Social Icons

Pages

Sabtu, 02 April 2011

Antara Pancasila dan Ahmadiyah

Rakyat Indonesia mengenal Pancasila sebagai pedoman hidup bersama di tanah air. Simbol negara yang satu ini amatlah disakralkan sehingga penggunaannya ada etika dan aturan mainnya. Masih segar dalam ingatan kita pada musim piala AFF yang baru saja usai. Bagaimana seorang pengacara menuntut PSSI ke meja hijau gara-gara tuduhan pelecehan simbol negara, karena PSSI menggunakan lambang Pancasila di kaos Timnas. Sepele memang.


Sekarang, bagaimana kalau ada seseorang yang mengotak atik lambang Garuda Pancasila. Misalnya saja: burung Garuda diganti dengan burung merpati atau burung pipit. Atau kepala sang garuda yang sedang memandang dengan gagah dan tajam diganti dengan gambar kepala burung garuda yang sedang ngakak tertawa. Atau sila pertama dari Pancasila yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa, diganti dengan Kesetanan Yang Luar Biasa. Lantas, orang iseng ini menyusupkan ‘hasil karyanya’ tersebut ke buku-buku kurikulum pendidikan PPKN dari SD sampai SMA. Kira-kira apa yang terjadi?

Adalah hal yang wajar apabila aparat negara dari Presiden, Mendiknas, para guru, kaum nasionalis sampai TNI langsung ‘kebakaran jenggot’ jika mengetahui hal tersebut. Presiden mungkin akan langsung memerintahkan intelijennya untuk mencari pelakunya. Ia lalu akan ditangkap oleh polisi. Dipenjara. Disidang. Lalu dijatuhi hukuman seberat-beratnya oleh majelis hakim. Dan buku-buku PPKN yang telah tercemar ulah jahilnya ini tentu saja akan langsung ditarik dari peredaran dan dibakar. Mengapa? Karena ia telah melecehkan simbol negara. Dan pihak yang paling tersinggung adalah polisi dan tentara. Disebabkan mereka telah dididik untuk menjadi seorang pancasialis sejati. Jadi, jika tiba-tiba simbol yang sangat mereka hormati tersebut dilecehkan, adalah wajar apabila militer menjadi geram.

Lantas, sekarang bagaimana kalau ada pihak-pihak -seperti kelompok kafir Ahmadiyah- yang berani ‘mengobok-obok’ pokok-pokok ajaran Islam? Seperti salah satu ajaran inti Islam yang menyatakan bahwa: Muhammad bin Abdullah S.A.W. adalah Nabi dan utusan Allah terakhir, diingkari, lalu ada pihak yang menggantinya dengan: Nabi Muhammad bukanlah penutup para Nabi, masih ada Nabi lain selain beliau yaitu Mirza Ghulam Ahmad. Lalu orang sesat ini menyebarkan ajarannya melalui ceramah-ceramah, buku-buku, dll, lalu kira-kira, bagaimana reaksi umat Islam? Adalah hal yang wajar sekali apabila umat Islam marah besar. Pengajian-pengajian Ahmadiyah dibubarkan paksa, buku-buku mereka yang beredar dipasaran ditarik lalu dimusnahkan, pemerintah lalu didesak untuk membekukan kegiatan mereka di Indonesia, memperingatkan masyarakat akan kesesatan Ahmadiyah, adalah reaksi yang wajar dari umat Islam. Kalau diibaratkan, reaksi umat Islam mungkin persis seperti kasus seorang suami yang mati-matian yang membela kehormatan anak putri atau istrinya yang hendak diperkosa seseorang. Dalam kasus ini, umat Islam tentu tidak bisa tinggal diam menyaksikan keyakinan sucinya sedang dinodai oleh pihak-pihak tertentu.

Jangan Samakan Monyet Dengan Manusia dong...

Minggu 6 Februari, terjadi bentrok berdarah antara pengikut Ahmadiyah dengan warga setempat yang mayoritas muslim di Pandeglang, banten. Tiga orang kafir pengikut Ahmadiyah dilaporkan tewas dan lainnya luka-luka berat, setelah diserang warga yang umumnya merasa terusik dengan keberadaan mereka. Berdasarkan data yang dihimpun oleh salah satu koran terkenal di Indonesia yakni Jawa Pos; bentrokan ternyata bukan dimulai oleh warga setempat. Melainkan disebabkan oleh ulah nekat pengikut Ahmadiyah yang duluan ‘nantangin’ warga muslim setempat. Ibarat ada orang yang ngelemparin kepala singa yang lagi tidur pulas dengan batu, sang singa lalu marah dan menerkam orang yang telah kurang ajar mengganggu ketenteramannya. Nah... Warga tentu saja tersulut emosinya, lalu terjadilah bentrokan yang berakhir dengan jatuhnya korban tewas dan luka dari pihak Ahmadiyah. Jadi, dalam kasus ini, bukan warga yang duluan memulai. Warga hanya mengambil tindakan counter attack atau tindakan balasan terhadap sikap petantang-petenteng pengikut Ahmadiyah.

Pasca kejadian tersebut, jubir Ahmadiyah langsung bereaksi di salah satu stasiun televesi nasional. Ia bersuara kalau Ahmadiyah bukan aliran sesat, melainkan hanya sedikit berbeda pada beberapa masalah keagamaan, dan kesamaannya dengan umat muslim lainnya masih banyak; seperti sama-sama mengakui kenabian Nabi Muhammad, sama-sama mengerjakan shalat, sama-sama membaca shalawat, dll. Karena kesamaan-kesamaan seperti inilah, ia menolak kalau Ahmadiyah disebut sebagai kelompok diluar Islam. Begitu menurutnya.

Sepertinya, jubir Ahmadiyah ini kurang paham tentang masalah perbedaan dalam masalah pokok dengan perbedaan dalam masalah furuiyyah. Adanya persamaan antara dua hal yang berbeda, belum bisa dijadikan hujjah kalau dua hal tersebut sama. Seperti manusia dengan monyet; sama-sama punya dua mata, dua tangan, dua kaki, wajah, telinga, hidung, mulut, dll, tapi bisakah kita katakan kalau manusia itu monyet dan monyet itu manusia? Hanya orang yang tidak waras saja yang berpendapat demikian. Mengapa? Karena meskipun memiliki banyak persamaan, namun asal-usul manusia dengan monyet itu berbeda. Manusia berasal dari anak keturunan Nabi Adam dan Siti hawa, sedangkan monyet ya berasal dari monyet. jadi, meskipun persamaannya banyak, tetap saja manusia adalah manusia, monyet adalah monyet.

Pun begitu dalam kasus Islam dan Ahmadiyah, perbedaan yang terjadi antara keduanya sudah dalam ranah akidah. Islam meyakini bahwa Nabi Muhammad S.A.W. adalah Nabi dan Rasul terakhir yang diutus oleh Allah, sedangkan Ahmadiyah meyakini ada Nabi lagi setelah beliau, yaitu Mirza Ghulam Ahmad. Dan masih banyak lagi perbedaan dalam masalah pokok antara Islam dan Ahmadiyah. Penting diingat, bahwa liga muslim sedunia sudah memvonis kalau ajaran Ahmadiyah sesat-menyesatkan dan diluar Islam. Dan siapapun orang muslim yang mengikuti ajaran Ahmadiyah, maka orang itu telah kafir, murtad dan keluar dari agama Islam. Jadi, bukan MUI saja yang memfatwakan kalau Ahmadiyah itu sesat. Nah...
sumber:penadakwah.com

0 komentar:

Posting Komentar