Social Icons

Pages

Jumat, 22 Januari 2010

Nasehat Berharga Dari Fadhilatu as Syaikh al ‘Allamah Bakr bin Abdullah Abu Zaid –hafidzhahullah-, Kepada Fadhilatu as Syaikh Rabii’e bin Hadi........

Nasehat Berharga Dari Fadhilatu as Syaikh al ‘Allamah Bakr bin Abdullah Abu Zaid –hafidzhahullah-, Kepada Fadhilatu as Syaikh Rabii’e bin Hadi........

Nasehat Berharga Dari Fadhilatu as Syaikh al ‘Allamah Bakr bin Abdullah Abu Zaid –hafidzhahullah-, Kepada Fadhilatu as Syaikh Rabii’e bin Hadi al Madkhaly -hafidzahulloh-, Tentang Sayyid Quthub –rahimahullah-

Kepada Saudaraku, as-Syaikh Rabi’e bin Hadi al-Madkhaly, yang terhormat

Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuhu


Berikut ini penjelasan dariku tentang keinginan anda agar saya menelaah buku yang anda sertakan, berjudul “Adhwaa’ Islamiyyah ‘Ala ‘Aqidati Sayyid Quthub wa Fiqrih” (Pandangan Islam terhadap akidah dan pemikiran Sayyid Quthub); apa komentar anda terhadap buku ini; adakah buku ini menurut pengamatan anda tidak layak terbit atau adakah perbaikan anda terhadap buku ini hingga membuatnya layak terbit, yang pada akhirnya akan menjadi tabungan kebaikan bagi anda di akhirat dan penjelasan bagi siapa saja yang Allah kehendaki dari hamba-hamba-Nya di dunia. Menjawab keinginan tersebut?, maka berikut ini beberapa ulasan saya;

1. Ketika membaca halaman pertama dari buku ini (daftar isi), saya dapati buku ini memuat beberapa sisi tentang dasar-dasar pemikiran kufur, ilhaad dan zindiiq yang diusung oleh Sayyid Quthub –rahimahullah-, diantaranya;

* Pemikiran wihdatul wujud,
* Al-Quran adalah makhluk,
* Kebolehan membuat syari’at bagi selain Allah,
* Sikapnya yang berlebihan terhadap sifat-sifat Allah,
* Penolakannya terhadap hadits-hadits mutawatir,
* Pengaburan terhadap beberapa persoalan akidah yang –seharusnya- wajib diyakini,
* Mengkafirkan orang secara serampangan, dan beberapa judul lainnya yang menjadikan gemetar takut hati orang beriman yang mendengarnya …
* Dan di dalam buku itu pula, anda mengungkapkan kekecewaan anda terhadap diamnya para ulama terhadap pemikiran-pemikiran yang menghancurkan tersebut …
* Apa solusi dalam menghadapi kenyataan demikian seiring menjamurnya buku-buku Sayyid Quthub yang begitu cepat, orang-orang awwam menjadikannya salah satu referensi, demikian pula anda dalam beberapa tulisan anda.

Setelah membaca beberapa point tersebut, maka saya pun tertarik mengadakan perbandingan terhadap point-point yang disebutkan, dengan buku-buku karya Sayyid. Hingga pada akhirnya, saya menemukan beberapa kerancuan terhadap point-point yang dituduhkan kepada Beliau.

Secara global, buku ini memuat beberapa tuduhan keji yang menggiring pembacanya untuk membenci, memusuhi dan mencerca Sayyid –rahimahullah-. Dan sungguh saya tidak menyukai bagi anda dan bagi seluruh muslim hal-hal yang dapat menjerumuskan seorang ke dalam perbuatan dosa dan kedzhaliman. Selain itu, merupakan kerugian yang nyata, bila seorang menghadiahkan kebaikan-kebaikannya kepada orang lain yang diyakininya sebagai lawan dan musuhnya.

2. Setelah membaca buku ini, saya mendapati bahwa buku ini tidak memuat beberapa nilai mendasar yang sepantasnya menghiasi sebuah karya ilmiah. Nilai-nilai yang kosong tersebut adalah;

- Qaidah-qaidah dasar sebuah penelitian ilmiah (ushuul al baths al ‘ilmiy).

- Keadilan ilmiyah (al haidah al ‘ilmiyyah)

- Aturan dalam mengkrikitik (manhaj an naqd)

- Amanah ilmiyyah (amaanatu an naql wa al’ilmy)

- Tidak memihak pada kebenaran (‘adam hadhm al haq)

- Jauh dari adab diskusi

Berikut ini beberapa contoh dari hal yang telah disebutkan;

Pertama, saya mendapati bahwa sumber referensi dari buku ini dikutip dari karya-karya Sayyid cetakan lama. Sebagai contoh kitab al-Zhilaal dan al- ‘Adaalah al-Ijtima’iyyah, padahal anda tahu keberadaan cetakan terbaru bagi kedua buku tersebut, sebagaimana anda nyatakan –sendiri- dalam catatan kaki pada halaman 29 dari buku anda. Hal demikian, tidaklah patut dilakukan. Sebab tidak sejalan dengan amanah ilmiyyah dan tata aturan dalam mengkritik sebuah pemikiran dari karya seorang. Boleh jadi pendapat terdahulu dari seorang, telah dibatalkan atau diperbaiki pada edisi revisi dari buku karyanya. Tentu yang demikian, bukan merupakan hal baru bagi anda. Namun mungkin kelalaian seorang penuntut ilmu telah merasuki anda, hingga hal ini pun luput dari pengamatan anda. Sebagai contoh; kitab “ar Ruuh” oleh Imam Ibnu al-Qayyim –rahimahullah-. Ketika sebagian orang menyaksikan beberapa keganjiilan padanya, mereka pun berkata; “Mungkin pendapat-pendapat ganjil tersebut adalah buah pikiran beliau yang lama”, dan semisalnya. Maka demikian pula karya Sayyid, “al-’Adaalah al-Ijtima’iyyah“, dimana buku tersebut adalah karya pertama beliau dalam kancah pemikiran Islam. Wallahu al musta’aan.

Kedua, sungguh hati ini bergetar menahan ke-ngerian yang amat dalam kala menyaksikan salah satu judul dalam daftar isi buku anda; “Sayyid Quthub membolehkan membuat syari’at bagi selain Allah“. Saya pun segera membolak-balik halaman demi halaman yang berisi penjelasan judul tersebut. Namun ternyata, lembaran-lembaran itu hanya merupakan nukilan beberapa halaman dari satu karya Sayyid, yaitu “al ‘Adalah al Ijtima’iyyah“, dan saya tidak menemukan korelasi-nya dengan tudingan yang ditujukan pada beliau seperti termaktub dalam judul bab buku anda itu. Andai pun benar, bahwa buku tersebut memuat pernyataan mutlak yang mengarah pada tudingan anda itu, tetap saja hal itu hanya merupakan prediksi yang tidak sampai kepada sebuah keyakinan. Lantas bagaimana hal demikian dapat dijadikan acuan untuk membatalkan seluruh perjuangan yang telah mewarnai kehidupan dan karya-karya monumental Sayyid dalam rangka penegakan tauhid dan penolakan terhadap hukum buatan manusia ?!. Sesungguhnya Allah menyukai keadilan, dan saya yakin anda pun adalah golongan yang ingin senantiasa rujuk kepada keadilan.

Ketiga, diantara judul yang menyesakkan dada dalam tulisan anda adalah “Sayyid Quthub menganut paham Wihdatul Wujud, lewat pernyataannya“. Kesimpulan demikian, anda ambil dari kesamaran pernyataan Sayyid, yang oleh beliau dipoles dengan gaya bahasa tinggi, saat menafsirkan surah al-Hadiid dan surah al-Ikhlas. Hal yang baik sebenarnya telah anda lakukan, ketika menukil pernyataan Sayyid berisi bantahan tegas terhadap pemikiran wihdatul wujud, yaitu kala beliau menafsirkan surah al-Baqarah. Diantara perkataan Sayyid yang anda nukil adalah; “Falsafah pemikiran Islam menyatakan bahwa makhluk berbeda dengan Pencipta, dan Pencipta tidaklah serupa dengan satupun makhluk, maka dari dasar falsafah pemikirian demikian, terkuburlah paham wihdatul wujud (dalam Islam)“. Dan sebagai tambahan informasi, bahwa Sayyid telah menyusun bantahan yang sangat baik terhadap falsafah Wihdatul Wujud dalam kitab-nya, “Muqawwimaat at-Tashawwur al-Islami“. Bertolak dari pemaparan tadi, maka kami katakan, semoga Allah mengampuni Sayyid terhadap pernyataan beliau yang samar ketika menafsirkan surah al-Hadiid dan al-Ikhlas. Namun hal yang pasti, bahwa pernyataan yang samar tidak mungkin disetarakan dengan pernyataan tegas beliau tentang pemahaman Wihdatul Wujud. Olehnya, harapan saya agar anda segera klarifikasi pengkafiran anda terhadap Sayyid –rahimahullah- yang hanya dibangun di atas pernyataan samar beliau, dan sungguh –justru sebaliknya- saya khawatir terhadap anda.

Keempat, terhadap judul bab yang anda ketengahkan “Penyelisihan Sayyid terhadap para ulama dan ahli bahasa dalam menafsirkan kalimat laailaaha illallah, dan ketidakjelasan pemahaman serta sikapnya terhadap rububiyyah dan uluhiyyah Allah“, jujur saya nyatakan, bahwa melalui judul ini, anda telah meruntuhkan secara serampangan seluruh cita-cita dan perjuangan yang mewarnai kehidupan Sayyid. Seluruh yang anda sebutkan, terbantahkan dengan satu hal, yakni bahwa pengesaan Allah dalam keberhakan-Nya menentukan hukum dan syari’at adalah satu diantara bagian tauhid. Dan penegakan bagian dari tauhid inilah, yang menjadi fokus perjuangan Sayyid karena melihat realita saat itu, dimana orang-orang semakin berani untuk merampas keberhakan itu dari Allah, hal yang belum pernah disaksikan oleh sejarah kaum muslimin sebelumnya hingga masuk tahun 1342 H.

Kelima, diantara judul bab dalam buku anda adalah “Perkataan Sayyid Quthub bahwa al-Quran adalah makhluk dan kalaamullah adalah ibarat (perwujudan) dari kehendak Allah“; ketika saya membaca lembaran-lembaran dari bab ini, tidak satu-pun saya temukan bahwa Sayyid mengucapkan pernyataan tersebut -al-Quran adalah makhluk- secara nash (jelas). Namun yang saya temukan hanyalah rangkaian kata dengan gaya bahasa yang berlebihan –hiperbola-, misalnya pernyataannya;

ولكنهم لا يملكون أن يؤلفوا منها ـ أي الحروف المقطعة ـ مثل هذا الكتاب لأنه من صنع الله لا من صنع الناس

“Namun mereka -orang-orang kafir- tidaklah mampu untuk membuat tandingan bagi al-Quran dengan rangkaian huruf-huruf tersebut (al-huruuf al-muqatha’ah) karena al Quran adalah produk Allah dan bukan produk manusia.”. Pernyataan bahwa al Quran adalah produk (buatan) Allah jelas adalah pernyataan yang keliru, tetapi akankah kita –lantas- menghukumi beliau telah kafir, lantaran pernyataannya -yang samar- itu ?!. Sungguh saya tidak berani menanggung akibat dari hal tersebut.[1]

Selain itu, pernyataan Sayyid ini mengingatkan saya pada perkataan serupa dari Syaikh Muhammad Abdul Khaliq Adzhiimah –rahimahullah- dalam muqaddimah kitabnya “Diraasaat fi Ushluubi al-Quran al-Kariim“, yang telah dicetak oleh Universitas Islam Imam Muhammad bin Su’ud. Lantas, apakah kita akan menghukumi beliau sama dengan Sayyid lewat pernyataannya demikian ?!!.

Demikian sebagian tanggapan saya terhadap isi dari buku anda, dan saya cukupkan tanggapan ini hingga disini.

Adapun dari sisi selainnya, maka saya katakan;

1. Draf buku tersebut yang sampai kepada saya berjumlah 161 halaman, dengan tulisan tangan yang berbeda-beda. Saya tidak mengetahui, diantara tulisan tersebut ada tulisan anda, kecuali jika anda telah merubah jenis tulisan anda atau karena saya yang telah lupa akan jenis tulisan anda. Atau, mungkin pula draf halaman tersebut adalah kumpulan dari tulisan murid-murid yang anda tugaskan untuk proyek ini, dan kemudian anda pilah dari tulisan tersebut; atau mungkin pula anda-lah yang telah meng-imla’ draf buku itu kepada beberapa orang murid anda. Olehnya itu, saya tidak begitu yakin akan nisbat buku ini kepada anda, melainkan melalui catatan yang anda tulis pada penghujungnya, bahwa buku ini adalah tulisan anda. Dan hal itu saya anggap cukup untuk menisbatkan buku ini sebagai buah tangan anda.

2. Kendati draf buku tersebut terdiri dari jenis tulisan yang berbeda-beda, namun irama bahasa yang nampak –ternyata- seragam; dipenuhi dengan bahasa yang begitu menggebu, berkobar dan dipaksakan, hingga lahir berbagai kesalahan fatal, beberapa pernyataan samar pun dinampakkan, seolah-olah sebagai sebuah pernyataan tegas yang tidak mungkin lagi untuk ditafsirkan berbeda … dan hal demikian tentu merupakan bentuk kecurangan ilmiyah (al haidah al ‘ilmiyyah).

3. Dari sisi sistematika bahasa, bila dibandingkan antara tulisan anda dengan karya Sayyid, maka sistematika bahasa yang digunakan oleh Sayyid berada jauh di atas anda. Ibaratnya, seperti seorang mahasiswa di tingkat persiapan bahasa dengan seorang yang telah meraih gelar kesarjanaan tinggi bertaraf internasional. Sewajarnya, kesamaan dan kesetaraan tingkat pemahaman aturan dan insting berbahasa serta keterampilan dalam menyampaikan dan mempersentasikan sesuatu, adalah hal yang hendaknya diperhitungkan, dan jika tidak demikian hendaklah ia tidak mencoba masuk dalam kancah ini.

4. Gaya bahasa emosional lebih mendominasi tulisan anda ketimbang sistimatika penulisan ilmiyah, hal yang menyebabkan tulisan anda hampa dari tatakrama dan adab diskusi.

5. Tulisan anda dipenuhi dengan kata-kata cercaan, pelecehan, tudingan dan kata-kata yang menyudutkan … mengapa harus demikian ?!.

6. Buku ini akan memunculkan sikap fanatisme jenis baru. Sebab ia akan menjadikan seorang pemula cendrung mengambil kesimpulan tanpa landasan yang kuat dan jelas; menyatakan kafir, sesat dan menyesatkan, bid’ah dan pelaku bid’ah; yang semuanya merupakan kesimpulan yang diambil secara premature. Bahkan buku ini akan melahirkan generasi yang tinggi hati dalam beragama, menggampangkan perkara besar, dan me-lesensi kelompok mereka sebagai satu-satunya kelompok yang berjuang menegakkan panji-panji keberagamaan, serta satu-satunya kelompok yang paling wara’ dan shaleh. Sikap-sikap demikian, bila lepas control dan tidak terkendali, dikhwatirkan akan menghancurkan dan membinasakan.

Demikian enam hal yang menjadi point penting terhadap buku ini. Hal mana menyebabkan buku ini akhirnya tidak memenuhi standar kualifikasi. Inilah penilaian saya terhadap buku anda, sebagaimana permintaan anda kepada saya untuk menilainya. Dan saya minta maaf akan keterlambatan jawaban ini, sebab sesungguhnya saya –sebelumnya- tidak pernah memberi perhatian penuh untuk membaca karya-karya tokoh ini (Sayyid), meskipun karya-karya tersebut sangat banyak digandrungi oleh orang-orang. Namun lantaran kedahsyatan penyampaian anda, mendorongku untuk membaca berbagai karya beliau. Dan setelah menelaahnya, tidak ada yang saya temukan melainkan kebaikan yang banyak, keimanan dan kebenaran yang nyata, serta ulasan-ulasan jitu dan cermat yang mematahkan dan menyingkap kebusukan dan makar jahat dari musuh-musuh Islam. Hanya saja, tidak dipungkiri bahwa di dalamnya pun terdapat kekeliruan dan pernyataan-pernyataan samar serta ibarat berlebihan, yang sebenarnya lebih baik jika seandainya tidak beliau nyatakan, kendati kebanyakan dari pernyataan-pernyataan samar beliau itu -yang mungkin dipahami secara keliru- telah ada penjelasannya pada karya-karya beliau yang lainnya. Dan satu hal yang pasti, bahwa kesempurnaan itu adalah hal yang amat sulit diraih.

Adapun tokoh kita ini (Sayyid), dahulunya adalah seorang sastrawan dan penulis yang kritis. Kemudian beliau masuk ke dalam dunia dakwah, berkhidmat untuk Islam lewat al-Quran, sunnah, dan sirah Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam-. Akibatnya, beliau pun mulai menghadapi berbagai macam cobaan dalam memperjuangkan prinsip-prinsipnya, dan beliau tetap tegar dengan prinsip-prinsip tersebut.

Hingga akhirnya, saat dituntut menuliskan permohonan maaf dan penyesalan atas segala pernyataan beliau dalam tulisan-tulisannya yang bertentangan dengan kebijakan pemerintah –kala itu-, tegas beliau mengucapkan sebuah kalimat yang berangkat dari keimanan yang tulus; “Sesungguhnya jari (telunjuk) ini telah saya angkat menyatakan syahadat. Karena itu, tidak sekalipun akan saya gunakan untuk menuliskan sesuatu yang akan membatalkannya“.

Karena itu, merupakan kewajiban bagi kita semua mendoakan pengampunan bagi beliau, mengambil manfaat dari ilmunya, dan menjelaskan hal-hal yang telah kita yakini merupakan kesalahan beliau. Dan -hal yang perlu diketahui-, bahwasanya kesalahan yang beliau lakukan tidak lantas menyebabkan kita mengharamkan diri-diri kita untuk mengambil manfaat dari ilmu dan buah karyanya.

Sebaiknya anda bisa mengambil pelajaran dari sejarah para ulama terdahulu; bagaimana Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah –rahimahullah- membela Abu Ismail al-Harawy dan al-Jaylani kendati terdapat berbagai pendapat mereka berdua sangat rancu. Di mana pembelaan tersebut disebabkan karena asal perjuangan mereka berdua adalah untuk menegakkan Islam dan sunnah. Coba perhatikan karya al- Harawy “Manaazil as-Saairiin“, sungguh anda akan menemukan berbagai pemikiran aneh yang tidak mungkin dapat diterima. Namun meski demikian, al-Imam Ibnu al-Qayyim di dalam “Madaariju as Saalikin” berusaha untuk mengais udzur buat beliau, dan tidak lantas mencaci dan menyudutkannya. Seluruh ulasan, berikut contoh-contoh berkenaan dengan masalah ini telah saya uraikan secara terperinci dalam tulisan saya “Tashniifu an Naas Baina ad Dzhan wa al Yaqiin“.

Mengakhiri tulisan ini, saya menasehatkan kepada anda, wahai saudaraku, agar mengurungkan niat mencetak buku ini “Adhwaa’ Islamiyyah ‘Ala ‘Aqidati Sayyid Quthub wa Fiqrih”. Tidak boleh mencetak dan menyebarkan buku itu karena isinya mengandung provokasi kuat bagi para pemuda untuk mencela dan memusuhi para ulama, dan menguburkan berbagai keutamaan serta jasa-jasa mereka.

Saya –juga- tidak lupa meminta maaf kepada anda terhadap pernyataan-pernyataanku yang cukup keras. Hal itu tidak lain disebabkan karena provokasi yang anda buat dan rasa khawatirku terhadap anda, serta keinginan yang sangat besar dari anda sendiri untuk mengetahui tanggapan saya terhadap buku anda ini. Demikian kalam ini telah tertoreh, semoga Allah senantiasa menuntun jalan kita semua. (team inshof)

[1] . Akibat dari pernyataan tersebut sebagaimana disebutkan dalam Hadits Shahih, “Siapa yang mengatakan kepada saudaranya: “Wahai Kafir”, maka ia –ucapan itu- kembali pada satu diantara keduanya. Jika sesuai apa yang ia katakan –maka tidak ada masalah-, namun jika tidak maka ucapan itu kembali padanya“. (HR. Muslim, no: 225).


Keterangan : Sekaligus terjemahan diatas sebagai muqodimah bantahan pada Syubuhat terbaru pada situs www.almakassari.com (la barokallohu fiiha) dengan judul ”

FATWA KESESATAN JAMA’AH / ORMAS / YAYASAN WAHDAH ISLAMIYAH (Bag. 1)
Syaikh Rabi’ bin Hady Al-Madkhaly [1]– hafidzhohullah –
(Imam Jarh wat Ta’dil)

” , dan pada tulisan berikutnya kami akan menukil fatwa-fatwa dari para kibar ulama lainnya tentang masalah tersebut. semoga Alloh memberi kepada kita taufiq-Nya.


Bagaimana Sikap Anda Terhadap Hamba Allah Begitulah Allah Memperlakukan Anda

Segala puji bagi Allah Subhaanahu Wata’ala Tuhan semesta alam, shalawat dan salam kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, kepada keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya.


Dalam sebuah hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah Subhaanahu Wata’ala Menyayangi hamba-hamba-Nya yang penyayang”. (HR. Bukhari).


Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)?

Siapa yang menyayangi makhluk (Allah Subhaanahu Wata’ala) maka akan di sayangi oleh sang pencipta (Allah Subhaanahu Wata’ala). Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: ”Orang-orang yang penyayang akan di sayangi oleh Yang Maha Penyayang, sayangilah apa yang terdapat di muka bumi maka maka kalian akan di sayangi oleh apa yang terdapat di langit (penghuninya)”.(HR. Tirmidzi).

Perhatikanlah untuk selalu memberikan keringanan dan kemudahan untuk orang lain agar Allah Subhaanahu Wata’ala Memberikan keringanan buat anda.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa yang memberikan kemudahan atas kesusahan seorang muslim, maka Allah Subhaanahu Wata’ala Akan memberikan kemudahan buat dia atas kesusahan dari kesusahan-kesusahan pada hari kiamat”.(HR. Bukhari).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa yang menyelamatkan orang yang sedang kesusahan, maka Allah Subhaanahu Wata’ala Akan membukakan (menyelamatkan) dia dari kesusahan dari kesusahan-kesusahan pada hari kiamat”. (HR. Ahmad).

Bantulah orang lain untuk memenuhi kebutuhan mereka (yang baik) maka anda akan mendapatkan pertolongan dari Allah Subhaanahu Wata’ala

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Allah Subhaanahu Wata’ala Akan senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya”.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa yang (memenuhi) kebutuhan saudaranya maka Allah Subhaanahu Wata’ala Akan memenuhi kebutuhannya”.(HR. Muslim).

Permudahlah untuk orang yang tidak mampu…maka Allah Subhaanahu Wata’ala Akan mempermudah kamu

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: ”Barangsiapa yang memberikan kemudahan kepada orang yang tidak mampu maka Allah Subhaanahu Wata’ala Akan memberikan kemudahan untuknya di dunia dan akhirat”.(HR. Muslim).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: ”Sebelum (masa) kalian (dulu) terdapat seorang pedagang yang memberikan piutang kepada orang lain, jika ia melihat (orang yang di hutanginya) tidak mampu untuk membayar (hutangnya) ia mengatakan kepada pegawainya: maafkanlah ia, semoga Allah Subhaanahu Wata’ala Memaafkan (dosa-dosa) kita, kemudian Allah Subhaanahu Wata’ala Memaafkan (dosa-dosa) nya”.(HR. Bukhari).

Bersikap ramahlah dengan hamba-hamba Allah Subhaanahu Wata’ala Maka anda termasuk dari do’a Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam

“Ya Allah! Barangsiapa yang bersikap ramah dari umatku maka berilah kasih sayang untuknya, dan barangsiapa yang menyusahkan mereka maka susahkanlah mereka”.(HR. Ahmad).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah Subhaanahu Wata’ala Maha Lembut dan menyukai yang ramah atau yang berlemah lembut, dan Dia memberikan kepada orang yang bersikap ramah apa yang tidak Dia berikan kepada orang yang kejam”. (HR. Muslim).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa yang (mengharamkan) keramahan (kelemah lembutan), maka dia tidak akan mendapatkan kebaikan”. (HR. Muslim).

Tutuplah (aib) orang lain maka Allah Subhaanahu Wata’ala Akan menutupi aib anda

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim maka Allah Subhaanahu Wata’ala Akan menutupi (aibnya) di dunia dan di akhirat”. (HR. Muslim).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa yang menutup aurat (aib) seorang saudaranya semuslim, maka Allah Subhaanahu Wata’ala Akan menutupi auratnya (aibnya) pada hari kiamat”. (HR. Ibn Majah).

Maafkanlah kesalahan saudara anda… maka Allah Subhaanahu Wata’ala Akan memaafkan kesalahan anda

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa memaafkan (kesalahan) seorang muslim, maka Allah Subhaanahu Wata’ala Akan memaafkan kesalahannya”. (HR. Abu Daud).

Berikanlah makanan kepada orang-orang muslim, maka Allah Subhaanahu Wata’ala Akan memberikan makanan (rezki) kepada anda.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Siapapun dari seorang mukmin yang memberikan makanan kepada seorang mukmin karena kelaparan, maka Allah Subhaanahu Wata’ala Akan memberikan makanan untuknya dari buah-buahan surga”. (HR. Tirmidzi).

Berilah air minum kepada orang-orang muslim, maka Allah Subhaanahu Wata’ala Akan memberi anda air minum

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa dari seorang mukmin yang memberikan air minum kepada seorang mukmin karena kehausan, maka Allah Subhaanahu Wata’ala Akan memberinya air minum pada hari kiamat dari air anggur yang lezat”.(HR. Tirmidzi).

Berikanlah pakaian kepada orang-orang muslim, maka Allah Subhaanahu Wata’ala Akan memberi pakaian kepada anda

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa dari seorang mukmin yang memberikan pakaian kepada orang yang telanjang, maka Allah Subhaanahu Wata’ala Akan memberinya pakaian dari khadir surga”. (HR. Tirmdizi).

Maka bagaimana anda bersikap kepada hamba-hamba Allah Subhaanahu Wata’ala, begitupun Allah Subhaanahu Wata’ala Akan memperlakukan anda, maka silahkan anda memilih untuk diri anda suatu keadaan yang Allah akan memperlakukan anda seperti perlakuan anda, bersikaplah (berinteraksilah) kepada hamba-hamba Allah, dengan hal itu anda akan mendapatkan balasannya.

Berhatilah-hatilah dari menyakiti orang lain, karena Allah Subhaanahu Wata’ala Akan menyiksa anda

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah Subhaanahu Wata’ala Akan menyiksa orang-orang yang menyiksa manusia di dunia”.(HR. Tirmidzi).

Allah Subhaanahu Wata’ala Berfirman: “Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya..”. (QS. Al Baqarah: 49).

Dan dalam surah yang lain Allah Subhaanahu Wata’ala Berfirman: “…dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras”.

Balasan sesuai dengan jenis pekerjaan

Allah Subhaanahu Wata’ala Akan memperlakukan seorang hamba sebagaimana seorang hamba memperlakukan (saudaranya) hamba-hamba yang lain, maka perlakukanlah hamba-hamba Allah Swt dengan perlakuan yang anda sukai Allah Subhaanahu Wata’ala Memperlakukan anda seperti perlakuan itu. Maka bersikap ramahlah kepada hamba-hamba Allah Subhaanahu Wata’ala Maka Allah Subhaanahu Wata’ala Akan memperlakukan anda seperti itu.

Allah Subhaanahu Wata’ala Berfirman: “…dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (At Taghaabun: 14).

Dan dalam surah yang lain Allah Subhaanahu Wata’ala Berfirman: “…dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang, apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. An Nuur: 22).

Berhati-hatilah dari mempersulit hamba-hamba Allah Subhaanahu Wata’ala

Maka anda akan termasuk dari do’a Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: “Ya Allah! Barangsiapa yang memimpin dari urusan umatku sedikitpun, kemudian dia mempersulit mereka maka persulitlah ia, dan barangsiapa yang memimpin dari urusan umatku sedikitpun lalu ia bersikap ramah dengan mereka maka kasihilah ia”. (HR. Muslim).

Jangan anda menyakiti orang-orang muslim yang lain dengan mencari-cari aib mereka

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa yang mencari-cari aib saudaranya semuslim yang lain maka Allah akan menyelidiki aibnya, dan barangsiapa yang di selidiki oleh Allah Subhaanahu Wata’ala Aibnya maka akan di ekspose (aibnya) sekalipun dia berada di dalam (koper) pejalanannya”. (HR. Tirmidzi).

“Dan barangsiapa yang mengungkap aurat (aib) saudaranya semuslim, maka Allah Subhaanahu Wata’ala Akan mengungkap auratnya (aibnya) sampai Allah Subhaanahu Wata’ala Akan mencemarkan aibnya di rumahnya”.( HR. Ibn Majah).

Jangan anda menahan kasih sayang anda terhadap orang lain

Sebab Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa yang tidak menyayangi manusia maka Allah Subhaanahu Wata’ala Tidak akan menyayanginya”.(HR. Muslim).

Bagaimanapun sikap anda terhadap seseorang, maka anda akan mendapat balasannya yang setimpal dari Allah Subhaanahu Wata’ala

Bersungguh-sungguhlah, (semoga Allah Subhaanahu Wata’ala Memberikan taufik untuk anda!) untuk memberikan manfaat untuk hamba-hamba Allah Subhaanahu Wata’ala, sebagai bentuk ketaatan terhadap sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam : “Barangsiapa dari kalian yang mampu untuk memberikan manfaat bagi saudaranya maka lakukanlah!”. (HR. Muslim).

Dan berbuat baiklah kepada mereka, sesungguhnya Allah Subhaanahu Wata’ala Menyukai orang-orang yang berbuat baik. Jadilah orang yang bersikap ramah dan lemah lembut kepada mereka.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Akan di haramkan untuk masuk neraka setiap orang yang berlemah lembut, ramah dan mempermudah (masalah) dari manusia’.

Maafkan mereka, ampuni mereka, semoga Allah Subhaanahu Wata’ala Mengampuni anda, sesungguhnya Allah Subhaanahu Wata’ala Tidak akan menyia-nyiakan orang yang berbuat kebaikan.

Dan penutup do’a kami ialah: “alhamdulillah rabbil ‘aalamin”. Artinya: segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.