Social Icons

Pages

Sabtu, 28 Agustus 2010

Agar Sulit Bermaksiat

Seorang laki-laki datang kepada Ibrahim bin Adham rahimahullah, Dia berkata: “Ya Abu Ishaq, aku sering berbuat maksiat. Katakan sesuatu kepadaku sebagai nasihat yang bisa membantuku.”
Ibrahim berkata: “Jika kamu menerima 5 perkara dan kamu mampu melakukannya, niscaya kemaksiatan tidak akan merugikanmu.”
Dia menjawab, “Katakan wahai Abu Ishaq”

Ibrahim berkata, “Pertama, jika kamu hendak bermaksiat kepada Allah ta’ala maka jangan kamu makan rizki-Nya”
Laki-laki itu berkata, “Dari mana aku makan sementara semua yang ada di bumi adalah rizki-Nya?”
Ibrahim berkata, “Wahai Bapak, apakah pantas engkau memakan rizki-Nya, sementara itu engkau bermaksiat kepada-Nya?”
Laki-laki itu menjawab, “Tidak pantas. Katakan yang kedua.”
Ibrahim menjawab, “Jika kamu hendak bermaksiat kepada-Nya, maka jangan tinggal di bumi-Nya.”
Laki-laki itu menjawab, “Yang ini lebih berat. Dimana saya akan tinggal?”
Ibrahim berkata, “Wahai Bapak, pantaskah engkau bermaksiat kepada-Nya, sementara engkau makan rizki-Nya dan tinggal di bumi-Nya?”
Laki-laki itu menjawab, “Tidak pantas. Katakan yang ketiga.”
Ibrahim berkata, “Jika kamu hendak bermaksiat kepada-Nya, kamu makan rizki-Nya dan tinggal di bumi-Nya, maka carilah tempat dimana Dia tidak melihatmu. Disitulah kamu bisa melakukannya.”
Laki-laki itu menjawab, “Wahai Ibrahim, apa ini? Mana mungkin, sementara Dia mengetahui perkara-perkara yang tersembunyi.”
Ibrahim berkata, “Wahai Bapak, apakah pantas kamu makan rizki-Nya, tinggal di bumi-Nya, lalu kamu bermaksiat kepada-Nya, padahal Dia melihatmu, mengetahui apa yang kamu tampakkan dan kamu rahasiakan?”
Laki-laki itu menjawab, “Tidak. Katakan yang keempat.”
Ibrahim menjawab, “Jika Malaikat maut datang kepadamu untuk mencabut nyawamu, maka bilang kepadanya, “Nanti dulu, aku mau bertaubat dengan benar-benar dan beramal kerana Allah.”
Laki-laki itu berkata, “Dia tidak mungkin akan menerima.”
Ibrahim berkata, “Wahai Bapak, jika engkau tidak mampu menolak malaikat maut supaya engkau bisa bertaubat dan engkau mengetahui bahwa jika dia mendatangimu dia tidak memberimu kesempatan, lantas bagaimana engkau berharap selamat?”
Laki-laki itu berkata, “Katakan yang kelima?”
Ibrahim berkata, “Jika malaikat Zabaniyah mendatangimu pada hari Kiamat untuk menyeretmu ke Neraka, maka jangan engkau menurutinya.”
Laki-laki itu berkata, “Mereka tidak akan membiarkanku dan tidak akan menerimaku.”
Ibrahim bertanya, “Bagaimana engkau bisa berharap selamat?”
Laki-laki itu berkata, “Ya Ibrahim, cukup..cukup.., aku meminta ampun dan bertaubat kepada Allah.”
Laki-laki itu benar-benar memenuhi janji taubatnya. Dia rajin beribadah dan menjauhi maksiat sampai dia meninggal dunia.
Dimbil dari “Mausu’ah Qishashis Salaf”, edisi bahasa Indonesia “Ensklopedi Kisah Generasi Salaf” karya Ahmad Salim Baduwailan, penerbit Elba

REMAJA NOL

oleh: Abu Nabiela eL Medina
Bangsa yang kalah akan selalu mengikut atau mengekor pada bangsa yang menang. Dulu orang eropa selalu menunggu karya kaum muslim untuk diikuti karena masa itu adalah masa keemasan Islam. Allah telah memenangkan kaum muslimin dalam banyak peperangan melawan bangsa Persia dan romawi. Kedua emperium besar ini tunduk di bawah pengaruh dan kekuasaan Islam.

Ketahuilah sobat, tak lain dan tak bukan. Penyebab utama kejayaan Islam waktu itu adalah karena kaum muslimin masih berpegang teguh pada al Quran dan Hadits sebagai pedoman hidup mereka. Keduanya adalah pusaka warisan seorang hamba, nabi dan rasul pilihan Allah. Dialah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Namun, waktu cepat berlalu. Keadaan telah terbalik, justru saat ini kaum muslimin menjadi bulan-bulanan korban penindasan musuh. Negeri kaum muslimin telah dijajah. Pusaka nabi telah dilupakanlah kini. Sebagian besar kaum muslimin telah mengekor bahkan tunduk kepada musuh. Na’udzu billah min dzalik.
Dapat dibayangkan, musibah demi musibah terjadi. Korban bergelimpangan. Kita bahkan hanya bisa menonton saudara-saudara kita menjadi korban kebiadaban Amerika(Nashrani), Israel(Yahudi), Iran(Syiah) dan sekutu-sekutunya.
Kemajuan yang musuh raih sungguh menyilaukan mata. Seakan tak bisa dibendung lagi, semua yang keluar dari mereka kita telan mentah-mentah. Tak ada lagi filter iman. Yah, memang peperangan ini akan terus berlanjut hingga akhir zaman. Namun, siapakah yang rela menggadaikan imannya? Bukankah iman adalah syarat masuk surga-Nya? Apakah penjajahan ini telah mencabut iman kaum muslimin? Terus bagaimana dengan para generasi muda Islam. Bagaimana jadinya ya, kalo mereka telah mengekor dan berpihak pada musuh? Pertanyaan ini mudah-mudahan dapat mengalihkan perhatian kamu pada Islam.
Sobat muda, pembahasan kita kali ini adalah tentang penyakit remaja Islam yang tentunya harus dihindari. Besar kemungkinan penyakit itu adalah hasil suntikan virus mematikan dari musuh-musuh Islam. Nah, remaja penyakitan tersebut kita namakan dengan “remaja nol”.
Hakikat Remaja Nol
Saudaraku, kita semua tentu sudah tau tentang pemutus kelezatan dunia, banyak orang yang takut dan mau lari darinya. Dialah kematian. Maut adalah akhir bagi semua makhluk. Tapi, tentu saja terpaut jauh antara orang yang mati konyol dengan yang mati dalam kemuliaan. Sangatlah jauh berbeda antara orang yang mati dalam ketaatan kepada Allah Subhanahu Wata’ala dengan yang mati dalam kemaksiatan kepada Allah Ta’ala. Sungguh berbeda antara pemuda yang mati sedangkan hatinya senantiasa terbakar dalam semangatnya memperjuangkan Islam, sangatlah berbeda dengan mereka yang mati dalam syahwat dunia dan kelezatannya yang menyilaukan mata para pemujanya. Bukankah sudah tiba saatnya bagi pemuda dan pemudi untuk menyadari apa hakikat dan tujuan hidup ini, untuk apa kita diciptakan?.
Kerakteristik remaja nol
1. Malas
Remaja nol adalah sosok pemuda yang tidak pernah mau membebani dirinya dengan suatu kesibukan. Bahkan sampai kepentingan dirinya sendiri pun mereka tidak mau ambil pusing. Bayangin deh, bagaimana hancurnya gaya hidup remaja ini. Tak ada yang bisa kita harapkan darinya. Kita akan melihat remaja nol malas belajar, malas mengerjakan tugas-tugasnya hingga kebutuhan hidupnya yang urgen sekalipun ia malas untuk memikirkannya dan yakin saja ia kan malas untuk mewujudkannya.
Lalu, apa yang akan kita katakan tentang ibadahnya, shalat malam, witir, sunnah rawatib, puasa sunnah, membaca al-qur’an dan ibadah wajib dan sunnah lainnya.
Sungguh berat bagi remaja nol untuk melakukan yang wajib apalagi yang sunnah. Sehingga sangat dikhawatirkan mereka mempunyai sifat yang sama dengan orang-orang munafik yang digambarkan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya;
…dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. [an Nisaa:142]
Riya Ialah melakukan sesuatu amal tidak untuk keridhaan Allah tetapi untuk mencari pujian atau popularitas di masyarakat. mereka shalat hanyalah sekali-sekali saja, Yaitu bila mereka berada di hadapan orang.
Lalu bagaimanakah keadaan remaja nol jika dihadapkan dengan permasalahan umat Islam? Sudikah mereka memikirkan keadaan saudaranya muslim? Bagaimanakah si remaja nol ini memposisikan diri dalam barisan dakwah? “Allahumma inniy a’udzu bika minal’ajzi wal kasl wa minal jubni wal bukhl” artinya; Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari ketidakberdayaan, dan kemalasan, dan dari kepengecutan, dan kebakhilan” inilah diantara doa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Beliau senantiasa meminta kepada Allah untuk dijauhkan dari sifat malas. Sobat muda, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam meminta perlindungan kepada Allah untuk dijauhkan dari sifat yang tercela yaitu sifat malas. Sebagaimana kita juga dianjurkan untuk meminta perlindungan kepada Allah dari syaithan. Ini menunjukkan buruknya sifat ini. Sifat yang harus kita buang sejauh-jauhnya.
2. Mencukupkan diri dengan cita-cita yang rendah padahal ia mampu untuk menggapai yang lebih tinggi dan yang terbaik.
Remaja dengan sifat yang kedua ini adalah remaja nol yang obsesi da cita-citanya adalah untuk sesuatu yang biasa-biasa saja.
Ibnul Jauzi pernah berkata dalam kitab Shaidul Khaathir; diantara cirri-ciri kesempurnaan akal adalah cita-cita yang tinggi sedangkan yang merasa puas dengan yang rendah adalah orang yang hina dan saya belum melihat aib yang nyata pada manusia sebagaimana aibnya orang tidak mau mencapai kesempurnaan.
Beliau juga berkata; seandainya derajat kenabian bisa diperoleh dengan ijtihad(kesungguhan), maka aku akan bersungguh-sungguh untuk mendapatkannya.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya; “Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”. (al Furqan:74)
Lihatlah sobat, “Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa” Allah tidaklah mengatakan “Jadikanlah kami diantara orang-orang yang bertaqwa” lihatlah! Allah mendidik kita untuk senantiasa mempunyai semangat yang tinggi lagi suci terbukti dengan amalan nyata.
Dengarkanlah sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam;”jika kalian meminta surge kepada Allah, maka mintalah kepadaNya surga firdaus yang tinggi”
Kenapa kita mesti meminta surga firdaus yang tinggi? Karena seorang muslim adalah pribadi yang senantiasa berada dalam kebenaran, ia hidup dalam kemuliaan dan takkan rela untuk dihinakan, jika ia mati ia pun mati dalam kemuliaan yaitu syahid di jalan Allah Ta’ala. Seorang muslim selalu menjadikan Allah sebagai tempat untuk berlindung sehinga Jannah yang tertinggi adalah balasan yang setimpal untuknya.
Imam Ahmad pernah berkata; masa peristirahatan seorang mukmin adalah awal menginjakkan kakinya di surga.
Sobat muda, kita takkan pernah lepas dari fitnah dan cobaan maupun masalah. Menuntut ilmu adalah masalah, apatah lagi berkorban di jalan Allah Ta’ala. Bahkan dalam kubur, padang mahsyar pun kita masih perlu untuk berjuang. Jadi, kapankah kita lepas dari masalah? Yah, Surga adalah tempat peristirahatan yang hakiki. Maka semua orang akan masuk surga kecuali yang menolak. Yaitu orang-orang yang berpaling dari petunjuk al-qur’an dan sunnah.
3. Tidak punya tujuan atau skala prioritas dan tidak mau berusaha mencoba hal yang baru.
Merasa puas dengan bangun jam 5 subuh untuk shalat subuh tanpa ada keinginan dan usaha untuk bangun lebih awal padahal itu adalah yang terbaik bagi seorang muslim.
Murid Imam Ahmad pernah berkata; aku menemani beliau(Imam Ahmad) selama kurang lebih 20 tahun. Setiap hari selama 20 tahun itu, selalu saja saya melihat Imam Ahmad mengalami perubahan kearah yang lebih baik.
Perinsip seorang muslim: setiap hari mengalami perubahan kearah yang lebih baik, tidak puas dengan yang ada sekarang ini.
Sobat muda, saat ini menghabiskan waktu adalah fenomena yang melanda para remaja. Seorang ulama yaitu Syaikh Jamaluddin al Qaasimy di damaskus, beliau pernah lewat disebuah warung kopi dimana di dalamnya banyak orang yang duduk-duduk minum dengan santainya, beliau berkata; seandainya waktu mereka bisa kubeli maka sungguh aku akan membelinya.
Fenomena menghabiskan waktu sungguh sangat memprihatinkan. Seharusnya kopi tersebut bisa diminum dalam beberapa menit saja tapi, kebanyakan orang rela membuang waktunya berjam-jam dihadapn secangkir kopi.
Beliau juga pernah diundang pada sebuah acara perjamuan, beliau bersedia untuk ikut dengan syarat beliau di izinkan untuk membawa buku yang akan ia baca. Hal itu Beliau lakukan demi untuk menggunakan waktunya kepada hal-hal yang bermanfaat.
4. Terlalu dini mengucapkan kata “mustahil” dan “saya tidak bisa”.
Sejenak, kita menoleh kebelakang, disana ada negeri yang pernah ramai oleh para penuntut ilmu. Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam asy Syafi’I, Imam Ahmad, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Imam Bukhari dan muridnya Imam Muslim adalah diantara nama-nama yang terkenal di masa bangkitnya para pemuda untuk menuntut ilmu agama dan nama-nama itu akan terus dikenang sepanjang masa. Kenapa muncul nama-nama ulama tersebut dalam sejarah? Terus kenapa kita tidak tercatat dalam sejarah? Jawaban yang paling tepat adalah karena belum apa-apa kita sudah berkata mustahil.
Seorang panglima romawi yang bernama Napoleon Boneoparte pernah ditanya; bagaimana anda bisa menanamkan jiwa kesatria dalam jiwa pasukan anda? Ia menjawab; saya senantiasa memberikan tiga solusi atas tiga masalah yang dilontarkan kepadaku, jika ada yang berkata; aku tidak mampu, kukatakan padanya; berusahalah. Jika ada yang berkata; saya tidak tahu, kukatakan padanya; belajarlah, dan jika ada yang berkata; mustahil, kukatakan padanya; cobalah.
Jadi, inilah tradisi orang sukses. Tidak ada kata mustahil dalam diary mereka. So, jadilah remaja yang berani berkata “aku bisa insyaAllah”. Karena setiap orang akan mendapatkan sesuai apa yang ditanamnya. hanyalah keberhasilan itu berpihak pada orang yang berani mengetuk pintu. Promise!

Rabu, 25 Agustus 2010

Saudariku...! Inilah cercah pesonamu dalam surga Tuhanmu

Oleh : Abu Shafwah Al Munawy
Bismillahirahmanirrahim, Alhamdulillahirabbil 'alamin, wassholatu wassalam ala nabiyina Muhamadan Waala Alihi Wasallam, wa ba'du:
Mungkin dikalangan kaum hawa telah banyak muncul pertanyaan tentang bagimanakah nasib mereka disurga kelak, atau ganjaran apakah yang Allah sediakan buat mereka? Bahkan tidak sedikit dari mereka merasa penasaran dengan hal ini dan ingin mengatehuinya dengan jelas.
Tentu, hal ini bukanlah aib bagi mereka, dan tidaklah semestinya diingkarinya karena manusia pada umumnya telah terbiasa berpikir dan merenung tentang gambaran masa depannya, apalagi jika kenikmatan Syurga tidaklah khusus diperuntukkan bagi kaum laki-laki saja tanpa wanita, Allah ta'ala berfirman.

Artinya :
"Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki, maupun wanita sedang ia beriman, maka mereka itu masuk kedalam syurga". (QS. An-Nisa : 124)
Bahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidaklah mengingkari hal semacam ini dari para sahabatnya ketika mereka menanyakan tentang surga dan apa yang ada didalamnya. Salah satu contohnya, yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi bahwa para sahabat bertanya kepada beliau : "Terbuat dari apakah bangunan-bangunan surga itu? Beliau menjawab :"Terbuat dari batu bata emas dan perak". (HR. At-Tirmidzi (2526) dan dishohihkan oleh Al Albany dalam Al Misykat (5630)
Dan jiwa manusia, baik laki-laki maupun wanita pasti bersemangat dan merasakan rindu, tatkala disebutkan padanya tentang surga dan segala kenikmatan didalmnya, sifat ini, tidaklah tercela bahkan dianjurkan dengan syarat bukan hanya sekedar angan-angan belaka tanpa adanya hasrat dan ijtihad untuk meraih angan-angan tersebut dengan iman dan amal saleh. Allah ta'ala berfirman :

Artinya : "Dan itulah Surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan. (QS. Az-Zukhruf : 72)

Dan dianjurkan bagi kaum wanita untuk senantiasa menghadirkan dalam hatinya kenikmatan surga Allah, serta memperbanyak pengetahuan tentangnya sebagaimana hal ini dianjurkan bagi kaum lelaki. Hendaklah seorang wanita tahu, bahwa sekedar ia menginjakkan kakinya dalam surga, akan sirnalah segala kepedihan dan penderitaan yang ia alami, dan berubah dengan keceriaan yang tiada henti dan kebahagiaan yang abadi.
Cukuplah bagimu –wahai saudariku- firman Allah ta'ala :

Artinya : "Mereka tidak merasa lelah didalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya" (QS. Al-Hijr : 48)

Artinya : "Dan didalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) manusia dan kamu kekal didalamnya. (QS. Az-Zukhruf : 71)
Sungguh, betapa banyak Allah 'Azza wa Jalla menyebutkan dalam kitabNya Al Qur'an serta Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam hadits-haditsnya tentang surga dengan aneka kenikmatan didalamnya, berupa ru'yatullah (memandang wajah Allah ta'ala), makanan dan minuman, istan-istana megah, pakain-pakaian indah serta rupa mereka yang elok, namun mungkin akan terbesit dalam benak para wanita sebuah pertanyaan :
"Sesungguhnya Allah ta'ala telah menyemangati dan menggugah hati kaum lelaki untuk meraih surga dengan menyebutkan bagi mereka sebuah kenikmatan didalamnya berupa wanita dan bidadari-bidadari cantik, namun mengapa Dia tidak menyebutkan hal semacam ini lagi bagi kaum wanita?"
Jawaban dari pertanyaan ini adalah bahwasanya Allah tidaklah sepantasnya ditanya tentang apa yang Dia kerjakan, sebagaimana firmanNya :

Artinya : "Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuatNya, dan merekalah yang akan ditanya." (QS. Al Anbiya : 23)

Akan tetapi, perlu diketahui bahwa Allah tidak melakukan hal ini kecuali dengan tujuan dan hikmah agung, diantaranya :
1) Salah satu sifat yang Allah fitrahkan atas wanita adalah, sifat malu, jadi, Allah ta’ala tidaklah menggugah hati mereka terhadap surga dengan menyebutkan balasan berupa pasangan hidup mereka dalam kitab-Nya, disebabkan adanya rasa malu mereka terhadap hal tersebut.
2) AsSyaikh Ibnu Utsaimin berkata : “Sesungguhnya Allah menyebutkan istri-istri bagi kaum lelaki (dalam kitabNya) karena seorang suamilah yang mencari dan menyukai seorang wanita, dengan sebab ini “istri-istri” disebutkan bagi kaum lelaki di dalam surga. Dan Dia tidak menyebutkan “Suami” bagi para wanita. Namun hal ini, tidaklah bermaksud bahwa para wanita di surga kelak tidak memiliki suami sama sekali, tapi bermaksud bahwa semua suami mereka hanya berasal dari bani adam ‘alaihissalam.” (Al Majmu’ AtTsamin (1/571)

Jadi, didalam syurga, para wanita hanyalah mendapatkan suami dari kalangan bani adam ‘alaihissalam, sedangkan kaum lelaki, selain meka mendapatkan istri-istri dari bani adam, mereka juga mendapatkan para bidadari, syurga yang Allah ‘Azza wa Jalla ciptakan dari za’faran. Dan inilah penjelasan tentang siapakah yang berhak menjadi suami para wanita disurga kelak:

Pertama : jika seorang wanita wafat sebelum menikah, maka Allah akan menikahkannya dalam surga dengan lelaki penduduk bumi, karena didalam surga tidak ada seorangpun yang tidak menikah. Rasulullah bersabda :
?? ?? ????? ????
“Tidaklah ada dalam surga itu, yang tidak menikah” HR. Muslim (4381)

Kedua : Jika ia wafat setelah diceraikan dan belum sepat menikah lagi, maka nasibnya seperti nasib wanita yang pertama.

Ketiga : Apabila seorang wanita masuk surga, sedangkan suaminya masuk neraka, nasibnya seperti yang pertama dan kedua.

Keempat : Jika ia wafat setelah pernikahannya, ia akan tetap menjadi milik suaminya yang ia tinggalkan di dunia.

Kelima : seorang wanita yang suaminya wafat, dan ia hidup sepeninggalnya tanpa menikah lagi sampai wafat, ia tetap akan menjadi milik suaminya tersebut dalam surga.

Keenam : sedangkan perempuan yang suaminya wafat, lalu menikah lagi dengan laki-laki setelahnya, maka ia akan menjadi milik suaminya yang terakhir, walaupun ia memiliki banyak suami, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam :
Artinya : “Wanita itu diperuntukkan bagi suaminya yang terakhir (dalam surga)” (Assilsilatu Al Ahadits Asshohihah : (1821)

Juga diriwayatkan dari Hudzaifah radhiyallahu 'anhu bahwa ia berkata kepada istrinya : “Jika engkau menjadi istriku didalam surga, maka janganlah menikah sepeninggalku karena wanita (bani adam) di dalam surga menjadi milik suaminya yang terakhir.” (Assilsilatu Al Hadits Asshohihah (1821)
Oleh sebab itu, Allah mengharamkan atas istri-istri nabi untuk dinikahi sepeninggal beliau, karena mereka adalah istri-istri beliau didalam surga.
Diantara nikmat lain atas wanita penghuni surga adalah bahwasanya Allah Azzawajalla menjadikan mereka muda belia, serta mengembalikan keperawanan mereka, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam : “Sesungguhnya surga tidaklah dimasuki oleh wanita yang telah renta…, Sesungguhnya jika Allah memasukkan mereka kedalam surga, Dia mengubah mereka menjadi perawan (kembali). (HR. Abu Nu’aim dalam sifatuljannah (143) dengan dihasankan AlAlbany dalam Al Irwa’ : 375)
Didalam atsar juga disebutkan bahwa wanita bani adam yang menjadi penghuni surga lebih elok dan cantik dibandingkan dengan para bidadari, hal ini disebabkan ibadah mereka kepada Allah Azza Wajalla. (Haadilarwah,223) Mereka didalamnya senantiasa tertutup dalam istana-istana megah dan mereka senantiasa menundukkan pandangan kecuali terhadap suami-suami mereka.

Selasa, 10 Agustus 2010

Puasa Dan Kejujuran

Imam Hasan Al Bashri Rahimahullah mendekati seorang anak yang sedang menggembalakan puluhan domba milik majikannya. Sang imam membujuk agar anak itu bersedia menjual seekor domba gembalaannya kepadanya.


Namun sang anak gembala yang tidak mengetahui kalau pria itu adalah Imam Hasan Al Bashri menolaknya dengan alasan bahwa domba-domba itu bukan miliknya. Hasan Al Bashri pun terus membujuk dengan berkata, “Bukankah majikanmu tidak akan mengetahui kalau dombanya dijual satu ekor saja.”


Sang anak gembala pun menjawab, “Memang majikan saja tidak tahu, tapi Allah yang berada di atas langit sana pasti maha mengetahuinya.” Ia pun menunjuk ke arah langit. Melihat kejujuran anak gembala itu, sang Imam terkesima lalu memeluk dan menciumi kepala anak itu. Bahkan dalam sebuah riwayat beliau juga berdoa bagi kebaikan anak gembala itu.


Kejujuran yang dimiliki anak gembala tersebut rasanya pada zaman sekarang ini merupakan sifat yang langka. Bahkan saat ini negara kita sulit mencari manusia-manusia yang memiliki sifat mulia tersebut. Hal itu dapat diukur dari semakin maraknya praktek korupsi, kolusi, manipulasi, dan budaya ‘mark-up’ di negeri ini.


Kejujuran (ash shidq) merupakan salah satu sifat utama yang harus dimiliki orang-orang beriman. Begitu pentingnya sifat mulia itu, sehingga tidak kurang dari 145 kali disebut dalam Al Quran. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam pun memerintahkan umatnya untuk berbuat jujur sebagaimana sabdanya : “Hendaklah kalian berlaku jujur karena sesungguhnya kejujuran itu mengantarkan kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan itu mengantarkan (pelakunya) ke surga,” (HR Bukhari).


Ibadah puasa yang kita laksanakan pada bulan suci Ramadhan ini merupakan sarana untuk melatih kita berbuat jujur. Sebab hanya kita sendiri dan Allah Subhaana Wa Ta'ala lah yang mengetahui bahwa kita benar-benar berpuasa atau tidak. Tidak sedikit di antara umat Islam yang di hadapan orang lain terlihat berpuasa, ikut makan sahur, dan turut berbuka puasa, namun secara diam-diam dia sebenarnya tidak berpuasa.


Selain itu, orang yang benar-benar berpuasa dilatih kejujurannya. Memang secara hukum puasanya tidak batal ketika seseorang berbuat tidak jujur, namun ibadah puasanya telah rusak, artinya ia tidak mendapatkan pahala, malahan dosa yang diperolehnya, meskipun ia telah merasakan haus dan lapar. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda: “Banyak orang yang berpuasa tetapi ia tidak mendapatkan apa-apa selain lapar dan haus.” (HR Bukhari).


Dengan demikian, marilah kita jadikan ibadah puasa Ramadhan yang kita laksanakan sebagai sarana meraih derajat takwa, yang salah satu kriterianya adalah senantiasa berlaku jujur. Marilah kita jaga setiap amanah (termasuk amanah jabatan dan kekuasaan) yang dipercayakan kepada kita. Marilah kita ciptakan keamanan dan ketenangan hidup bermasyarakat dengan berlaku jujur. Sebab Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda dalam sebuah Hadits : “Kejujuran itu menciptakan ketenangan.” Wallahua’lam.