Social Icons

Pages

Sabtu, 30 April 2011

Islam Bukan Sekedar Agama


Oleh: Abu Nabiela
Akhir” ini telah berkembang sebuah pandangan sementara di kalangan pemikir dan cendekiawan muslim kita di indonesia, yaitu pandangan bahwa satuan-satuan ajaran formal Islam, tidak lebih dari sekedar pencerminan atau refleksi dari tujuan-tujuan utama Islam bahwa jilbab, bahwa memelihara dan membiarkan jenggot tumbuh, bahwa memendekkan celana di atas mata kaki, bahwa ucapan assalaamu alaikum warahmatullahi wabarakaatuh, bahwa hukum-hukum waris, yang memberi bagian kepada anak laki-laki dua kali lebih banyak dari bagian yang diberikan kepada anak wanita, dan ajaran-ajaran formal Islam yang lain, adalah tidak lebih dari sekedar pencerminan dan refleksi dari tujuan-tujuan utama yang ingin dicapai oleh Islam yang dalam studi Islam disebut dengan al maqaashid al khamsah/maqaashid as syari’ah/al ushul al khamsah, yaitu cita-cita Islam untuk memelihara Agama, memelihara jiwa, memelihara harta, memelihara keturunan, dan memelihara kehormatan.

Lebih lanjut, kalangan ini berpendapat bahwa; kalau begitu, jilbab bisa saja diganti, bahwa ucapan assalaamu alaikum warahmatullahi wabarakaatuh, bisa saja berubah, atau adzan yang selama ini kita kumandangkan dengan bahasa Arab, bisa saja diganti bahasanya, atau hukum warisan yang ditetapkan oleh Allah subahanahu wata’ala di dalam al-qur’an bisa saja kita amandemen, menuju ke bentuk-bentuk formal yang lain, karena, bukan bentuk-bentuk itu tadi yang penting akan tetapi, bagaimana merealisasikan tujuan-tujuan Islam yang kita sebutkan tadi,
Sidang jama’ah jumat yang dimuliakan oleh Allah subhanahu wata’ala;
Sepintas, tampaknya pandangan ini kelihatannya logis dan rasional, akan tetapi, apabila kita berusaha untuk melihat lebih jauh, kita akan temukan bahwa ide ini telah menabrak prinsip-prinsip yang sangat mendasar di dalam ajaran agama kita.
Diantaranya adalah, jawaban atas sebuah pertanyaan yang kritis, “apakah perbedaan antara Islam dengan agama-agama yang lain?” apa perbedaan antara Islam dengan filsafat-filsafat yang lain/ideologi-ideologi/ajaran-ajaran yang lain?,
Kalau Islam menyuruh kepada keadilan, kalau Islam menghormati hak-hak wanita, kalau Islam menghargai hak-hak publik, kalau islam mengakui persamaan antara sesama manusia, “kalau begitu, apa bedanya dengan agama-agama yang lain?”...filsafat-filsafat yang lain, ideologi-ideologi yang lain, ajaran-ajaran yang lain.
Bukankah semua agama menyuruh kepada keadilan, bukankah seluruh agama menyuruh kepada kasih-sayang, bukankah semua agama memandang seluruh manusia itu sama, bukankah semua agama memerintahkan kepada umatnya untuk berbuat baik...
Jawabannya adalah karena islam memiliki satu karakter yang tidak dimiliki oleh ajaran apapun buatan manusia, yaitu bahwa Islam adalah agama yang sempurna, Islam tidak Cuma mengajarkan kepada umatnya tentang adil, akan tetapi juga menerangkan kepada mereka, apa dan bagaimana keadilan itu, Islam tidak Cuma mengajarkan kepada umatnya untuk menghormati dan menghargai sesama manusia, akan tetapi, Islam juga mengajarkan apa dan bagaimana cara menghargai orang lain,
Islam tidak Cuma menyuruk kepada konsep TUHAN, akan tetapi, Islam juga mengajarkan; siapa namanya TUHAN?, dan apa sifat-sifatnya....
Prinsip inilah yang membuat Islam unik, spesifik, yang membuat ia berbeda dengan agama-agama yang lain, ajaran-ajaran yang lain, ideologi-ideologi yang lain, dan filsafat-filsafat yang lain,
Islam menyuruh kepada keadilan dan menegaskan bahwa keadilan adalah; memberi bagian warisan kepada anak laki-laki dua kali bagian dibanding yang diberikan kepada anak wanita. Islam menyuruh kepada menghormati dan menyambung silaturrahiim, seraya menegaskan bahwa caranya adalah menebarkan salam.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda;
yang artinya;“Kalian tidak akan bisa masuk surga kecuali jika kalian beriman, dan kalian tidak akan mencapai derajat keimanan kecuali jika kalian saling mencintai, sukakah kalian saya tunjukkan suatu amal yang apabila kalian lakukan maka niscaya kalian akan saling mencintai, sebarkanlah salam diantara kalian.”
Islam tidak Cuma mengajarkan konsep tentang TUHAN, akan tetapi, Islam menjelaskan bahwasanya; “Laa Ilaaha Illallah” tiada sesembahan yang haq kecuali Allah subhanahu wata’ala. Dan bahwasanya tuhan-tuhan yang lain adalah tuhan-tuhan yang bathil. Lebih, jauh bahkan Islam menerangkan; siapakah Allah? Dimanakah Allah? Apakah sifat-sifat Allah? Apa-apa saja nama Allah subhanahu wata’ala.
Lebih jauh lagi Islam menerangkan bagaimana cara kita untuk tunduk, bermunajat, untuk sujud di hadapan Allah subhanahu wata’ala.
Ringkasnya Islam tidak Cuma mengajarkan tentang maqaashidu asy syarii’ah, akan tetapi Islam juga merinci bagaimana implementasi dari maqaashidu asy syarii’ah tersebut.
Islam tidak Cuma mengajarkan kepada kita tentang semangat al-qur’an tentang spirit Islam, tentang nilai-nilai Islam yang global, akan tetapi, Islam juga memperinci hal-hal yang kita sebutkan tadi.
Dan itulah keistimewaan Islam, ....
Lebih jauh lagi, apabila kita menyadari bahwa konsep-konsep universal yang belakangan ini didengung-dengungkan adalah sesuatu yang sangat abstrak ketika kita berbicara tentang “demokrasi” apakah demokrasi itu? Ketika kitaa berbicara tentang kepentingan rakyat, rakyat siapakah yang dimaksud? Ketika kita berbicara tentang keadilan, siapakah yang mampu mendefenisikan keadilan?
Demikianlah, Islam tidak Cuma datang dengan konsep-konsep besar, akan tetapi juga memperincinya, Allah subhanahu wata’ala berfirman;

“pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. “[al maaidah:3]
ALHAMDULILLAHI ALA ihsaanih, was syukru lahu ‘ala taufiiqihi wamtinaanih, wa asyhadu anllaa ilaaha illaallah wahdahu laa syariika lahu, ta’zhiiman lisya’nih, wa asyhadu anna muhammadan abduhu warasuuluh ad daa’iy ilaa ridwaanih, wa ‘ala aalihi washahbihi wa ikhwaanih.
Prinsip yang kedua yang telah ditabrak oleh ide ini adalah bahwa Islam sama sekali tidak mengenal pemisahan/dikotomi antara lahir dan batin, islam tidak mengenal antara Islam subtansial dan islam historis, atau Islam formal, Islam memandang bahwa manusia adalah makhluk yang utuh lahir dan batin.
Oleh karena itu Islam tidak memperkenankan seseorang yang meminum minuman keras kemudian mengatakan bahwasanya yang lahirnya adalah bir akan tetapi batinnya adalah kecap.
Islam tidak memperkenankan wanita yang enggan untuk berhijab, yang tidak mau memakai jilbab, dengan mengatakan bahwa cukup hati saya saja yang berjilbab,
Sebagaimana Islam tidak membenarkan seorang hamba yang ruk’ sujud di mihrab akan tetapi hatinya terpaut kepada selain Allah subahanhu wata’ala.
Yang dituntut oleh Islam adalah ketundukan lahir dan batin. Ketundukan cara maupun tujuan. Ketundukan substansial maupun formal,
Allah subahanhu wata’ala berfirman;
yang artinya;Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.[Ali Imran:31]

"dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata."[Al Ahzab:36]

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."
[An Nisa:59]
dikutip dari sebuah khutbah jumat oleh ust.Ilham Jaya Lc dengan beberapa perubahan
Wallahu 'Alam bisshawaab

0 komentar:

Posting Komentar