Social Icons

Pages

Senin, 27 Desember 2010

Peringatan Untuk Tidak Berpecah

Oleh; Abu Nabiela eL Medina
Peringatan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam senantiasa memberikan petunjuk kepada umatnya dalam setiap amalan yang dilakukan oleh umatnya baik berupa amal kebaikan maupun keburukan. Beliau telah memperingatkan kepada umatnya untuk tidak terjatuh pada perpecahan, mengikuti hawa nafsu dan berbuat bid’ah sekaligus Beliau juga mengabarkan bahwa umatnya akan terjatuh di dalamnya hingga yang tersisa dan selamat adalah satu kelompok saja yaitu umatnya yang senantiasa berpegang teguh pada alqur’an dan assunnah. Meraka itulah yang disebut dengan ahlussunnah waljama’ah.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berwasiat dengan sabdanya; “dan hendaklah kalian (bersama) jama’ah karena sesungguhnya tangan Allah di atas jama’ah” juga sabdanya; “karena sesungguhnya setan bersama dengan yang sendiri dan dia(setan) terhadap yang berdua sangat jauh”, juga sabdanya; “barang siapa yang melihat sesuatu yang ia benci dari pemimpinnya, maka hendaklah ia bersabar atasnya, karena barang siapa yang menyelisihi jama’ah ukuran sejengkal; maka sungguh ia telah melepas ikatan tali Islam dari lehernya” juga sabdanya; “barang siapa yang mendatangi kalian dan (atau) salah seorang laki-laki dari kalian memerintahkan kalian dengan maksud untuk memecah belah persatuan kalian, maka tebaslah lehernya dengan pedang siapapun orangnya”.
Hadits-hadits tersebut dalah ajakan yang sangat jelas dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam untuk menyatukan pendapat dan menjauhi perpecahan dan perbedaan. Di dalamnya juga kita dilarang untuk keluar dari pemerintahan yang sah. Semuanya merupakan petunjuk yang jelas akan wajibnya berkumpul dalam naungan al-Qur’an dan as Sunnah yaitu jalan yang lurus.
Telah diriwayatkan secara mutawatir bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda; “senantiasa akan ada sekelompok dari umatku yang berada diatas kebenaran sampai datangnya hari kiamat” ini adalah kabar gembira bagi umat Islam bahwa kebenaran akan tetap eksis dan berjaya sampai hari kiamat, juga bahwa akan ada kelompok dari umat ini yang berada di atas jalan yang lurus, berpegang teguh pada petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan tentu saja mereka akan mendapatkan pertolongan dari Allah Subhanahu Wata’ala. Untuk itu, janganlah kamu bersedih dan putus asa atas musibah perpecahan yang menimpa umat Islam. Justru, seharusnyalah kamu kita bangkit menuju kemuliaan Islam dan kaum muslimin dengan menjaga persatuan umat, selalu berjamaah dan berpegang teguh pada al-Qur’an al Kariim dan Hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang shahih.
Peringatan Dari Generasi Shalih Terdahulu
Pendahulu kita dari kalangan para sahabat dan generasi shalih setelahnya juga telah mengikuti jejak al-Qur’an dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam memperingatkan umat ini akan bahaya bid’ah dan memperturutkan hawa nafsu. Setelah perpecahan muncul dan memecah belah barisan umat, para sahabat dan generasi shalih terdahulu tidaklah tinggal diam, merekalah mengambil posisi di saf terdepan untuk menghadapi para pelaku perpecahan dan bid’ah tersebut. Mereka bangkit untuk beramar ma’ruf nahi mungkar dan menasehati umat. Pada pembahasan ini, kita hanya akan memaparkan sebagian dari perkataan mereka yang menunjukkan bahwa mereka memiliki perhatian yang besar terhadap musibah perpecahan ini.
Umar bin Khatthab pernah berkata; “waspadailah para pemilik para pemuja akal karena sesungguhnya para pemuja akal adalah musuh-musuh sunnah, mereka telah bercapek-capek menghafal hadits namun mereka (memahami hadits) berdasarkan akalnya; lalu merekapun tersesat dan menyesatkan” peringatan umar ini telah terbukti. Kita telah melihat munculnya golongan khawarij di akhir pemerintahan utsman bin affan. Mereka memahami alqur’an dan hadits dengan pemahaman yang salah dan berdasarkan akalnya yang terbatas. Selain itu, ada juga golongan yang menolak hadits, mencari-cari ayat yang mutasyaabihaat yaitu ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian dan Hanya Allah yang mengetahui seperti ayat-ayat yang berhubungan dengan yang ghaib sehingga merekapun salah paham dan tersesat.
Abdullah Bin Mas’ud berkata; waspadailah apa-apa yang dibuat manusia berupa bid’ah, karena sesungguhnya agama tidaklah pergi dari hati sekaligus, akan tetapi setan membuatkan untuknya bid’ah sehingga keluarlah iman dari hatinya, dan dikhawatirkan manusia akan meninggalkan apa-apa yang telah Allah lazimkan kepada mereka berupa fardhuNya dalam shalat, dan puasa dan halal dan haram dan mereka berbicara tentang Tuhannya Azza Wajalla, maka barang siapa yang mendapati zaman itu, hendaklah ia melarikan diri, dikatakan; wahai Abu Abdurrahman, lalu kemana(melarikan diri)? Beliau berkata; tidak kemana-mana, beliau berkata; melarikan diri dengan hatinya, dan agamanya, tidak duduk (bersama) seorang pun dari pelaku bid’ah”.
Sa’id bin al Musayyib-rahimahullah- berkata; “jika manusia berbicara tentang Tuhannya, dan tentang malaikat, setan akan muncul kepadanya(mendatanginya) lalu mendorongnya kepada penyembahan patung-patung”.
Berkata Abul ‘Aliyah;”berpegang teguhlah pada sunnah nabi kalian Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan yang para sahabatnya berada diatasnya, dan tinggalkanlah al ahwaa(orang-orang yang memperturutkan hawa nafsu) yang melontarkan permusuhan dan kebencian diantara manusia.”
Berkata Imam asy Sya’by;”pendapat(akal) itu hanyalah semisal bangkai, jika manusia membutuhkannya ia memakannya, dan pendapat(akal) dalam agama pada hakikatnya landasannya adalah hawa nafsu, sedangkan agama berpondasi diatas wahyu, dan tidak ada kesempatan didalamnya untuk berijtihad(berpendapat sendiri-sendiri).”
Berkata Sufyan ats Tsaury –Rahimahullah- ;”bid’ah itu lebih disenangi iblis ketimbang maksiat. Orang bertaubat dari maksiat, dan(sebaliknya) orang tidak dapat bertaubat dari bid’ah”. Karena Terkadang orang yang berbuat maksiat lebih bisa diharapkan taubatnya daripada orang yang berbuat bid’ah karena kuatnya anggapan mereka bahwa amalan yang mereka kerjakan itu benar meskipun tidak ada contohnya dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Imam al Baghawy-rahimahullah- dalam kitabnya syarhussunnah berkata; “ulama salaf(terdahulu) dari kalangan ahlussunnah waljama’ah telah sepakat atas pelarangan tentang perdebatan dan saling berbantah dalam masalah sifat-sifat(Allah), dan atas pelarangan untuk terjun ke dalam ilmu kalam(logika) dan mempelajarinya”.

0 komentar:

Posting Komentar