dari jalan yang ditentukan oleh Allah dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Namun tidak semua orang yang melakukan bid’ah bisa kita hukumi sebagai orang yang telah keluar dari jalan Rasulullah karena diantara mereka ada yang melakukannya bukan ata dasar kesengajaan tapi atas dasar ketidaktahuan atau hasil dari ijtihad(usaha maksimal dalam mengeluarkan dan menetapkan hukum dalam masalah syariat berdasarkan dalil-dalail yang ada)yang dilakukan oleh para ulama, bid’ah tersebut bukan bid’ah yang berat yang berkonsekuensi pada kekafiran dan pelakunya tidak menyebarkan bid’ah tersebut. Sebagaimana yang terjadi pada beberapa ulama Ahlussunnah waljama’ah seperti Qatadahdengan perkataannya dalam maslah takdir, Abdurrazzak bin hammam dan al Hakim an Naissabuury dalam masalah tasyayyu’(pro terhadap Ali bin Abi Thalib), Ibnu Hajar dan An Nawawy dalam masalah ta’wil(penafsiran) tentang nama-nama dan sifat Allah. –semoga Allah merahmati mereka semua-
Saudaraku, mari berkhidmat untuk Islam. Kita singkirkan benih-benih perpecahan yang telah mengacaukan barisan kaum muslimin. Ajaklah umat ini untuk bersatu dengan mengungkap sumber utama penyebab perpecahan yang selama ini melanda mereka. Karena kembali kepada kebenaran dan persatuan adalah cita-cita bersama. Bersatu kembali dan merapatkan barisan untuk melawan serangan musuh sekaligus mengajak mereka kembali ke jalan hidayah dan memeluk Islam dengan penuh keikhlasan.
Ingatlah sobat, umat ini tidak akan berjaya kecuali jika mereka kembali meniti jalan yang membuat umat sebelumnya berjaya. Dan wasiat agung ini telah disampaikan oleh Imam Malik bin Anas –semoga Allah merahmatinya-.
Untuk lebih jelasnya, kami paparkan tujuan pembahasan ini yaitu;
Pertama;mengingatkan kaum muslimin tentang keadaan pendahulu mereka yang mempunyai kemuliaan, kehormatan dan kewibawaan yaitu disaat mereka bersat, satu sikap, hati dan pikiran.
Kedua;mengalihkan perhatian mereka kepada keadaan yang sedang mereka alami berupa kerugian dan kekacauan akibat dari perpecahan.
Ketiga;mengarahkan umat kepada persatuan diantara mereka dengan menjelaskan tentang dampak buruk yang ditimbulkan dari perpecahan serta dampak positif atau keuntungan yang diperoleh dari persatuan mereka.
Keempat;menyingkap akar permaslahan dan sebab perpecahan yang telah telah melanda kaum muslimin selama ini agar kaum muslimin menjauhinya dan berhati-hati darinya.
Kelima;mendeteksi perbedaan antara aqidah islam yang shahih dengan aqidah, pemikiran dan pendapat bathil yang sengaja disusupkan dalam tubuh Islam.
Keenam;menguraikan secara mendetail pergerakan dan pemikiran yang dilancarkan oleh para pembelot dari jalan yang lurus. Sehingga nampaklah sepak terjang mereka dalam memecah belah kesatuan umat Islam. Karena pada hakikatnya musibah yang melanda umat terdahulu telah terjadi pula di zaman ini akibat dari penyimpangan terhadap petunjuk alquran dan as sunnah.
Jadi, sesungguhnya perpecahan yang terjadi saat ini tidak lepas dan erat sekali hubungannya dengan Pikiran dan pemahaman kaum sesat terdahulu yang telah mereka wariskan dan sebarkan secara turun temurun dari generasi ke generasi.
Ketujuh;mempelajari jalan golongan yang lurus yang mengambil selalu berpegang teguh pada alqur’an dan as sunnah serta menjauihi pemahaman sesat dan menyimpang dari aqidah yang shahih.
Kedelapan;membentengi diri sekaligus mengadakan perlawanan terhadap syubhat-syubhat yang dihembuskna oleh musuh Allah Ta’ala.
Kesembilan;memberikan motivasi kepada kaum muslimin untuk melakukan penelitian ilmiah dalam mengungkap kesesatan musuh dan mencegah usaha mereka dalam merusak akidah umat dengan membantah syubhat-syubhat mereka lewat dakwah lisan dan tulisan.
Saudaraku di jalan Allah, walaupun tokoh-tokoh utama golongan sesat telah tiada, perang melawan mereka tentu saja tidak akan pernah berhenti begitu saja. Walaupun ulama kita telah mencurahkan waktu dan pikiran mereka untuk melawan musuh dengan menulis buku-buku dan dakwah di mimbar-mimbar. Karena, musuh dan ancaman umat Islam tidaklah terbatas pada tokoh dan zaman saja melainkan pemikiran dan pemahaman sesat yang senantiasa diwariskan hingga saat ini.
Sebuah contoh, mu’tazilah. Pemikiran golongan ini masih mengakar kuat sampai saat ini. Golongan ini ditunggangi oleh orang-orang yang pemikirannya telah dipengaruhi oleh kemajuan zaman baik di negri barat maupun timur. Mereka mengagungkan akal dan menjadikannya sumber hukum pada setiap permasalahan. bagi mereka, yang tidak menggunakan akal adalah terbelakang. Pada hakikatnya, mereka ingin keluar dari aturan dan metode Islam namun mereka masih menyembunyikannya. Pemikiran mereka nampak dalam pergerakan dakwah khususnya dikalangan generasi muda Islam. Pemikiran dan pemahaman mereka berasal dari golongan khawarij terdahulu. Seperti mengkafirkan sesama muslim dan menghalalkan darah mereka.
Demikian pula golongan sufiyah dengan ajarannya yang semakin merebak dalam masyarakat. Seperti berkembangnya khurafat, tahayul dan penafsiran mimpi yang kemudian dijadikan sebagai sumber hukum, mengundang roh-roh dan membaha s hal-hal ghaib tanpa dasar dalil yang shahih, mengagungkan orang tertentu disertai ghuluw/fanatik berlebihan. Pemahaman dan ajaran mereka pun tidak lepas dari warisan pendahulu mereka dari golongan al baathiniyyah dan Syiah yang identik dengan sikap ghuluw. Dan masih banyak lagi yang belum kita bahas pada bab ini.
Jadi, selain mempelajari sejarah golongan sesat terdahulu, dalam pembahasan masalah perpecahan ini, secara otomatis kita juga telah mempelajari golongan sesat masa kini karena hubungan erat antara keduanya sebagaimana telah kita paparkan sebelumnya. Bahkan, dapat kita katakan bahwa pemikiran dan pemahaman sesat telah menghiasi keseharian para generasi muda Islam. Sehingga sikap diam dan tidak mau mendakwahkan kesesatan musuh adalah menggugurkan kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar. Al hasil, mempelajari perpecahan umat dan golongan sesat adalah kebutuhan mendesak dan darurat melihat banyaknya maslahat(manfaat) di dalamnya.