Social Icons

Pages

Jumat, 07 Januari 2011

Sebab-Sebab Perpecahan Umat

Oleh; Abu Nabiela eL Medina
1. Memperturutkan Hawa Nafsu
Para pelaku bid’ah dan perpecahan dalam penyimpangan yang dilakukannya selalu digerakkan ole hawa nafsunya. Semua golongan yang telah kita sebutkan dari kalangan mu’tazilah, syi’ah, rafidhah,khawarij, qadariyyah, jahmiyah,murjiah, dan cabang-cabangnya terjatuh dalam kesesatan dan penyimpangan karena memperturutkan hawa nafsu. Allah Ta’ala telah mencela pelakunya dalam firmanNya; “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka Apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?,”.(al Furqan:43) berkata Thaawus bin Kiysaan al Yamany-rahimahullah-;”tidaklah Allah menyebut (tentang)hawa dalam al-Qur’an kecuali mencelanya”.

2. Tipu daya musuh Islam
Musuh Islam takkan pernah merasa tenang dan tidak akan menutup mata selama Islam masih tegak di muka bumi, selama kaum muslimin masih berpegang teguh pada alqur’an dan as Sunnah. Allah Ta’ala berfirman; “mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup.”(al Baqarah:217),
Aksi musuh dalam memecah belah umat tidak terlepas dari kebencian dalam hati mereka. Sejarah Khawarij dan Syiah as Saba’iyah yang dipelopori oleh Abdullah bin Saba’ –dikenal dengan ibnu as Saudaa- penuh dengan aksi kebencian dan dendam atas persatuan kaum muslimin. Semuanya juga merupakan perpanjangan tangan dari kaum Yahudi yang terkenal dengan sebutan al maghdhuub(yang dimurkai) oleh Allah. mereka mengetahui kebenaran namun tidak menerapkannya karena sikap keras kepala dan hati yang buta dari menerima kebenaran. Dan kisah bani Israil dengan nabi-nabinya adalah bukti kuat atas kebencian mereka terhadap kebenaran hingga saat ini. Abdullah bin Saba’ seorang yahudi yang masuk Islam untuk merusak barisan kaum muslimin dari dalam. Terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan perpecahan yang berkepanjangan adalah catatan hitam dari ibnu as saudaa. Begitupula dengan musuh yang terkenal yaitu Ibnu al Qaddaah. Dengan nama lengkap; maimuun bin dawud bin sa’id al qaddaah. Dia adalah pelopor munculnya golongan al maimuuniyyah dari kalangan Ismaailiyyah, yang lebih dikenal dengan golongan al Baathiniyyah, dalam aksinya, tokoh ini menampakkan pemahaman syiah dan menyembunyikan pemahaman az zindiqah. Sedangkan asalnya adalah Yahudi yang menerapkan ajaran filsafat dan logika.
Sebagian salaf berkata: “Siapa yang menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala karena rasa cinta semata maka dia seorang zindiq. Dan siapa yang menyembah-Nya karena penuh harap semata maka dia seorang Murji`. Sedangkan yang menyembah-Nya karena rasa takut saja maka dia Khariji. Adapun yang menyembah-Nya karena cinta takut dan penuh harap maka dia seorang mukmin ahli tauhid.”
Tokoh ini telah menimbulkan kerusakan yang besar dalam umat. dan masih banyak lagi bukti kebencian musuh yang tidak sempat kami paparkan pada pembahasan ini.
Jadi, pelajaran yang bisa kita petik adalah kebencian musuh dari kalangan manapun; yahudi, nasrani, dan lainnya tidak akan padam sampai umat Islam mengikuti agama mereka, namun yakinlah akan janji Allah; “jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu.”(Ali Imran : 120)
3. Kebodohan Dalam Memahami Syariat Islam
Kebodohan adalah penyakit yang sangat berbahaya, seseorang bisa berubah menjadi musuh ketika ia salah paham atau tidak berilmu utamanya dalam masalah agama. Diantara potret kebodohan dalam syariat adalah sikap mengambil sebagiannya dan mengabaikan sebagian yang lain.
Dalam hadits shahih, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam meperingatkan umatnya tentang bahaya kebodohan; “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu agama ini dengan serta-merta mencabutnya dari hamba-hambaNya. Akan tetapi Allah mencabut ilmu agama ini dengan mewafatkan para Ulama, sehingga ketika Allah tidak menyisakan orang yang berilmu dari kalian, maka manusia menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin mereka; lalu para pemimpin bodoh tersebut ditanya dan kemudian memberi fatwa tanpa ilmu, maka mereka menjadi sesat dan menyesatkan.”(HR. Bukhari)
Diantara ciri khas golonngan sesat adalah memaknai dalil berdasarkan persangkaan semata tanpa mengadakan penelitian terhadap keabsahannya, atau hanya sekedar membaca dan melihat kemudian menyimpulkan. Dan sifat ini sangat berbeda dengan disiplin ilmu para ulama ahlussunnah waljama’ah. Mereka adalah orang-orang yang mendalam ilmunya karena diperoleh melalui ijtihad(usaha) dan kesungguhan. Oleh karena itu, hendaknyalah anda sebagai generasi muda pewaris risalah dakwah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menuntut ilmu agama dari sumber yang benar, yaitu al-qur’an dan hadits yang shahih dengan memakai metode para generasi shalih terdahulu. Karena dengan ilmulah anda dapat menepis syubhat-syubhat dan mengangkat kebodohan dalam diri anda sendiri dan orang lain.
4. Fanatik terhadap Madzhab, kelompok dan tokoh
Fanatik buta telah menjadi penyakit kronis yang merebak dalam tubuh kaum muslimin. Inilah penyakit yang sangat berbahaya dan paling besar perannya dalam memecah belah persatuan umat. kota-kota dan masjid-masjid di jazirah Arab adalah saksi bisu kuatnya fanatisme masyarakat Islam waktu itu, dalam suatu kota misalnya, terdapat 4 hakim berdasarkan 4 madzhab fikih yang berpengaruh waktu itu. Begitupula satu masjid mempunyai 4 mihrab(tempat Imam shalat berdiri). Setiap Mihrab mempunyai imam dan jama’ah tersendiri, sehingga setiap jamaah harus antri dalam shalat. Jika jamaah asy syafi’i telah menempati salah satu mihrab untuk shalat berjama’ah, maka jamaah yang lain dari madzhab hanafiyah, hanabilah atau malikiyah harus menunggu gilirannya sampai jamaah syafi’i selesai shalat. Bahkan, fanatisme ini merambah masalah muamalah yaitu pernikahan. Sebagian “ulama” fikih dari madzhab hanafiyah melarang pengikut madzhabnya untuk menikah dengan pengikut madzhab asy syafi’iyah. Kemudian keluarlah fatwa yang mengoreksi dan meringankan fatwa sebelumnya yang membolehkan hanafiyah menikah dengan syafi’iyah, dengan alasan bahwa yang dinikahi oleh hanafiyah(pihak laki-laki) adalah sama kedudukannya dengan ahli kitab.masalah ini pernah disebutkan oleh al Ustadz asy Syaikh Muhammad ‘Aid ‘Abbaasy dalam kitabnya yang berjudul “bid’atu at Ta’asshub al madzhaby”(bid’ah fanatik terhadap madzhab). Al Maqriizy-rahimahullah- dalam kitabnya yang berjudul “al Khuthathu”(batasan-batasan,pen-) telah menyebutkan bahwa fanatisme tersebut terjadi pada abad 9, 10 dan 11.
Pendapat “ulama” fikih yang mengkafirkan selain dari madzhabnya adalah sebuah penyimpangan yang bernama ta’asshub(fanatisme). Pada hakikatnya mereka bukan ulama, hanya saja masyarakat awam menisbatkannya demikian. Padahal mereka adalah golongan yang menyimpang, jauh dari metode ahlussunnah waljama’ah dalam memahami fikih perbedaan pendapat. Karena fanatik yang dianjurkan adalah kepada perkataan yang benar dan bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah serta perkataan generasi shalih terdahulu yang senantiasa meniti jalan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Semua perkataan manusia bisa saja salah dan boleh dibantah kecuali perkataan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. “dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).(an Najm:3-4)
5. Jauh dari Metode menuntut Ilmu agama yang benar
Poin ini adalah turunan dari sikap fanatik dan taklid kepada orang lain tanpa dalil yang shahih dari al-Qur’an dan Hadits. Betapa banyak orang yang tersesat karena tidak tahu cara menuntut ilmu dan sumber-sumbernya. Sebagai contoh;
Jika seorang guru mengajar muridnya dengan menggunakan modul yang seragam, atau bahan ajar yang sama. sang guru membagikan modul tersebut lalu kemudian ia mengajukan satu pertanyaan mengenai isi modul tersebut. Tentu, 90 % jawaban murid akan sama dan benar, kenapa? Karena semua pelajaran yang dipelajari murid berasal dari satu kitab dan satu sumber. Jika kita kiaskan masalah ini kepada cara kaum muslimin mempelajari Islam, yaitu bersumber dari alqur’an dan hadits yang shahih, niscaya tidak akan terjadi perpecahan diantara kaum muslimin.

0 komentar:

Posting Komentar