Social Icons

Pages

Kamis, 23 Juli 2009

AL FATIHAH

Seharusnya tidak ada seorang muslim pun yang tidak mengenal surah ini. Setidaknya bila seorang muslim 'hanya' menjaga shalat lima waktunya saja, hampir bisa dipastikan ia akan mengulangi surah ini sebanyak 17 kali dalam sehari semalam. Belum lagi bila ia tidak sekedar mengerjakan shalat yang fardhu.

Belum lagi bila ia tidak sekedar mengerjakan shalat yang fardhu. Tentu pengulangan terhadap surah ini akan lebih sering terjadi. Namun ternyata seringnya pengulangan itu tidak serta merta menunjukkan adanya peningkatan pemahaman terhadap surah ini. Berikut ini beberapa penjelasan sederhana sep utar surah ini. Semoga saja dapat memberikan pencerahan baru bagi shalat-shalat kita sehari-hari. Agar shalat-shalat itu tidak berlalu begitu saja, tanpa kita memahami sedikitpun dzikir dan do'a yang kita lantunkan di dalamnya.


Nama-nama Surah Al Fatihah
Ada beberapa nama yang sering digunakan untuk surah ini, diantaranya adalah :

1.
Al Fatihah, yang berarti sang pembuka. Nama ini tentu saja sesuai dengan fungsi surah ini sebagai surah pembuka baik dalam mushhaf Al Qur'an dan juga dalam shalat.
2.
Ummul Kitab. Penamaan ini didasarkan kepada salah satu hadits Nabi saw yang menyatakan : "Alhamdulillahi rabbil 'alamin adalah 'ummul Qur'an', 'ummul Kitab'…" (HR. At Tirmidzy dengan sanad yang shahih). Mengapa surah Al Fatihah dinamakan ummul Kitab ? Ada beberapa pandangan di kalangan para ulama tentang hal ini. (1) Imam Bukhari misalnya –sebagaimana yang beliau sebutkan dalam awal Kitab Tafsir dalam Shahih Bukhari bahwa penamaan itu dikarenakan surah Al Fatihah yang per tama kali ditulis dalam mushhaf dan yang pertama kali dibaca dalam shalat. (2) Sebagian ulama yang lain memandang bahwa penamaan Al Fatihah dengan ummul Kitab disebabkan karena seluruh makna kandungan Al Qur'an itu kembali kepada makna yang terkandung dalam surah ini. Ibn Jarir Ath Thabary misalnya menguraikan hal ini berdasarkan pengertian kata umm secara bahasa. Beliau menjelaskan bahwa bangsa Arab menyebut setiap sesuatu yang mengumpulk an atau yang dikedepankan dalam suatu perkara dengan sebutan umm. Panji pasukan dalam peperangan disebut umm karena seluruh prajurit bersatu di bawahnya. Begitu pula kulit kepala yang 'mengumpulkan' dan menghimpun otak manusia, dalam bahasa Arab disebut dengan istilah umm.
3.
As Sab'u Al Matsany. Artinya "tujuh ayat yang sering diulang-ulang". Tentu saja ini sangat berkaitan erat dengan seringnya surah Al Fatihah yang berjumlah tujuh ayat ini diulang dalam keseharian seorang muslim. Nama ini sendiri disebutkan dalam beberapa hadits Nabi saw, seperti : "Dia itu adalah 'ummul Qur'an', dia itu adalah pembuka AlKitab, dan dia itu adalah 'as sab'u al matsany'." (HR. Ath Thabary dari Abu Hurairah –radhiallahu 'anhu-). Tidak hanya itu, bahkan nama ini disebutkan pula dalam salah satu ayat Al Qur'an : "Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al Qur'an yang agung ." (Al Hijr : 87)
4. Al Hamd. Yang berarti pujian. Sebabnya jelas karena surah ini diawali dengan pujian (Al Hamd) kepada Allah Azza wa Jalla.
5.
Ash Shalat. Nama ini didasarkan pada sebuah hadits qudsi yang cukup terkenal yang menunjukkan keutamaan surah ini. Dalam hadits itu, Allah Ta'ala berfirman : "Aku telah membagi 'Ash Shalat' (yaitu Al Fatihah yang dibaca dalam shalat) menjadi dua bagian antara Aku dengan hambaKu…" (HR. At Tirmidzy). Ibn Katsir menyatakan bahwa surah Al Fatihah dinamakan juga Ash Shalat karena ia menjadi rukun sahnya shalat.
6.
Ar Ruqyah. Hal ini didasarkan pada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Sa'id Al Khudriy –radhiallahu 'anhu- ketika beliau meruqyah (mengobati dengan membacakan ayat atau do'a yang ma'tsur ) seseorang dengan membaca surah Al Fatihah, maka Nabi saw mengatakan : "Bagaimana engkau tahu bahwa (surah ini) adalah ruqyah ?" (HR. Bukhari).

Itulah beberapa nama dari surah Al Fatihah. Nama-nama itu setidaknya menjelaskan kepada kita beberapa fungsi dan keutamaan dari surah ini.

Keutamaan Surah Al Fatihah
Ibn Katsir –rahimahullah- menyebutkan beberapa hadits yang menunjukkan keutamaan surah ini. Di antaranya adalah sebagai berikut :

1.
Abu Sa'id ibn Al Mu'alla –radhiallahu 'anhu- pernah bercerita : "Aku pernah mengerjakan shalat, lalu Rasulullah saw memanggilku. Namun aku tidak segera memenuhinya hingga aku selesai mengerjakan shalat. Lalu kemudian aku mendatangi beliau. Beliau berkata : "Apa yang menghalangimu untuk memenuhi panggilanku ?". Aku menjawab : "Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya sedang mengerjakan shalat." Beliau lalu berkata : "Bukankah Allah Ta'ala telah mengatakan : 'Wahai sekalian orang-orang beriman, penuhilah panggilan Allah dan RasulNya bila ia memanggil kalian untuk sesuatu yang menghidupkan kalian' ?", lalu beliau berkata : "Sungguh aku akan mengajarimu sebuah surah yang paling agung dalam Al Qur'an sebelum engkau keluar dari mesjid." Beliau lalu memegang tanganku. Hingga ketika beliau ingin keluar dari mesjid, aku berkata pada beliau : "Wahai Rasulullah, bukankah engkau telah mengatakan bahwa engkau akan mengajariku sebuah surah yang paling agung dalam Al Qur'an ?" Beliau menjawab : "Iya, (surah itu adalah) Alhamdulillahi rabbil 'alamin. Ia adalah as sab'u al matsany dan Al Qur'an agung yang diberikan kepadaku." (HR. Bukhari dan Ahmad).
2.
Ibn 'Abbad –radhiallahu 'anhuma- pernah berkisah : "Pada suatu ketika Rasulullah saw bersama dengan Jibril. Lalu tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari langit. Maka Jibril menengadahka pandangannya ke langit, lalu berkata : 'Itu adalah salah satu pintu langit yang dibuka yang sebelumnya belum pernah dibuka'. Lalu malaikat itu mendatangi Nabi saw, lalu berkata : 'Bergembiralah dengan dua cahaya yang diberikan kepadamu dan belum pernah diberikan kepada seorang nabi pun sebelummu ; yaitu Fatihah Al Kitab dan ayat-ayat penutup surah Al Baqarah. Tidaklah engkau membaca sau hurufpun dari keduanya melainkan engkau akan diberi." (HR. Muslim dan An Nasa'iy)
3.
Hadits Abu Hurairah –radhiallahu 'anhu- dari Rasulullah saw yang bersabda : "Barang siapa yang mengerjakan shalat dan tidak membaca Ummul Qur'an maka shalatnya terputus tidak sempurna –beliau mengulanginya sebanyak tiga kali-." (HR. Muslim). Setelah menyampaikan hadits ini, Abu Hurairah ditanya : "Tetapi kami berada di belakang imam." Ia menjawab : "Bacalah dalam hatimu, sebab sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda : "Allah Azza wa Jalla berfirman : 'Aku telah membagi shalat (maksudnya surah Al Fatihah) menjadi dua bagian antara Aku dan hambaKu. Dan hambaKu akan mendapatkan apa yang ia minta. Maka apabila ia mengucapkan 'Alhamdulillahi rabbil 'alamin', Allah pun berkata : 'H ambaKu telah memujiKu'. Dan bila sang hamba mengucapkan 'Ar Rahmanirrahim' maka Allah pun berkata : 'HambaKu telah menyanjungKu'. Maka bila sang hamba membaca 'Maliki yaumiddin', Allah pun berkata : 'HambaKu telah mengagungkanKu'. Dan terkadang Ia mengatakan : 'HambaKu telah menyerahkan urusannya kepadaKu'. Dan tatkala sang hamba mengucapkan : 'Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in', Allah berkata : 'Inilah batas pembagi (surah Al Fatihah) antara Aku dan hambaKu, dan untuk hambaKu apa yang ia minta. Maka bila sang hamba membaca 'Ihdinashshirathal mustaqim, Shiratalladzina an'amta 'alaihim ghairil maghdhubi 'alaihim wala-dhdhallin' , Allah berkata : 'Ini adalah untuk hambaKu, dan untuknya apa yang telah ia minta'. (HR. Muslim dan An Nasa'iy).

Kewajiban Membaca Al Fatihah dalam Shalat
Dari beberapa hadits yang telah disebutkan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa membaca Al Fatihah dalam shalat adalah sebuah keharusan. Dan para ulama telah menyepakati dan berijma' terhadap hal itu. Kewajiban ini semakin dipertegas lagi oleh sabda Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh 'Ubadah ibn Ash Shamit –radhiallahu 'anhu- : "Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Fatihah Al Kitab." (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah –radhiallahu 'anhu-, Rasulullah saw bersabda : "Tidak sah shalat yang tidak dibacakan di dalamnya Ummul Qur'an." (HR. Ibn Khuzaimah dan Ibn Hibban).

Itulah sebabnya, Ibn Katsir –rahimahullah- menyimpulkan bahwa membaca Al Fatihah itu hukumnya wajib bagi siapapun yang mengerjakan shalat, baik ia dalam posisi sebagai imam atau ma'mum, ataupun mengerjakannya sendirian. Dan surah ini dibaca di setiap raka'at, jenis apapun shalat yang Anda kerjakan.

Rabu, 15 Juli 2009

Rasulullah Salallahu alaihi wasallam

Tidak Ada Waktu Istirahat untuk Tubuh Letih Rasulullah
Madinah dikepung tentara gabungan kabilah-kabilah Arab. Kabilah Quraisy beraliansi dengan kabilah Ghathfan, kabilah Asad, kabilah Asyja’, kabilah Salim, dan kabilah Murrah. Pasukan sekutu (Ahzab) ini ingin memukul kekuatan kaum muslimin Madinah dengan satu serangan yang menghancurkan untuk selama-lamanya.

Pada tanggal 8 Dzulqa’idah 5 Hijriah atau sekitar April 627 Masehi, tentara Ahzab itu mendekati Kota Madinah. Gerakan mereka terhenti karena di celah antara dua gunung yang menjadi pintu masuk Madinah telah menganga parit pertahanan yang tidak bisa dilompati kuda-kuda mereka. (...)

Perang pun berubah menjadi perang adu daya tahan. Pasukan aliansi musyrikin Arab mengepung Madinah. Tentara Rasulullah saw., kaum muslimin, bertahan di belakang garis parit (Khandaq) yang mereka bangun. Lima belas hari lamanya perang daya tahan ini berlangsung. Sepuluh ribu tentara musyrikin Arab menunggu-nunggu kelengahan tiga ribu tentara muslimin di balik parit pertahanan mereka. Mereka secara berkala menggempur titik-titik pertahanan yang terlihat lemah.

Parit. Ini teknik perang gaya baru bagi dunia Arab saat itu. Salman Al-Farisi yang mengusulkan teknik perang bertahan itu. Tapi, membangun parit pertahanan yang lebar, panjang, dan dalam bukan perkara mudah. Berat. Melelahkan. Apalagi waktunya pendek. Harus sudah selesai sebelum pasukan musuh tiba.

Rasulullah saw. memimpin langsung penggalian parit itu. Seluruh penduduk Madinah dikerahkan. Rasulullah saw. membangun parit di sebelah Utara kota Madinah di antara dua pegunungan batu yang membentengi Madinah hampir di segala sisi, kecuali di bagian Tenggara kota. Rasulullah saw. sengaja tidak menggali parit di bagian ini. Itu pintu masuk Yahudi Bani Quraizhah ke kota Madinah.

Rasulullah saw. memang telah memperkirakan Bani Quraizhah suatu saat akan berkhianat. Namun Rasulullah saw. tetap berprasangka baik dan berpegang teguh pada Piagam Madinah yang ikut disepakati Bani Quraizhah. Dalam piagam itu, pihak-pihak yang membuat perjanjian sepakat untuk bahu-membahu mempertahankan kota Madinah dari serangan luar. Namun kemudian yang terjadi sebaliknya. Di perang ini Bani Quraizhah berkhianat.

Duh, sungguh berat sekali perang yang harus dihadapi Rasulullah saw. kali ini. Musuh ada di dua front. Tenaga dan pikiran Rasulullah saw. pasti terkuras habis. Al-Waqidi menggambarkan betapa lelahnya Rasulullah saw. Ia mendapat sanad yang berujung kepada Abu Waqid Al-Laitsi, seorang sahabat yang ikut dalam Perang Khandaq.

Abu Waqid Al-Laitsi bercerita, “Pada hari itu, kaum muslimin berjumlah tiga ribu orang. Aku melihat Rasulullah saw. sekali-kali menggali tanah dengan menggunakan cangkul, ikut menggali tanah dengan menggunakan sekop, serta ikut memikul keranjang yang diisi tanah. Suatu siang, sungguh aku melihat beliau dalam keadaan sangat lelah. Beliau lalu duduk dan menyandarkan bagian rusuk kirinya pada sebuah batu, kemudian tertidur. Aku melihat Abu Bakar dan Umar berdiri di belakang kepalanya menghadap orang-orang yang lewat agar mereka tidak mengganggu beliau yang sedang tidur. Pada waktu itu aku dekat pada beliau. Beliau kaget dan bangun terperanjat dari tidurnya, lalu berkata, ‘Mengapa kalian tidak membangunkan aku?’ Kemudian beliau mengambil kapak yang akan beliau gunakan untuk mencangkul, lalu beliau berdoa, ‘Ya Allah, ya Tuhanku, tidak ada kehidupan kecuali kehidupan akhirat. Maka, muliakanlah kaum Anshar dan wanita yang hijrah.’”

Tampaknya perang memang tidak mengizinkan Rasulullah saw. beristirahat. Ummu Salamah, istri Rasulullah, yang ikut berkemah di Markas Komando di Gunung Salah’, nama gunung di sebelah Utara Madinah, bercerita, “Demi Allah, aku berada di tengah kelamnya malam di kemah Rasulullah saw. Beliau sedang tidur sampai aku mendengar suara yang mengejutkan. Aku mendengar orang berteriak, ‘Yaa khailallah (wahai pasukan kuda Allah)! Rasulullah saw. menjadikan sebutan itu sebagai syiar panggilan Muhajirin: Ya kahilallah! Rasulullah saw. pun kaget mendengar suara orang itu, kemudian beliau keluar dari kemahnya.

Tiba-tiba ada sekelompok orang berjaga di depan kemah beliau. Salah seorang di antara mereka itu adalah Abbad bin Basyar. Beliau bertanya, ‘Ada apa dengan orang-orang?’ Abbad menjawab, ‘Ya Rasulullah, itu suara Umar bin Khaththab, malam ini gilirannya berseru, Ya khailallah.’ Orang-orang berkumpul kepadanya mengarah pada sebuah tempat di Madinah bernama Hunaikah di antara Dzahhab dan Masjid Al-Fath. Kemudian Rasulullah saw. berkata kepada Abbad bin Basyar, ‘Pergilah ke sana dan lihat, kemudian kembali lagi kepadaku, insya Allah, dan ceritakan keadaan yang terjadi di sana!’”

Ummu Salamah berkata, “Aku berdiri di dekat pintu kemah mendengarkan semua yang mereka bicarakan. Rasulullah saw. terus berdiri hingga Abbad bin Basyar datang, lalu ia berkata, ‘Ya Rasulullah, itu Amar bin Abd di kuda kaum musyrikin, ikut bersamanya Mas’ud bin Rujanah bin Raits bin Ghathfan di kuda Ghathfan, dan kaum muslimin melemparnya dengan lembing dan batu.’”

Ummu Salamah kemudian berkata, “Lalu Rasulullah saw. masuk ke dalam kemah dan memakai baju perangnya, kemudian beliau menunggang kuda perangnya diikuti para sahabatnya hingga sampai di tempat peperangan. Tidak lama setelah itu, beliau datang dalam keadaan gembira dan berkata, ‘Allah telah memalingkan mereka dan mereka banyak yang cidera.’”

Ummu Salamah berkata, “Setelah itu beliau tidur hingga aku mendengarkan suara dengkurannya. Aku mendengar pula suara lain yang mengejutkan, maka beliau terperanjat kaget dan memanggil dengan suara keras, ‘Ya Abbad bin Basyar!’ Abbad menjawab, ‘Labbaik (aku menyambut seruanmu)! Beliau berkata, ‘Lihat apa itu!’ Abbad bin Basyar pun langsung pergi, kemudian kembali dan berkata, ‘Itu Dharar bin Al-Khaththab ikut dalam pasukan berkuda kaum musyrikin dan ikut bersamanya Uyainah bin Hishn pada pasukan berkuda Ghathfan di Gunung Bani Ubaid. Kaum muslimin melempari mereka dengan batu dan lembing.’ Maka Rasulullah saw. berdiri memakai baju perangnya dan menunggang kudanya, kemudian berangkat dengan para sahabatnya menuju tempat peperangan tersebut. Beliau tidak kembali kepada kami hinggga menjelang waktu subuh. Setelah datang beliau berkata, ‘Mereka kembali dalam keadaan kalah dan banyak di antara mereka yang cidera.’ Kemudian beliau shalat subuh dengan para sahabatnya.

Ummu Salamah juga berkata, “Aku pernah bersama Rasulullah saw. menyaksikan peperangan yang di dalamnya banyak yang terbunuh dan menakutkan, yaitu Al-Muraisi’ dan Khaibar. Kami pun pernah ikut dalam peperangan Hudaibiyah. Dalam peperangan Fathu Mekkah dan Hunain, tidak ada yang lebih melelahkan bagi Rasulullah saw. dan tidak pula yang lebih menakutkan bagi kami daripada peperangan Khandaq, karena pada waktu itu kaum muslimin menghadapi semacam kesulitan dan Bani Quraizhah tidak bisa kami amankan terhadap Adz-Dzraari. Madinah dijaga hingga pagi. Takbir kaum muslimin terdengar hingga pagi karena gentingnya dan mereka tidak memperoleh keberuntungan apa pun. Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan dan Allah-lah yang mengirimkan angin dan malaikat kepada mereka. Sesungguhnya, Allah Mahakuat dan Maha Perkasa.”

Duh, sungguh peperangan di Perang Khandaq menguras tenaga Rasulullah saw. Ummul Mukminin Aisyah berkata, “Sesungguhnya aku melihat Sa’ad bin Abi Waqqash di suatu malam, sedang kami berada di Khandaq, menyaksikan . Dan aku masih benar-benar menyukai tempat itu.”

Aisyah berkata, “Rasulullah saw. selalu pergi menjaga lubang di Khandaq sehingga apabila beliau kedinginan, beliau datang kepadaku. Lalu aku hangatkan dalam pelukanku. Apabila beliau telah hangat, beliau keluar lagi menjaga lubang itu. Beliau berkata, ‘Aku tidak khawatir terhadap kedatangan orang-orang (musuh), tetapi aku khawatir mereka datang sementara aku tidak berada di lubang itu.’ Setelah Rasulullah saw. berada dalam pelukanku dan telah hangat, beliua berkata, ‘Andainya ada orang yang saleh menjagaku.’”

Aisyah berkata, “Hingga aku mendengar suara sejata dan bunyi gesekan pedang.” Lalu Rasulullah saw. berkata, “Siapa itu?” “Sa’ad bin Abi Waqqash.” Beliau berkata, “Jagalah lubang itu.” Aisyah berkata, “Rasulullah saw. lalu tertidur hingga aku mendengar dengkurannya.”

Hari demi hari berlalu. Pengepungan masih berlanjut. Angin dingin bertiup kencang. Medan perang semakin berat. Apalagi untuk pria paruh baya seperti Rasulullah saw. Dalam usia 57 tahun, tubuh Rasulullah saw. harus selalu siap siaga berjaga dan siap berperang setiap waktu. Beliau selalu bergerak cepat dari satu titik pertahanan ke titik pertahanan lain yang mendapat gempuran musuh. Serangan itu terjadi kapan pun tak kenal waktu. Siang dan malam. Rasulullah saw. hampir-hampir tidak bisa tidur selama peperangan berkecamuk. Rasulullah saw. adalah manusia biasa. Tubuhnya lelah. Kelelahan yang tiada tara. Tidak ada waktu istirahat untuk Rasulullah saw. Tidak ada.
(www.lmppwi.co.nr)

Rabu, 08 Juli 2009

Makan Katak, Boleh Atau Tidak

HUKUM MEMAKAN KATAK

Pertanyaan :
Assalamu alaikum, apakah ada hadist yang shahih tentang larangan membunuh katak, dan apakah haram memakannya, karena saya pernah mendengar ada hadistnya (Munawan)
Jawaban :
Wa’alaikum salam warahmatullah,
Hadits yang melarang membunuh katak diriwayatkan oleh Abu Daud (no. 3871 dan 5269), Nasaai (no. 4355) dan Daarimi (no. 1998)

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عُثْمَانَ أَنَّ طَبِيبًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ ضِفْدَعٍ يَجْعَلُهَا فِي دَوَاءٍ فَنَهَاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قَتْلِهَا

Dari Abdurrahman bin Utsman radhiyallohu anhu bahwa seorang dokter bertanya kepada Nabi Muhammad shallallohu alaihi wa sallam tentang katak dijadikan obat maka Nabi Muhammad shallallohu alaihi wa sallam melarang untuk membunuh katak.
Derajat Hadits :
Imam Abu Daud telah meriwayatkan hadits ini dengan sanad sebagai berikut : Abu Daud —> Muhammad bin Katsir —> Sufyan Ats Tsauri —> Ibn Abi Dzi’b —> Said bin Kholid —> Said bin Musayyib —> Abdurrahman bin Utsman
Sanad hadits Abu Daud di atas semuanya perowi yang tsiqoh (terpercaya) kecuali Said bin Kholid, derajat beliau menurut Ibnu Hajar : shaduq (jujur). Dengan demikian sanad Abu Daud hasan namun Syaikh Albani menghukumnya sebagai hadits shohih, mungkin saja karena beliau melihat beberapa syawahid (pendukung) yang menguatkannya. Kesimpulannya hadits ini adalah hadits yang diterima dan pantas dijadikan hujjah.
Syarah Hadits :
* Imam Khaththabi rahimahulloh berkata, “Hadits ini merupakan dalil bahwa katak haram dimakan dan tidak termasuk hewan air yang boleh dimakan…”
* Imam Abul Barakaat Ibn Taimiyah dalam kitab beliau Muntaqa Al Akhbar memasukkan hadits ini dalam bab yang beliau beri judul : “Bab Yang Diambil Manfaat tentang Hukum Keharamannya Berdasarkan Perintah untuk Membunuhnya atau Larangan Membunuhnya”. Maksud beliau bahwa kita bisa mengambil faidah haramnya suatu hewan berdasarkan salah satu dari dua sebab yaitu adanya perintah untuk membunuhnya atau adanya larangan membunuhnya.
* Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad hafizhahulloh –ketika menjelaskan hadits ini- beliau berkata, “Larangan membunuh katak menunjukkan haramnya dan tidak boleh dijadikan sebagai obat karena seandainya dibolehkan membunuhnya maka boleh saja digunakan untuk obat, karena kaidahnya adalah sesuatu yang boleh dibunuh dan digunakan maka boleh dijadikan sebagai obat dan sebaliknya sesuatu yang tidak boleh dibunuh maka tidak boleh dijadikan sebagai obat dan tidak boleh dimakan. Hal ini menunjukkan bahwa katak tidak boleh dimakan dan ini merupakan pengecualian dari hukum hewan yang hidup di laut. Maka katak tidak boleh dimakan karena Nabi Muhammad shallallohu alaihi wasallam telah melarang membunuhnya karena seandainya boleh dimakan tentu beliau mengizinkan untuk mengambil manfaat darinya sebagai makanan dan obat akan tetapi ketika beliau melarangnya maka jelaslah bahwa katak tidak boleh dimakan dan tidak boleh dijadikan sebagai obat”
Pendapat Fuqaha tentang larangan membunuh katak
Para ahli fiqh berbeda pendapat tentang larangan yang terdapat pada hadits di atas; apakah haram atau makruh?
Pendapat Pertama : Makruh; ini pendapat madzhab Malikiyyah dan sebagian dari Syafi’iyyah dan Hanabilah
Pendapat Kedua : Haram; ini pendapat Jumhur ulama yaitu dari kalangan Hanafiyyah, Syafi’iyyah dan Hanabilah. Imam Ibnu Hazm dan Syaikhul Islam Ibn Taimiyah juga sepakat mengharamkannya. Pendapat kedua inilah yang rojih karena hukum asal dari larangan adalah haram,wallohu a’lam
Sebelum kami mengakhiri penjelasan ini maka hal lain yang perlu diingatkan adalah ketika kita mengatakan memakan katak haram berarti kita juga mengharamkan untuk menjadikannya lahan bisnis, sebagaimana sabda Rasulullah shallallohu alaihi wa sallam,
(وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا حَرَّمَ عَلَى قَوْمٍ أَكْلَ شَيْءٍ حَرَّمَ عَلَيْهِمْ ثَمَنَهُ )

“…Sesungguhnya jika Allah mengharamkan atas suatu kaum memakan sesuatu maka berarti Allah juga mengharamkan harganya” (HR. Abu Daud dan Ahmad)
Wallohu A’lam bish Shawab wa Huwa Waliyyu At Taufiq

Selasa, 07 Juli 2009

Metode Para Pendahulu Yang Shalih Dalam Menuntut Ilmu

Setiap kita sebagai seorang muslim dituntut untuk senantiasa mempelajari agama ini sebab Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, yang artinya :
“Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim”(HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Kata-kata ( العلم ) “Ilmu” yang terdapat didalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah bukanlah yang dimaksud ilmu-ilmu yang bersifat keduniaan, akan tetapi yang dimaksud adalah ilmu agama, sebagaimana yang di-katakan oleh Imam Ibnu Hajar Al Asqalani : “Dan yang dimaksud dengan ilmu adalah ilmu syar’i” (Lihat Fathul Baari I:170)

Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu pernah mengatakan bahwa kebenaran tanpa di barengi oleh sistem dan strategi yang rapih akan dikalahkan oleh kebatilan yang dilakukan dengan menggunakan strategi yang sistematis. Demikian pula dalam proses belajar, ia memer-lukan strategi dan metode yang baik, karena sebesar apapun tenaga yang kita curahkan dan berapapun materi yang telah kita belanjakan, jika tidak dibarengi dengan metode yang bagus maka tujuan yang diharapkan sulit untuk tercapai. Dan diantara strategi dalam belajar tersebut adalah :

1. Niat Yang Ikhlas Hanya Kepada Allah.Allah Subhaana Wa Ta’ala berfirman, yang artinya :

وَمَا ٓ أُمِرُو ٓ اْ إِلَّا لِيَع ۡ بُدُواْ ٱللَّهَ مُخ ۡ لِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَا ٓ ءَ وَيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤ ۡ تُواْ ٱلزَّكَوٰةَ‌ ۚ وَذَ ٲ لِكَ دِينُ ٱل ۡ قَيِّمَةِ

“Tidaklah mereka diperintahkan kecuali untuk menyembah Allah dengan ikhlas kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus…” (QS. Al Bayyinah : 5)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Sesungguhnya amalan-amalan itu dengan niat dan sesungguhnya seseorang diberikan ganjaran sesuai dengan yang diniatkannya ….” (HR. Bukhari dan Muslim)

Oleh sebab itu tidaklah pantas bagi seorang penuntut ilmu syar’i dari ilmu yang dia miliki mengharapkan kedudukan, martabat dimasyarakat atau untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, yang artinya :
“Barang siapa yang menuntut ilmu, yang mana hal tersebut dituntut hanya untuk mengharapkan wajah Allah, namun ia tidak melakukannya kecuali untuk tujuan keduniaan belaka, maka dihari kiamat kelak ia tidak dapat mencium wangi syurga” (HSR. Ibnu Majah, Ahmad dan Abu Daud)

Berkata Imam Al Khatib Al Bagdadi rohimahullahu ta’ala: “Wajib bagi setiap penuntut ilmu untuk mengikhlaskan niatnya dalam menuntut ilmu, dan menjadikan tujuannya tersebut hanya mengharap-kan wajah Allah”


2. Mengikuti Sunnah Dan Mengamalkannya.Allah Subhaana Wa Ta’ala berfirman, yang artinya :

وَمَا ٓ ءَاتَ ٮ ٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَ ہ َ ٮ ٰكُم ۡ عَن ۡ هُ فَٱنتَهُواْ‌ ۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ‌ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱل ۡ عِقَابِ

“Apa yang diberikan oleh rasul, terimalah, dan apa yang dilarang bagimu maka tinggalkanlah” (QS. Al Hasyr : 7)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, yang artinya : “Saya telah meninggalkan kepada kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat selama kalian memegang teguh kedua perkara tersebut (yaitu) Kitabullah (Al Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya” (HR. Malik)


3. Bertahap Dalam Menuntut Ilmu

Kebanyakan dari para ulama salaf memulai pelajaran mereka dengan belajar adab, dan sementara mereka mempelajari adab mereka menghapal Al Qur’an kemudian baru dilanjutkan dengan mempelajari bidang-bidang ilmu lainnya.Berkata Abdullah bin Mubarak : “Saya mempelajari adab selama 30 tahun dan saya mempelajari ilmu (agama) selama 20 tahun, dan ada-lah mereka (para ulama salaf) memulai pelajaran mereka dengan mempelajari adab terlebih dahulu kemudian baru ilmu”.
Dan kebanyakan dari para ulama salaf telah mengajarkan anak-anak mereka adab sejak kecil dan juga mengajarkan mereka untuk menghapal Al Qur’an, tulis menulis dan ber akhlaq yang mulia, dan apabila mereka telah dianggap telah beradab, baru mereka diikutkan dalam majelis-majelis ilmu, berkata Sufyan bin Said Ats Tsaury : “Tidaklah mereka (para ulama salaf) mengirim anak-anak mereka untuk menuntut ilmu (agama) kecuali mereka telah beradab dan beribadah selama 20 tahun”.


4. Bersemangat Dalam Menuntut Ilmu


Telah banyak riwayat yang menceritakan bagaimana semangatnya para salafus shaleh dalam menuntut ilmu dan bagaimana mereka menjaga semangat tersebut agar tidak luntur, bahkan terkadang mereka berlari-lari untuk menghadiri majelis-majelis ilmu tersebut seperti yang dikatakan oleh Syu’bah bin Hajjaj : “Tidaklah saya melihat seorangpun yang berlari kecuali saya katakan bahwa ia (adalah salah satu dari 2 orang, kalau bukan) orang gila atau penuntut ilmu”.


Akan tetapi hal yang terpenting yang harus diperhatikan oleh setiap penuntut ilmu adalah hendaknya ia mengambil ilmu tersebut dari orang yang mengetahui betul tentang ilmu tersebut, jangan mengambil ilmu dari ahlul bid’ah, ahlul hawa atau dari orang yang lemah hafalannya. Berkata Imam Muhammad bin Sirriin : “Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka perhatikanlah dari siapa engkau mengambil agamamu tersebut”, diriwayat lainnya beliau katakan : “Dulunya mereka (para ulama salaf) tidak bertanya tentang isnad (orang yang meriwayatkan hadits) namun setelah tejadi fitnah, maka mereka mulai bertanya : “Dari siapa kamu mendengarkan hadits tersebut ?” maka dilihat, apabila ia termasuk ahlus sunnah maka diambil haditsnya dan dilihat apabila termasuk ahlul bid’ah maka haditsnya tidak diambil” (HR. Muslim).


Hal-hal Pengokoh Ilmu:

1. Pemahaman yang baik

Berkata Al Khatib Al Bagdadi : “Ilmu adalah pemahaman dan pengetahuan dan bukanlah banyaknya dan luasnya pengetahuannya tentang riwayat”Berkata Ibnu Abdil Barr :”Dan yang menjadi kesepakatan fuqahaa’ (ahli-ahli fiqh) dan para ulama adalah membenci memperbanyak riwayat tanpa adanya pemahaman dan ketelitian”


2. Menghapal Dan Mengamalkannya

Berkata Imam Ahlus Sunnah Ahmad bin Hanbal: ”Tidaklah sampai satu hadits pun kepadaku kecuali saya telah beramal dengannya, dan tidak-lah saya beramal dengannya kecuali saya telah menghapalnya”Berkata Waki’ bin Jarrah : ”Apabila kalian ingin menghapal hadits, beramallah dengannya”


3. Mengulang-ulangi Hafalan Bersama Dengan Guru atau Teman

Berkata Anas bin Malik Radhiyallahu Anhuma : ”Dulu ketika kami berada di dekat Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam, kami mendengarkan hadits-hadits dari beliau, apabila kami berdiri (telah bubar dari bermajelis bersama Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam) kami mengulang-ulang hafalan hadits tersebut sesama kami sampai kami menghafalnya” .Berkata Imam Al Khatib Al Bagdadi : “Sebaik-baik mudzakarah (mengulang-ulang pelajaran) adalah di waktu malam, ada sekelompok orang salaf memulai mudzakarah mereka dari Isya dan bisa jadi mereka tidak berdiri hingga mereka mendengarkan adzan shubuh”


4. Bersabar Dalam Menuntut Ilmu

Telah banyak riwayat yang menjelaskan bagaimana para ulama salaf bersabar dalam menuntut ilmu bahkan terkadang mereka harus menempuh perjalanan satu bulan untuk mendapatkan satu hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam.Oleh sebab itu para ulama salaf telah mewasiatkan kepada murid-muridnya untuk senantiasa bersabar dan menghindari ketergesa-gesaan dalam menuntut ilmu.

Berkata Imam Az Zuhri : ”Barangsiapa yang menuntut ilmu dalam jumlah banyak maka ilmu itu akan hilang dalam jumlah banyak pula, akan tetapi hendaknya ia mengambil ilmu tersebut (sedikit-demi sedikit) satu hadits kemudian dua hadits”Adapun salah satu wasilah atau perantara untuk mendapatkan ilmu tersebut adalah penguasaan bahasa Arab, karena bahasa ini ibarat gerbang masuk untuk memahami wahyu-wahyu Allah dan hadits rasul-Nya. Umar bin Khattab pernah memerin-tahkan kepada seluruh kaum muslimin yang berada di daerah kekuasa-annya untuk mempelajari ilmu hadits, faraidh (warisan) dan Nahwu (bahasa arab) sebagaimana mereka mempela-jari Al-Qur’an.Berkata Imam As Sya’bi : ”Kedudu-kan nahwu dalam ilmu seperti fungsi garam dalam makanan”


Maraji’:
- Min Hadyis Salaf Fi Thalabil ‘Ilmi
- Hilyatul Ilmil Mu’allim Wa Bulgatu Thaalibil Muta’allim

Kamis, 02 Juli 2009

Ilmu Salafush Shalih untuk Kaum Muslimin

Dalam tulisan berikut kami coba memaparkan beberapa atsar yang berisi nasehat dan keterangan akan pentingnya ilmu dan mempelajarinya.


Pertama: Dari 'Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Ilmu itu lebih baik daripada harta, ilmu akan menjagamu sedangkan kamulah yang akan menjaga harta. Ilmu itu hakim (yang memutuskan berbagai perkara) sedangkan harta adalah yang dihakimi. Telah mati para penyimpan harta dan tersisalah para pemilik ilmu, walaupun diri-diri mereka telah tiada akan tetapi pribadi-pribadi mereka tetap ada pada hati-hati manusia." (Adabud Dunyaa wad Diin, karya Al-Imam Abul Hasan Al-Mawardiy, hal.48)


Kedua: Dari 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu bahwasanya beliau apabila melihat para pemuda giat mencari ilmu, beliau berkata: "Selamat datang wahai sumber-sumber hikmah dan para penerang kegelapan. Walaupun kalian telah usang pakaiannya akan tetapi hati-hati kalian tetap baru. Kalian tinggal di rumah-rumah (untuk mempelajari ilmu), kalian adalah kebanggaan setiap kabilah." (Jaami' Bayaanil 'Ilmi wa Fadhlih, karya Al-Imam Ibnu 'Abdil Barr, 1/52)


Yakni bahwasanya sifat mereka secara umum adalah sibuk dengan mencari ilmu dan tinggal di rumah dalam rangka untuk mudzaakarah (mengulang pelajaran yang telah didapatkan) dan mempelajarinya. Semuanya ini menyibukkan mereka dari memperhatikan berbagai macam pakaian dan kemewahan dunia secara umum demikian juga hal-hal yang tidak bermanfaat atau yang kurang manfaatnya dan hanya membuang waktu belaka seperti berputar-putar di jalan-jalan (mengadakan perjalanan yang kurang bermanfaat atau sekedar jalan-jalan tanpa tujuan yang jelas) sebagaimana yang biasa dilakukan oleh selain mereka dari kalangan para pemuda.


Ketiga: Dari Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu, dia berkata: "Pelajarilah oleh kalian ilmu, karena sesungguhnya mempelajarinya karena Allah adalah khasy-yah; mencarinya adalah ibadah; mempelajarinya dan mengulangnya adalah tasbiih; membahasnya adalah jihad; mengajarkannya kepada yang tidak mengetahuinya adalah shadaqah; memberikannya kepada keluarganya adalah pendekatan diri kepada Allah; karena ilmu itu menjelaskan perkara yang halal dan yang haram; menara jalan-jalannya ahlul jannah, dan ilmu itu sebagai penenang di saat was-was dan bimbang; yang menemani di saat berada di tempat yang asing; dan yang akan mengajak bicara di saat sendirian; sebagai dalil yang akan menunjuki kita di saat senang dengan bersyukur dan di saat tertimpa musibah dengan sabar; senjata untuk melawan musuh; dan yang akan menghiasainya di tengah-tengah sahabat-sahabatnya.


Dengan ilmu tersebut Allah akan mengangkat kaum-kaum lalu menjadikan mereka berada dalam kebaikan, sehingga mereka menjadi panutan dan para imam; jejak-jejak mereka akan diikuti; perbuatan-perbuatan mereka akan dicontoh serta semua pendapat akan kembali kepada pendapat mereka. Para malaikat merasa senang berada di perkumpulan mereka; dan akan mengusap mereka dengan sayap-sayapnya; setiap makhluk yang basah dan yang kering akan memintakan ampun untuk mereka, demikian juga ikan yang di laut sampai ikan yang terkecilnya, dan binatang buas yang di daratan dan binatang ternaknya (semuanya memintakan ampun kepada Allah untuk mereka).


Karena sesungguhnya ilmu adalah yang akan menghidupkan hati dari kebodohan dan yang akan menerangi pandangan dari berbagai kegelapan. Dengan ilmu seorang hamba akan mencapai kedudukan-kedudukan yang terbaik dan derajat-derajat yang tinggi baik di dunia maupun di akhirat.Memikirkan ilmu menyamai puasa; mempelajarinya menyamai shalat malam; dengan ilmu akan tersambunglah tali shilaturrahmi, dan akan diketahui perkara yang halal sehingga terhindar dari perkara yang haram. Ilmu adalah pemimpinnya amal sedangkan amal itu adalah pengikutnya, ilmu itu hanya akan diberikan kepada orang-orang yang berbahagia; sedangkan orang-orang yang celaka akan terhalang darinya." (Ibid. 1/55)


Keempat: Dari 'Umar Ibnul Khaththab radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Sesungguhnya seseorang keluar dari rumahnya dalam keadaan dia mempunyai dosa-dosa seperti gunung Tihamah, akan tetapi apabila dia mendengar ilmu (yaitu mempelajari ilmu dengan menghadiri majelis ilmu), kemudian dia menjadi takut, kembali kepada Rabbnya dan bertaubat, maka dia pulang ke rumahnya dalam keadaan tidak mempunyai dosa. Oleh karena itu, janganlah kalian meninggalkan majelisnya para ulama." (Miftaah Daaris Sa'aadah, karya Al-Imam Ibnul Qayyim, 1/77)


Dan beliau juga berkata: "Wahai manusia, wajib atas kalian untuk berilmu (mempelajari dan mengamalkannya), karena sesungguhnya Allah Ta'ala mempunyai selendang yang Dia cintai. Maka barangsiapa yang mempelajari satu bab dari ilmu, Allah akan selendangkan dia dengan selendang-Nya. Apabila dia terjatuh pada suatu dosa hendaklah meminta ampun kepada-Nya, supaya Dia tidak melepaskan selendang-Nya tersebut sampai dia meninggal." (Ibid. 1/121)


Kelima: Berkata Abud Darda` radhiyallahu 'anhu: "Sungguh aku mempelajari satu masalah dari ilmu lebih aku cintai daripada shalat malam." (Ibid. 1/122)

Bukan berarti kita meninggalkan shalat malam, akan tetapi ini menunjukkan bahwa mempelajari ilmu itu sangat besar keutamaannya dan manfaatnya bagi ummat.


Keenam: Dari Al-Hasan Al-Bashriy rahimahullaah, beliau berkata: "Sungguh aku mempelajari satu bab dari ilmu lalu aku mengajarkannya kepada seorang muslim di jalan Allah (yaitu mempelajari dan mengajarkannya karena Allah semata) lebih aku cintai daripada aku mempunyai dunia seluruhnya." (Al-Majmuu' Syarh Al-Muhadzdzab, karya Al-Imam An-Nawawiy, 1/21)


Ketujuh: Dari Al-Imam Asy-Syafi'i rahimahullaah, beliau berkata: "Tidak ada sesuatupun yang lebih utama setelah kewajiban-kewajiban daripada menuntut ilmu." (Ibid. 1/21)

Adapun bait-bait sya'ir yang menjelaskan tentang permasalahan ilmu dan kedudukannya itu sangat banyak dan tidak bisa dihitung, dan di sini hanya akan disebutkan dua di antaranya:"Tidak ada kebanggaan kecuali bagi ahlul ilmi (orang-orang yang berilmu) karena sesungguhnya mereka berada di atas petunjuk bagi orang yang meminta dalil-dalilnya dan derajat setiap orang itu sesuai dengan kebaikannya (dalam masalah ilmu) sedangkan orang-orang yang bodoh adalah musuh bagi ahlul ilmi."Dan sya'irnya Al-Imam Asy-Syafi'i:
تَعَلَّمْ فَلَيْسَ الْمَرْءُ يُوْلَدُ عَالِمًا وَلَيْسَ أَخُوْ عِلْمٍ كَمَنْ هُوَ جَاهِلُوَإِنَّ كَبِيْرَ الْقَوْمِ لاَ عِلْمَ عِنْدَهُ صَغِيْرٌ إِذَا الْتَفَّتْ عَلَيْهِ الْجَحَافِلُوَإِنَّ صَغِيْرَ الْقَوْمِ إِنْ كَانَ عَالِمًا كَبِيْرٌ إِذَا رُدَّتْ إِلَيْهِ الْمَحَافِلُ
"Belajarlah karena tidak ada seorangpun yang dilahirkan dalam keadaan berilmu, dan tidaklah orang yang berilmu seperti orang yang bodoh. Sesungguhnya suatu kaum yang besar tetapi tidak memiliki ilmu maka sebenarnya kaum itu adalah kecil apabila terluput darinya keagungan (ilmu). Dan sesungguhnya kaum yang kecil jika memiliki ilmu maka pada hakikatnya mereka adalah kaum yang besar apabila perkumpulan mereka selalu dengan ilmu."

Disadur dari kitab Aadaabu Thaalibil 'Ilmi hal.18-22, Wallaahul Muwaffiq, Wallaahu A'lam.

Musuh Menyerang Pondasi Umat Islam

Kamu kecurian!, mendengar teriakan itu, akhirnya Aslam tersadar dari kelalaiannya. Dompetnya raib ditangan pencopet. “Yah, apa boleh buat harta bisa dicari tapi iman hanya bisa diraih dengan hidayah Ilahi gumamnya dalam hati.”
Saudaraku, Manusia takkan bisa membohongi nafsunya sendiri untuk tidak tergiur dengan sesuatu yang sangat berharga nan menyilaukan mata. Pencuri yang profesional pun akan berpikir keras untuk meraihnya dari sang pemilik, apa pun caranya.

Demikianlah halnya musuh Islam melihat bahwa harta termahal dari umat Islam adalah rukun iman. Dengan menghalalkan berbagai cara musuh berusaha mencuriya dari hati kaum muslimin. Kalau yang lumrahnya, pencuri mati hanya untuk memiliki harta tersebut, maka pencuri iman lebih sadis lagi kawan. Bukan cuma mati-matian doank bahkan untuk dicopot dan dihancurkan.
Selama ini musuh melihat bahwa yang menyatukan kaum muslimin adalah kalimat Laa Ilaaha Illallah Muhammadarrasulullah. Untuk itu, mereka menjadikannya sebagai agenda kerja hariannya. Mereka akan menghilangkan semua konsekuensi dari kalimat tersebut dengan menyebarkan syubhat dan pemahaman sesat. Bisa diprediksikan mereka akan mengingkari rukun iman dan rukun Islam, yang merupakan pondasi dalam Islam.
1.Mengingkari Rukun Iman
Saudaraku, dalam pembahasan ini penulis akan mengajak kamu untuk mengenal gembong aliran sesat. Kebencian mereka terhadap Islam telah nampak dengan usaha mereka untuk memasukkan pemahaman sesat tersebut dalam cabang ilmu Islam yang disebut dengan ilmu manthiq(logika) mereka ingin menyamakannya dengan ilmu arudh dalam sastra arab. Yaitu ilmu yang mempelajari timbangan dalam syair. Betapa pun usaha musuh untuk menutupi kebusukannya cepat atau lambat akan terungkap juga. Yakinlah kamu bisa mendeteksi rudal syubhat dengan radar ilmu agama yang benar.
Simaklah kedustaan-kedustaan mereka dalam masalah iman. Menurut mereka bukanlah seorang filosof yang masih beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kita-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari kiamat, serta berpegang dengan syariat Islam. mereka beranggapan bahwa orang yang masih percaya kepada rukun iman dalam Islam adalah orang yang bodoh. yah, Mereka ingin mengacaukan umat dengan menggunakan kebohongan agama.
Para ahli sejarah menyebutkan bahwa orang yang pertama kali berpendapat tentang keazalian alam (imajinasi/khayal semata) adalah Aristoteles. Aristoteles adalah seorang musyrik yang menyembah berhala. Dalam masalah ketuhanan ia memiliki pandangan yang seluruhnya keliru. dialah yang pertama kali meletakkan ilmu logika. Pengaruh paham ini sangat besar hingga meracuni pemikiran para filosof Islam. kota baghdad di iraq dikenal sebagai tempat munculnya filosof arab yang mengembangkan pemahaman sesat Aristoteles. Para ulama Ahlussunnah pun tidak tinggal diam dengan kesesatan mereka. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan ulama lainnya telah membantah pemahaman-pemahaman keliru Aristoteles lewat buku-bukunya.
Para pengikut paham aristoteles seperti Abu Nashr al-farabi, Ibnu Sina, an-Nashir at-Thusi berikut sekte-sektenya telah mengingkari rukun Iman. Berikut kami paparkan akidah-akidah mereka;
1.pemahaman mereka tentang Allah Subhanahu Wata’ala;
“jika Allah itu mengetahui hal-hal yang maujud(ada), maka tentu Dia akan merasakan kelelahan dan keletihan serta akan menjadi sempurna lantaran adanya pihak lain selain diri-Nya”.(perkataan Aristoteles).
Pengikut paham ini menyatakan bahwa Allah adalah wujud mutlak yang tidak mempunyai sifat, tidak berbuat apa-apa, tidak pernah menciptakan langit dan bumi karena ketidakadaannya, tidak mempunyai kekuasaan untuk melakukan sesuatu serta tidak mengetahui apa-apa. Jadi, mereka pada hakikatnya tidak percaya dengan adanya permulaan dan hari akhir(pembalasan), tidak beriman kepada Tuhan sang pencipta.
2. pemahaman mereka tentang keimanan kepada para malaikat.
Mereka tidak mengenal malaikat dan tidak beriman kepadanya. Menurut mereka, malaikat itu adalah sesuatu yang digambarkan oleh Nabi-menurut anggapan mereka-pada dirinya berupa bentuk-bentuk pencahayaan. Malaikat adalah akal pikiran, menurut mereka. Malaikat adalah sesuatu yang terpisah, yang tidak di alam dan tidak pula di luarnya; tidak di atas langit dan tidak pula di bawahnya; tidak merupakan individu-individu yang bergerak; tidak naik dan tidak turun; tidak mengatur sesuatu; tidak berbicara; tidak mencatat amalan-amalan hamba; tidak mempunyai sensitifitas dan gerak sama sekali; tidak berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain; tidak akan dibariskan di sisi Rabbnya; tidak mengerjakan shalat; tidak punya andil sama sekali dalam mengurus alam; tidak memegang jiwa hamba; tidak pula mencatat rezekinya, ajalnya dan amalnya; serta tidak mengawasi hamba dari sebelah kanan maupun kiri. Kesimpulannya mereka menganggap bahwa malaikat sama sekali tidak mempunyai hakikat.
3. mengenai kitab, menurut mereka, Allah itu tidak punya firman yang diturunkan ke bumi dengan perantara malaikat; Dia tidak pernah memfirmankan sesuatu, tidak akan berfirman, dan memang tidak boleh berfirman.
4. mengenai rasul dan nabi, mereka berpendapat bahwa kenabian itu mempunyai tiga kerakteristik; barang siapa yang memiliki tiga kerakteristik tersebut secara sempurna, maka dia adalah nabi. Jadi menurut mereka, kenabian itu merupakan salah satu dari bentuk pekerjaan(upaya) yang bisa didapatkan.
5. tentang masalah keimanan kepada hari akhir, mereka tidak mengakui terbelahnya langit, bertabrakannya bintang-bintang(planet), dan bangkitnya manusia yang sudah mati di alam kubur. Mereka juga tidak mengakui bahwa Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan yang telah menjadikan alam ini setelah sebelumnya tidak ada.
Jadi menurut mereka, tidak ada permulaan; tidak ada hari pembalasan; tidak ada pencipta; tidak ada kenabian; tidak ada kitab-kitab yang turun dari langit sebagai firman-firman Allah; dan juga tidak ada malaikat yang turun membawa wahyu dari Allah Ta’ala.
Sungguh agama kaum yahudi dan nashrani setelah dirombak dan diganti pun masih lebih baik ketimbang agama mereka. Kaum musyrikin yang menyembah berhala juga maih lebih baik dari mereka karena kaum musyrikin menetapkan adanya Tuhan sebagai pencipta yang maha mengetahui, maha kuasa dan maha hidup. Cukuplah sebagai suatu ketololan, kesesatan dan kebutaan bila harus berjalan di belakang mereka atau sampai berbaik sangka kepada mereka serta menganggap mereka sebagai manusia berakal.
Para pendahulu mereka yaitu fir’aun telah cukup menjadi pelajaran penting bagi orang-orang beriman dan sebagai peringatan bagi musuh-musuh Allah bahwa Allah akan menimpakan adzabNya dengan memusnahkan kaum yang mengingkari keberadaan-Nya sebagai pencipta yang Esa dengan nama-nama dan sifat-sifatNya yang mulia lagi sempurna.
Dengan wajah baru, para musuh mengemas syubhat-syubhatnya sesuai perkembangan zaman. Versi dan tipe baru dijajakan di muka publik tinggal siapa yang kan terjerat dan jadi korban. Diantara mereka ada yang berusaha melakukan studi perbadingan agama, studi ini terus berkembang hingga dibukalah program studi “perbandingan agama” di beberapa kampus dan universitas. Mereka berusaha menyamakan antara dua hal yang sangat berbeda sungguh suatu hal yang mustahil. Diantaranya, musuh ingin menyamakan antara agama nashrani dan Islam bahwa keduanya merupakan agama samawy(langit) yang menginginkan kebaikan hidup dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Keduanya dibawa oleh keturunan Ibrahim-keselamatan baginya- dan persamaan-persamaan yang sengaja dimunculkan ke permukaan untuk menggoyahkan iman kaum muslimin sehingga keberadaan mereka diterima dan diakui sebagai bagian dari Islam. selain itu, Buku-buku logika yang menuhankan akal juga banyak dicetak untuk dikonsumsi oleh umat Islam. sesat dan membingungkan tapi itulah yang ilmiah menurut mereka.
Kamu-kamu yang di sekolah jangan pernah merasa aman. Teori darwin, siapa yang tak kenal dengan Charles Darwin tokoh yang memperkenalkan teorinya bahwa manusia berasal dari evolusi kera. Kamu-kamu yang doyan menu biologi pasti pernah dikejutkan dengan teori itu? Atau kamu setuju dengannya? Orang awam saja tidak mau dibilangin moyangnya kera apalagi remaja muslim mesti protes dong! Yang namanya manusia tentu saja keturunan Nabi Adam dan istrinya Hawa. Moyang kita seorang yang mulia. Nah disinilah musuh membidik iman kamu.

Remaja Sasaran Empuknya

Tragis!, Menjadi sasaran empuk memang sangat menyakitkan. Hampir tidak ada manusia yang mau jadi sasaran atau korban penindasan. Namun hampir tak ada pula yang sadar ketika kehormatan agamanya telah ditindas. Adakah diantara kamu yang merasa teriris hatinya mendengar nasib saudara kita muslim yang tertindas di seluruh belahan dunia? Kalau biasa-biasa saja atau malah tidak mau tahu dengan itu berarti kamu perlu waspada karena rudal musuh bisa mengenai siapa saja dan mencabut emosi kamu untuk membela dan memperjuangkan Islam.

Sadarlah, gejala kurangnya perhatian remaja Islam akan realita umat adalah bentuk nyata berhasilnya musuh dalam meracuni pikiran generasi ini. Mereka telah dipalingkan dan disibukkan dengan kekaguman pada penampilan musuh yang memukau. Memang dunia telah ada di tangan mereka. Dunia teknologi, informasi dan ekonomi telah mereka kuasai. Tapi akhirat mereka nol dan capeknya mereka mengurus dunia dan memikirkan kehancuran Islam berujung dengan siksa neraka. Amalan yang sia-sia namun patut diwaspadai!
Islam ya’lu walaa yu’laa, Islam akan tetap mulia walaupun umat ini berbondong-bondong murtad dan berpaling darinya. Yakinlah jika kamu berhenti dan memilih bersama barisan musuh, niscaya Allah akan mendatangkan kaum lain yang akan berjihad membela agamanya. Siapakah yang mau tereliminasi di jalan yang lurus ini? Tentu tidak! simaklah pernyataan musuh tentang hasil pengamatan mereka;
“Mari kita adakan perbandingan, kebanyakan orang memang telah melantarkan al-Qur'an… kebanyakan orang bepergian ke sana kemari dan jarang bepergian menuju kota mekkah… kebanyakan orang demikian cenderung dengan gaya peradaban Barat sehingga menguasai semua tindak-tanduk mereka, baik dalam makan, minum, berpakaian, tempat tinggal”
Seorang hakim berkebangsaan perancis di Al-jazair satu abad sebelum ini pernah berkata, ''Kita wajib menghalangi al-Qur'an yang berbahasa Arab ini dari kehidupan mereka sehingga kita bisa mengalahkan mereka”(Ucapan-ucapan ini diambil dari kitab Qadah al-Gharb Yaqulun: 'Dammirul al-Islam Wa Abidul Ahlah ' karya Jala Al-Alim)
Sesungguhnya mereka telah melakukan penelitian dan pertemuan dengan para antek-anteknya untuk menjauhkan umat khususnya kaum remaja dari Islam. Kenapa mesti kamu yang jadi korban? Tanda tanya besar; apakah kamu mau menjadi korban berikutnya?
Ibrah para sahabat kan senantiasa menggema di sepanjang masa. Mereka pantas menjadi panutan kamu dalam menangkal serangan musuh sebagaimana mereka telah berpengalaman dalam berbagai medan pertempuran yang sangat dahsyat melawan musuh. Sekarang muncul sebuah pertanyaan bagi kamu; apakah yang menyebabkan mereka memiliki semangat juang yang tinggi hingga mereka rela mengorbankan tenaga, waktu, harta sampai nyawa sekalipun untuk Islam?
Ketahuilah sobat, ada beberapa hal yang perlu kamu perhatikan dalam memahami Islam sebagaimana pemahaman para sahabat. Teladanilah mereka, bukanlah mustahil jika semangat, umar, thariq bin ziyad, shalahuddin al ayyuuby kembali muncul di zaman ini. Kembali disandang oleh para kawula muda. Yakinlah, insyaAllah kamu pasti bisa!
Yang pertama, para sahabat memahami bahwa Islam adalah agama yang menginginkan perubahan.
Perubahan identik dengan istilah reformasi yang kamu kenal saat ini. Namun perubahan yang dinginkan oleh Islam adalah mencegah kemudharatan dan menebarkan kemaslahatan. Sungguh indah, namun hanya segelintir orang yang memahami indahnya Islam. Simaklah bagaimana Islam mengubah asumsi keliru masyarakat jahiliyah. Masalah ini sama ketika kita ingin membandingkan antara masyarakat pribumi dengan eksodus alias pendatang. Survei membuktikan bahwa orang pendatanglah yang banyak berhasil di negeri lain. Kenapa bisa demikian? Diantara sebabnya adalah karena masyarakat pendatang telah membandingkan kebiasaan di negerinya dengan negeri baru yang ia tempati. Kalau sebelumnya ia memahami bahwa tidur pagi adalah wajib, sekarang ia menyaksikan di lingkungan barunya bahwa orang-orang sudah beraktivitas dan sibuk sejak jam 4 subuh. Akhirnya asumsinya pun ia buang jauh-jauh dan kini ia mulai semangat dan berusaha bangun tidur sebelum jam 4 subuh. Demikialah Islam datang mengubah pemahaman masyarakat jahiliyah untuk kemaslahatan. Contohnya adalah pemahaman bahwa orang yang kuat adalah yang berbadan kekar, sehat dan sering berolah raga. Islam mengubah pemahaman ini dengan pernyataan bahwa orang yang kuat adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika ia marah. Atau pernyataan lain bahwa orang pintar adalah orang yang selalu ranking satu di sekolah atau yang tinggi nilai IPK nya di kampus. Islam mengubah pemahaman ini bahwa yang paling pintar adalah orang yang zuhud yaitu orang yang tidak terlena dengan dunia dan mementingkan akhiratnya semata.
Coba simak kisah Umar bin Khatthab yang memakan Tuhannya di zaman jahiliyah. Kisah singkatnya begini, merupakan kebiasaan orang arab musyrikin zaman jahiliyah adalah bersafar, untuk itu mereka membuat patung dari adonan tepung agar mereka bisa beribadah dalam perjalanan. Wal hasil, ketika lapar, patung-patung itu maraca preteli satu persatu. Umar sering tersenyum mentertawakan dirinya pada zaman jahiliyah. Akhirnya Beliau pun memeluk Islam dan berkhidmat untuk Islam setelah sebelumnya ia banyak memerangi umat Islam.
Demikianlah Islam yang dipahami sahabat, trus bagaimana dengan kamu? Apakah kamu masih memegang prinsip kamu yang bertentangan dengan Islam? Ingatlah sobat, diantara konsekuensi iqrar kalimat syahadat adalah menyerahkan diri, tunduk dan penghambaan di hadapan Allah. Lepaskanlah dirimu dari kejahiliyaan dan rangkullah indahnya Islam, dekaplah dalam pelukanmu.
Yang kedua, sahabat memahami bahwa Islam adalah untuk diperjuangkan.
Cukuplah abu bakar sebagai contoh keteladanan Beliau yang gigih mendakwahkan Islam, pada hari kedua memeluk Islam, Beliau sudah mengislamkan 6 orang. Padahal ayat yang turun waktu itu belum banyak. Beliau memahami bahwa Islam adalah agama dakwah. Perlu untuk diperjuangkan dan diangkat ke permukaan. Walau banyak cobaan yang menghadang, para sahabat –semoga Allah meridhoi mereka semua- tampil menjadi pembela Islam. Yah, mereka memahami bahwa konsekuensi masuk Islam adalah kita harus mendakwahkannya. Jadi secara otomatis kita menjadi seorang da’I atau ustadz dalam istilah lain pembawa misi(misionaris).
Yang ketiga, sahabat memahami bahwa konsekuensi dari perjuangan adalah pengorbanan.
Kamu masih ingat peristiwa turunnya wahyu pertama di gua hira sebagai tanda kerasulan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam setelah kejadian menegangkan di dalam gua Beliau keluar dan kembali dikagetkan dengan sosok makhluk yang sangat besar yang memenuhi ufuk timur dan barat. Dialah malaikat Jibril Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaih Wasallam pulang kepada istrinya Khadijah dengan gemetar. Sang istri menenangkannya dan membawanya kepada Waraqah ibn Naufal seorang pendeta ahlul kitab, setelah Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menceritakan kejadian yang dialaminya, Waraqah pun menjelaskan bahwa kejadian yang Beliau alami persis sama dengan Nabi Musa –keselamatan baginya- yang juga pernah dijumpai oleh malaikat Jibril. Dan yang perlu untuk kita camkan yaitu pernyataan Waraqah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam akan mendapatkan penindasan dari kaumnya atas risalah Islam yang Beliau bawa. Jadi, Islam menuntut kita untuk mengorbankan semua potensi yang kita miliki. Dakwah ini menuntut lahirnya para mujahid muda. Janganlah kamu merasa minder dengan Islam. Tampakkanlah, ingatlah kisah Khabbaab, sahabat yang pertama kali menunjukkan keIslamannya, Beliau pun mendapatkan perlawanan keras dari majikannya Beliau sering dipukul dengan besi panas. Nah, apakah kamu sudah pernah berdakwah terus dianiaya karenanya? Tentu tidak bukan? Ingatlah banyak remaja Islam yang telah terkena penyakit Wahn mereka minder dengan Islam dan takut untuk menampakkannya. Siapakah di balik semua ini? Apakah perang pemikiran sudah sampai menjangkiti para aktivis? Sungguh pertanyaan demi pertanyaan kan kulontarkan untuk mendobrak semangatmu dalam berjuang dan berkorban demi Izzul Islam wal Muslimin.

PERANG PEMIKIRAN

Assalaamu ‘Alaikum, senang bersama kalian lagi dalam majelis ilmu ini. Mudah-mudahan perjumpaan kita senantiasa dalam hidayah dan inayahnya.
Sobat Islam,...

Kamu sering nonton berita, baca koran atau majalah? Bagi kamu yang gemar nambah wawasan lewat media tersebut, fenomena miris kehidupan beragama kerap kali jadi menu utamanya. bicara soal moral, Orang tua kita banyak mengeluhkan hilangnya rasa malu anak-anak remaja zaman ini. Tentu saja orang tua kita telah membandingkan zamannya mereka dengan zaman kamu-kamu saat ini. Kalo dulu anak-anak seusia kamu masih gemar nongkrong di masjid menyandang kitab suci al-Qur’an alias suasana kota santri, jaman modern -saat ini- malah jadi bahan cemohan, akan banyak bibir yang mencibir. sok alimlah, kebanjiranlah buat kamu yang celananya di atas mata kaki, atau ninja hattori bagi yang pakai cadar. Usut punya usut ternyata mereka yang dicap seperti itu ngelakuinnya bukan sekedar mode belaka. Melainkan itulah ajaran Islam. Kok bisa salah paham sih? Emang mereka yang dongkol tidak pada tahu? Masalah sesat menyesatkan juga lagi marak-maraknya bak jamur di musim hujan. Apa golongan sesat juga dah bersemi di lingkungan kita? Segampang itukah kita menuduh sesat dan sesat? Apa dibalik semua ini? Pertanyaan ini akan kita ungkap dalam pembahasan kita kali ini. Tafaddhol bilqira’ah
1.Meracuni Pikiran Remaja
Sebelum ngebahas soal keberhasilan musuh dalam misinya, ada baiknya kamu ambil posisi duduk yang nyaman, untuk ngorek informasi tentang sebab alias biang keladi bin otak dari fenomena golongan sesat dan apa sih kaitannya dengan kaum remaja?
Dalam bahasan ini, kamu akan kuperkenalkan dengan istilah yang penuh tanda tanya yaitu “perang pemikiran”. Kata pertama adalah perang, yang terbayang ketika mendengarnya adalah kuda dan pedang di zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, ataukah rudal dan nuklir di zaman modern saat ini. Trus kata kedua adalah pemikiran, erat kaitanmnya dengan otak dan akal sebagai unsur penting bagi kehidupan. otak adalah biang akal dan pikiran yang dengannya manusia hidup layak dan menempuh jalan yang lurus alias tidak sesat. Jadi gimana jadinya kalau akal dan pikiran manusia sudah dijajah dan dikuasai oleh musuh? Kayak robot kali ya atau boneka yang bisa dikerjain semau kita. Tapi yang pasti istilah telah muncul pada abad ke 20 dan maksud dari istilah ini adalah upaya para pemikir barat untuk menguasai akal manusia, mengganti semua pemahaman atau keyakinan yang merupakan pokok ajaran suatu agama atau aturan dalam tatanan masyarakat atau kelompok tertentu dengan pemahaman lain sebagai langkah awal untuk menguasai wilayahnya. Istilah ini biasa juga didefenisikan dengan aksi pencucian otak atau akal.
Nah, sekarang maksud dari perang pemikiran sudah transparan. Yang terbayang dibenak kita adalah bahwa perang pemikiran merupakan suatu gagasan yang telah menyita waktu para musuh untuk meneliti strategi tempur yang jitu. Kata jitu memang tepat Sebagaimana keberhasilan dipengaruhi oleh pengalaman maka dapat ditargetkan usaha itu akan berhasil karena beranjak dari pengalaman. Nampaknya pembahasan kita semakin memancing tanda tanya dan kecemasan akan dampak yang ditimbulkannya kelak. Siapa lagi kalau bukan Islam yang jadi sasarannya. So, mari bersamaku mengusut strategi perang musuh selanjutnya kamu bisa waspada paling tidak membentengi diri atau kalau sudah mampu kamu bisa lansung terjun ke kancah peperangan dengan strategi dan benteng iman yang lebih hebat.
Saudaraku muslim, Perang yang dilancarkan musuh Islam dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu;
1.perang fisik, jenis ini menggunakan senjata dan bala tentara lengkap dengan pesawat tempur dan tank-tank serta segala alat perang yang semakin beragam bentuknya sesuai kemajuan teknologi.
2.perang pemikiran, dalam perang ini musuh menggunakan lisan, pemikiran, akal dan semacamnya yang dapat menguasai akal manusia.
Kedua perang ini mempunyai tujuan dan misi yang sama yaitu menguasai kaum muslimin secara terang-terangan atau pun terselubung.
Namun, dari segi dampak yang ditimbulkannya, perang pemikiran sangatlah berbahaya. Karena pikiran yang telah dikuasai merupakan cikal bakal untuk menguasai jiwa manusia. Jika akal dan pikiran seseorang telah terkuasai, sangatlah muda bagi musuh untuk menjinakkan dan mengarahkannya sesuai kehendaknya. Oleh karena itu, sesungguhnya para musuh islam telah menempuh jalan ini yaitu menguasai akal dan pikiran umat. Mereka menghapus semua keyakinan dan pemahaman yang menjadi pondasi iman umat dan akhirnya umat pun jatuh tersungkur tak sadar dan lupa dengan keislamannya yang hakiki. Wallahu nasta’an
2.Sejarah singkat munculnya golongan sesat
Perang pemikiran merupakan awal dan induk dari semua aliran sesat. Tentu saja ini muncul dan dibawa oleh orang-orang yang benci terhadap Islam. Menengok masa silam, sejarah telah mencatat bahwa upaya musuh Islam untuk menghancurkan Islam lewat perang pemikiran telah dimulai pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di madinah yaitu ketika muncul kemunafikan dikalangan orang muslim saat itu. Kemudian berlanjut pada masa pemerintahan khulafaurrasyidin dan pada generasi setelah mereka sampai pada saat sekarang ini.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa madinah adalah kota islam yang pertama. Setelah islam menguasai kota madinah, para orang kafir pun terpaksa masuk Islam demi untuk mendapatkan perlindungan hidup di tengah-tengah kaum muslimin. Padahal mereka menyimpan dendam dan kebenciannya kepada umat Islam.
Langkah awal dari upaya musuh untuk menghancurkan Islam adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Pertanyaan tersebut bukanlah untuk memperoleh ilmu atas ketidaktahuan, namun sebagai upaya untuk menanamkan keraguan terhadap Islam dalam tubuh kaum muslimin. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah ditanya oleh seorang Yahudi tentang hakikat ruh. Beliau juga pernah ditanya oleh orang Yahudi tentang dzat Allah. Mereka berkata kepada Beliau; gambarkanlah kepada kami tentang Tuhanmu! Apakah Tuhanmu terbuat dari emas atau perak? Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dikategorikan sebagai usaha musuh Islam untuk membuyarkan umat dari akidah islam yang benar.
Kemudian datang setelahnya masa pemerintahan khulafaurasyidin dan muncullah seseorang yang bernama Abdullah bin Saba. Dia adalah orang yahudi dari yaman. Dia masuk Islam dengan menyimpan kemunafikan dalam hatinya. Kebenciannya terhadap Islam nampak ketika dia menyebarkan fitnah terhadap Khalifah Utsman bin ‘Affan –semoga Allah meridhoinya-. Fitnah itu berakhir tragis dengan terbunuhnya Beliau –semoga Allah meridhoinya-. Abdullah bin Saba adalah pencetus lahirnya golongan Syi’ah yang ghuluw(berlebih-lebihan) dalam mengkultuskan ahlul bait Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Ali bin Aby Thalib beserta kedua anaknya Hasan dan Husain, juga kepada anak perempuan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Sayyidah Faathimah Az-Zahraa. Golongan syiah inilah yang banyak melakukan pelanggaran dan kedustaan dalam Islam pada masa itu hingga saat sekarang ini. Dari golongan ini, lahirlah dua golongan yang paling berbahaya atas perang pemikiran yang dilancarkannya terhadap Islam. Golongan itu biasa disebut dengan firqah al Baathiniyyah dan firqah al Qaraamithah.
Demikianlah peperangan yang dilancarkan oleh musuh Islam dari kalangan Yahudi. Lalu bagaimana halnya dengan kaum Nashrani? Bagaimana bentuk perlawanan mereka? Tentu saja musuh-musuh Islam dari Yahudi dan Nashrani takkan tinggal diam melihat kejayaan Islam di muka bumi ini. Allah Subhanahu Wata’ala telah mengungkap kebencian mereka terhadap dien ini dalam firmanNya;
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.(al-Baqarah:120)
Adapun kaum nashrani, mereka melancarkan perang pemikiran terhadap Islam dengan menyebarkan syubhat dan keraguan dalam aqidah atau kepercayaan umat Islam. Mereka menanamkan keraguan dalam hati kaum muslimin terhadap kebenaran al-Qur’an sebagai wahyu juga terhadap pengesaan Allah Subhanahu Wata’ala. Perang pemikiran ini mulai muncul pada masa pemerintahan al Umawy. Salah satu tokoh yang melancarkan perang pemikiran ini adalah seorang laki-laki yang bernama Yohanna ad Dimasyqy. Dia adalah laki-laki yang tumbuh di lingkungan gereja al Qibthah.
Jadi, upaya musuh dari kalangan zionis(yahudi) dan salibis(nashrani) untuk memerangi Islam dari dalam telah dimulai sejak masa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di madinah, masa Khulafaurasyidin, masa pemerintahan al Umawy dan terus berlanjut sampai hari ini.
3.Tujuan Perang Pemikiran
Berikut kami paparkan tujuan perang pemikiran yang dilancarkan oleh musuh-musuh Islam secara garis besar sebagai berikut;
1.menghancurkan Islam dari dalam tubuh Islam itu sendiri hingga kaum muslimin merasa malu dan hina dengan Islam. Akibatnya seorang muslim akan lalai dalam ibadahnya, tidak menghidupkan syiar-syiar Islam dan tidak berprilaku Islami. Akhlak yang rusak merupakan cermin dari akidah yang rusak. Jika akidah seorang muslim telah rusak, maka tatanan kehidupan masyarakat juga akan carut marut dengan munculnya sifat munafik, riya, kemungkaran yang merajalela dan semakin terkikisnya pelaksanaan syariat.
2.memecah belah persatuan kaum muslimin dengan menyebarkan fitnah di kalangan umat islam. Kisah terbunuhnya ketiga khalifah yang mulia; Umar, Utsman dan Ali-semoga Allah meridhoi mereka- merupakan awal dari upaya memecah belah barisan kaum muslimin. Dan jika umat telah terpecah, maka musuh akan leluasa untuk menguasai dan menghancurkan Islam.
3.memojokkan Islam di mata dunia. Para musuh senantiasa memutar balikkan fakta dan mengadakan kebohongan tentang Islam dengan menguasai media pemberitaan. Mereka menampakkan bahwa umat Islam adalah umat terbelakang karena tidak mementingkan ilmu pengetahuan, tidak mau maju, percaya dengan hal-hal yang berbau khurafat, dan seterusnya.
4.menonjolkan kehidupan orang barat sebagai masyarakat yang maju dan yang tidak mau berkiblat pada mereka akan terbelakang. Mereka menyuarakan kepada umat Islam bahwa sebab kemajuan yang mereka capai saat ini adalah karena mereka berlepas diri dari keyakinan dan pemahaman agama. Dan sebab keterbelakangan kaum muslimin adalah karena mereka masih berpegang teguh pada ajaran agama mereka. Sungguh ini merupakan perhatian bagi para dai untuk menjelaskan kepada umat bahwasanya sebab kemajuan orang barat adalah karena mereka menempuh berbagai penelitian dan percobaan dalam setiap cabang ilmu. Mereka menggali ilmu pengetahuan dan memanfaatkan teknolgi yang ada. Ada pun sebab keterbelakangan kaum muslimin adalah karena mereka belum menggali ilmu pengetahuan yang terkandung dalam al-Qur’an dan belum melaksanakan sepenuhnya perintah Allah dalam al-Qur’an untuk menuntut ilmu memanfaatkan segala nikmat Allah. Namun, musuh Islam sungguh sangat lihai melihat kelemahan kaum muslimin. Mereka menyuarakan agar umat Islam melepaskan agamanya untuk bisa maju seperti mereka. Wallahu nasta’an.
Coba lihat diri kamu apakah diantara tujuan misi musuh tersebut diatas telah nampak hasilnya di abad ini? Yang pastinya usaha mereka kan terus berlanjut sampai umat ini lengah dan tak berdaya lagi. Sadar atau tidak dampaknya telah terasa khususnya bagi kamu yang muda. Sekali lagi kamulah sasaran utamanya. Periksa dirimu dan lepaskan belunggu musuh. Mulailah langkah baru dalam barisan remaja pembela Islam. Apapun langkahmu pastikanlah bahwa itu untuk kejayaan Islam.
4.Media musuh dalam perang pemikiran
Kamu telah mengetahui tujuan utama dari perang pemikiran yaitu menghapus aqidah Islam dalam tubuh kaum muslimin. Untuk mewujudkan misi ini, para musuh telah menggunakan sarana yang beragam sesuai objek atau mangsa yang menjadi sasaran. Diantara wasilah yang mereka gunakan adalah;
1.membangun sarana pendidikan seperti sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan di seluruh negara tujuan. Mereka menerapkan metode pembelajaran di dalam lembaga pendidikan tersebut dengan membuyarkan pemahaman umat tentang Islam baik sejarah peradaban Islam masa lalu hingga saat ini. Menanamkan sejak dini kepada generasi Islam bahwa kiblat mereka bukanlah Islam, bukan pula Madinah al Munawwarah atau al-Qur’an dan Muhammad. Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Melainkan kiblat mereka yang sebenarnya adalah orang barat dan cara hidup mereka.
Sekolah in telah mencetak alumni-alumninya dan pengaruhnya telah nampak pada abad ke 20 M. para alumni itulah yang menggantikan posisi orang barat(musuh Islam) dalam melaksanakan perang pemikiran. Sungguh cerdik, para musuh mengendalikan orang pribumi sebagai tangan panjang dalam melancarkan misi-misinya. Mereka menjadikan para pemuda sebagai sasaran utamanya.
2.mengirim utusan-utusan dari negara-negara barat yang berlindung dibalik nama kemanusiaan. Mereka mendirikan LSM untuk panti asuhan, panti jompo, dan yang bergerak di bidang bantuan sosial berupa materi kepada fakir miskin dan bantuan kesehatan. Mereka memanfaatkan LSM tersebut sebagai sarana untuk membina dan mempengaruhi orang-orang yang datang minta bantuan. Sehingga orang-orang fakir menjadi korban utamanya. Mereka mempengaruhi para korban yang mayoritas umat Islam untuk menolak ajaran agamanya sendiri dan mau menggantinya dengan pemahaman dan pemikiran orang-orang barat.
3.menanamkan pemahaman-pemahaman barat kepada instansi pemerintah khususnya di bidang pendidikan bahwa keterbelakangan kaum muslimin disebabkan oleh masih kuatnya mereka dalam menjalankan agamanya dan kemajuan orang barat disebabkan oleh lepasnya agama dari kehidupan mereka. Beranjak dari pemahaman inilah, pemerintah dari berbagai negara Islam mengirim para pelajar, mahasiswa dan para peneliti dalam suatu program yang bernama studi banding atau dalam bentuk beasiswa ke luar negeri. Disanalah para utusan ini di cuci otak dan pikirannya dan diganti dengan pemikiran barat hingga mereka dapat pulang dan menyebarkan illmu yang diperolehnya khususnya di kalangan pemuda Islam.
4.menerbitkan dan menyebarkan berbagai macam buku dan majalah. Termasuk diantaranya buku-buku terjemahan. Sebagian besar buku tersebut berisi tentang teknik membentuk akal dan jiwa manusia. Contoh buku-buku itu adalah; cerpen, novel, filsafat, syair-syair, kisah-kisah, pola dan gaya hidup modern. Buku-buku inilah yang menjadi proyek besar mereka untuk diterjemahkan dan disebar luaskan di kalangan muda-mudi Islam. Buku-buku tersebut membawa misi perang pemikiran. Adapun buku-buku ilmu pengetahuan dan teknologi seperti; fisika, kimia, kedokteran, arsitek, geologi dan astronomi, maka mereka tidak memperkenankan untuk diterjemahkan kepada umat Islam. Mereka menganggapnya sebagai ilmu yang dirahasiakan. Demikianlah usaha musuh Islam untuk menguasai umat Islam secara terang-terngan atau pun terselubung.
5.menyaurakan kebebasan yang tidak kenal batas dibalik nama HAM.
Beberapa media tersebut adalah contoh kecil dari kesungguhan mereka dalam kebathilan yang terorganisir. Media tersebut akan terus bertambah dan berubah sesuai perkembangan zaman.

Beberapa Masalah Tentang Air

Para ulama memulai pembahasan "at-thahaarah" dalam buku-buku mereka dengan pembahasan masalah air, karena air adalah merupakan alat untuk berthahaarah.
Air dalam kaitannya dengan thaharah terbagi dalam dua klasifikasi, yaitu; air yang boleh digunakan untuk bersuci dan air yang tidak boleh digunakan untuk bersuci.

Air Yang Boleh Dipakai Untuk Bersuci
Air yang boleh digunakan untuk berthaharah -secara umum- adalah segala jenis air yang belum keluar dari kemutlakannya. Ciri yang digunakan untuk mengidentifikasi sebuah air mutlak adalah air yang penamaannya belum dirangkaikan dengan nama benda yang mencampurinya; tidak dikatakan air teh, air kelapa, dll.
Allah Azza Wajalla berfirman;
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah." (Al-maaidah; 6)
"Kami turunkan dari langit air yang amat bersih," (Al-furqaan; 48)
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda (do'a iftitah);
"Ya Allah, jauhkanlah antaraku dan antara kesalahan-kesalahanku, sebagaimana engkau jauhkan anta timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari segala kesalahan, sebagaimana dibersihkan pakaian putih dari segala macam noda. Ya Allah, bersihkanlah segala kesalahanku dengan menggunakan air, salju maupun embun" (H.R Al-bukhari, no. 702)
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda -menjelaskan tentang air laut-;
"Laut itu suci airnya, dan halal bangkainya" (H.R At-tirmidzi, no. 64)
Ali-semoga Allah meridhoinya- berkata;
"Pernah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam meminta setimba air zamzam, kemudian beliau minum dan berwudhu dari air tersebut" (H.R Ahmad, no. 532)
Termasuk dalam kategori air yang boleh digunakan untuk bersuci adalah;
Air yang berubah salah satu sifatnya (warna, rasa atau baunya) karena lama tergenang.
Air yang telah digunakan bersuci (berwudhu atau mandi junub).
"Wahai Abu hurairah, sesungguhnya mukmin itu tidaklah najis" (H.R Al-bukhari, no. 267).
Ibnu Al-mundzir berkata; "Diriwayatkan bahwasanya Ali, Ibnu Umar, Abi Umamah, 'Athaa', dll, berpendapat; boleh bagi seorang yang lupa membasuh kepalanya untuk membasuhnya dengan menggunakan sisa air dari jenggotnya yang masih basah".
Air yang bercampur dengan benda suci, selama benda itu tidak mendominasi pencampuran tersebut, hingga menyebabkan hilangnya kemutlakan air itu, yang ditandai dengan penggandengan nama benda suci tersebut setelah kata "air", dikatakan; air teh, air kapur, dll.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda kepada para wanita yang memandikan putrinya yang telah wafat;
"Mandikanlah ia 3 atau 5 kali atau lebih dari itu -bila diperlukan- dengan menggunakan air dan daun sidr (daun yang digunakan untuk membersihkan sesuatu). Campurlah air itu -pada akhirnya- dengan menggunakan kafuur (benda berminyak dan berbau harum) atau sedikit dari benda tersebut" (H.R Al-bukhari, no. 1175). Hadits ini menunjukkan bolehnya menggunakan air yang telah bercampur dengan benda suci untuk bersuci, karena air yang digunakan untuk memandikan mayat -haruslah- merupakan air -yang juga sah- digunakan untuk bersuci.
Air yang telah bercampur dengan najis, namun percampuran tersebut tidaklah merubah salah satu sifat air (warna, rasa atau baunya). Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda;
"Sesungguhnya air itu tidaklah najis" (H.R Ahmad, no. 2954)
Al-imam An-nawawi –semoga Allah merahmatinya- berkata; "Para ulama telah sepakat bahwa air itu tidaklah najis, kecuali bila berubah salah satu dari sifatnya ketika bercampur dengan sebuah benda najis". (Taudhihu Al-ahkaam, jilid 1, hal. 93-94)
Air Yang Tidak Boleh Digunakan Untuk Bersuci.
Dari uraian diatas, diketahui bahwa air yang tidak boleh digunakan untuk bersuci adalah air yang telah lenyap sifat kemutlakannya. Lenyapnya sifat kemutlakan air itu dapat disebabkan oleh 2 hal, yaitu;
1.Bercampurnya air dengan benda suci, yang menyebabkan hilangnya kemutlakan air. Contohnya; air bercampur dengan sabun, sehingga orang yang melihat air tersebut akan berkata; "itu air sabun".
2.Bercampurnya air dengan benda najis, dimana percampuran tersebut merubah salah satu dari ke-3 sifat air mutlak, sebagaimana ijma'(kesepakatan) yang telah dinukil dari perkataan Al-imam An-nawawi -terdahulu-.

Thaharah

Akhyfillah, ibadah shalat adalah rukun kedua dari rukun-rukun Islam setelah kalimat syahadat. Dengan shalatlah seorang muslim dan kafir dapat dibedakan, dialah tiang agama ini, dan amalan yang pertama kali akan dihisab, jika ia baik maka baik pulalah amalan yang lain.

Sungguh perintah shalat telah disebutkan dalam banyak ayat di dalam al-Qur’an. Terkadang shalat disebutkan sebagai perintah Allah untuk dilaksanakan, terkadang pula disebutkan keutamaannya, ataukah disebutkan beriringan dengan perintah untuk bersabar sebagai jalan keluar dari setiap permasalahan.
Walhasil, Maa laa yatimmu al waajib illa bihi fahuwa waajib kaidah ini erat hubungannya dengan pentingnya bersuci karena shalat tidak akan sah tanpa didahului dengan bersuci dari hadats dan najis sesuai kemampuan hamba.
Pengertian Thaharah
Thaharah secara bahasa artinya bersih, kebersihan atau bersuci. Sedangkan menurut istilah ialah suatu kegiatan bersuci dari hadats dan najis sehingga seseorang diperbolehkan untuk mengerjakan suatu ibadah yang dituntut dalam keadaan suci seperti shalat dan thawaf.
Kegiatan bersuci dari hadats dapat dilakukan dengan berwudhu, tayammum dan mandi, sedangkan bersuci dari najis meliputi mensucikan badan, pakaian dan tempat.
Dalil yang memerintahkan untuk bersuci antara lain :
"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang mensucikan diri". (Al-Baqarah : 222).
"Dan bersihkanlah pakaianmu dan jauhilah perbuatan yang kotor (dosa). (Al-Muddatstsir : 4 - 5).
"Kebersihan itu sebagian dari iman." (HR. Mulim dari Abu Said Al-Khudri).
"Allah tidak akan menerima sholat seseorang yang tidak bersuci." (HR. Muslim).

Jadikan hidupmu ibadah

Ibadah adalah segala sesuatu yang dicintai dan diridhoi oleh Allah baik berupa perkataan, perbuatan yang tampak dan amalan hati. Ibadah mengandung dua unsur penting di dalamnya; cinta yang sempurna kepada Allah dan kehinaan yang seutuhnya di hadapan Allah.

Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada kami dengan harap dan cemas dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada kami.(al Anbiyaa:90)
Setiap aktivitas kita bisa menjadi ibadah yang berpahala di sisi Alllah sebagai contoh; Seseorang yang makan dengan niat untuk kenyang, akan mendapatkan satu manfaat yaitu, rasa kenyang yang dia inginkan. Sedangkan orang yang makan dengan niat untuk kuat dalam ketaatan kepada Allah, akan mendapatkan rasa kenyang dan pahala dari Allah.
Syarat-syarat ibadah ada tiga; tekad yang kuat dalam mewujudkan ibadah itu, niat yang tulus dan ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. Ikhlash kepada Allah adalah keadaan dimana semua aktivitas berupa perkataan, perbuatan anggota tubuh maupun hati ditujukan untuk mengharapkan keridhoan Allah.
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.(al Bayyinah:5)
Sedangkan ikhlas kepada Rasul-Nya adalah dengan mengikuti sunnah Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Dari Ummul Mu’minin Ummu Abdillah ‘Aisyah-semoga Allah meridhoinya- diriwayatkan bahwa ia berkata;”telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam;”barang siapa yang membuat-buat sesuatu dalam urusan agama kami yang bukan dari kami, maka hal itu ditolak”.(diriwayatkan oleh Imam al Bukhari dan Imam Muslim)
Dan dalam riwayat Imam Muslim;”barang siapa yang melakukan sesuatu perbuatan yang kami tidak kami perintahkan, maka perbuatan tersebut tertolak”.

Raih kemuliaan dengan jihad

Jihad berasal dari kata jaahada-yujaahidu yang bermakna; mengerahkan segenap tenaga dan kesungguhan untuk menaklukkan musuh. Jihad dari segi musuhnya terbagi menjadi 3;...

jihad terhadap diri sendiri
jihad terhadap diri sendiri adalah membiasakan diri untuk menunaikan kewajiban-kewajiban serta meninggalkan hal-hal yang diharamkan. Jihad terhadap nafsu membutuhkan kesungguhan dan pengorbanan yang besar. Karena setiap manusia memiliki dua nafsu yaitu nafsu (ammaarah) yang senantiasa mengajak kepada kejahatan, dan nafsu (muthmainnah) yang tenang dalam ketaatan. Keduanya akan saling mempengaruhi. Maka, nafsu yang muthmainn akan berjihad melawan nafsu ammaarah. Aktivitas manusia yang paling banyak membutuhkan jihad terhadap diri sendiri adalah ikhlas kepada Allah dalam beribadah, bermuamalah, menuntut ilmu dan lainnya.
Para salaf adalah teladan dalam berjihad melawan hawa nafsu. Mereka senantiasa mengikhlaskan niatnya kepada Allah dalam segala ibadahnya. Sebagian salaf berkata;”saya tidak berjihad terhadap diriku sendiri atas sesuatu yang melebihi jihadku terhadap keikhlasan, karena manusia condong hatinya untuk dilihat manusia atau mengerjakan amalan akhirat sedangkan hatinya condong kepada niat untuk mendapatkan sesuatu dari kenikmatan dunia atau selainnya.
Jadi keikhlasan mengharuskan kamu untuk jihad yang ekstra kuat.
Jihad terhadap diri sendiri adalah jihad pertama yang harus dilakukan sebelum jihad terhadap orang munafiq dan orang kafir. Bahkan setiap amalan memerlukan jihad terhadap diri sendiri. Diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, bahwasanya Beliau bersabda ketika Beliau pulang dari perang Tabuk;”kita telah pulang dari jihad yang paling kecil menuju jihad yang paling besar”. Maksudnya jihad terhadap diri sendiri.(al ‘Ajaluuny dalam kasyful khifaa-i/10/511)
jihad terhadap orang-orang munafiq
Jihad terhadap orang munafiq adalah diantara jihad yang paling sulit. Karena orang munafiq adalah musuh dalam selimut. Bahkan mereka adalah musuh yang sebenarnya. Allah berfirman;
mereka Itulah musuh (yang sebenarnya) Maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?(al Munaafiquun:4)
Dan orang-orang munafiq-kita memohon perlindungan Allah darinya- mereka berada diantara kita, mereka shalat, bersedekah, puasa dan mengaku bahwa mereka adalah Islam. Akan tetapi mereka adalah mata-mata bagi kita;
Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami Telah beriman". dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok."(al Baqarah:14)
Bisa saja ada seorang datang kepadamu yang mengaku ingin menuntut ilmu, kamu bersamanya dan menjadikannya sahabat. Ia menampakkan perhatiannya padamu. Jika ia bertemu dan ditanya oleh sesamanya dari orang munafiq; kenapa kamu berteman dengan orang mukmin? Ia menjawab;sebenarnya saya hanya berolok-olok saja kepadanya..sebagaimana orang munafiq telah muncul di zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, mereka telah menyelinap di tubuh kaum muslimin saat ini.
Lalu, bagaimana berjihad terhadap orang munafiq? Mereka tidak akan mungkin diperangi dengan pedang, kenapa? Karena mereka mengaku sebagai orang mukmin. Oleh sebab itulah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak mengizinkan untuk membunuh orang-orang munafiq. Belilau menolak untuk membunuh mereka dan bersabda;”janganlah manusia membicarakan bahwa Muhammad membunuh sahabatnya”.(Bukhari/kitab tafsir/4905)
Jadi, jihad terhadap mereka adalah jihad dengan ilmu dan peringatan. Jangan putus asa karena telah banyak orang munafiq yang bertaubat pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, sebagaiman firman Allah;
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" Tidak usah kamu minta maaf, Karena kamu kafir sesudah beriman. jika kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.(at Taubah:65-66)
Kapankah ampunan berlaku bagi mereka? Yaitu dengan iman dan taubat dari nifaq. Allah Ta’ala telah memberikan nikmatnya kepada orang-orang munafiq hingga mereka bertaubat. Maka janganlah berputus asa dalam mendakwahi mereka. Berjihadlah dengan ilmu, penjelasan dan nasehat kepada jalan yang lurus. Peringatkanlah mereka tentang akibat dari perbuatannya.
jihad terhadap orang-orang kafir dan yang memerangi Islam.
Dari Abu Hurairah-semoga Allah meridhoinya- Beliau berkata;’Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda;”amalan apakah yang paling afdhol? Beliau berkata;”iman kepada Allah dan RasulNya, dikatakan, kemudian apa? Beliau berkata;”jihad di jalan Allah”, dikatakan, kemudian apa? Beliau berkata;”haji mabrur”(Bukhari/kitab iman/26)
Dari Ibnu Mas’ud-semoga Allah meridhoinya-Beliau berkata;”saya berkata;”wahai Rasulullah, amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala? Beliau berkata;”shalat pada waktunya” aku berkata;”kemudian apa?” Beliau berkata;”berbakti kepada kedua orang tua” aku berkata;”kemudian apa?”Beliau berkata;”jihad di jalan Allah”.(Bukhari/kitab iman/26)
Allah berfirman;
“…dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan Ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”(at Taubah:36) yaitu kita diwajibkan untuk memerangi mereka semuanya. Setiap orang kafir wajib atas kita untuk memeranginya sampai mereka mengatakan;Laa Ilaaha Illallah, mendirikan shalat, memberikan zakat, berpuasa di bulan ramadhan, berhaji, atau membayar jizyah(Jizyah ialah pajak per kepala yang dipungut oleh pemerintah Islam dari orang-orang yang bukan islam, sebagai imbangan bagi keamanan diri mereka) sedangkan mereka tunduk terhadap Islam. Jika mereka telah sepakat untuk membayar jizyah dan bersedia tunduk dalam Islam, maka mereka telah selamat dari perang. Sebagaimana firman Allah;
Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari Kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.(at Taubah:29)
Maka wajib atas muslimin untuk memerangi kaum kafir dimanapun mereka berada sampai mereka menerima untuk membayar jizyah.
Jika ada yang bertanya; bagaimana jihad terhadap mereka pada zaman ini? Kita katakan sesunggunya wajibnya jihad mempunyai beberapa persyaratan diantaranya; kemampuan sebagaimana firman Allah Ta’ala; “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu…”(at Taghaabun:16) dan firmanNya;”Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. dia Telah memilih kamu dan dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan…”(al Haaj:78)
Saat ini kita telah menyaksikan kejadian yang sangat memperihatinkan dimana kaum muslimin saling membunuh, dan mereka tidak berpikir untuk meninggikan kalimat Allah. Diantara mereka ada yang berjihad dengan menyembelih manusia seperti menyembelih hewan. Mereka banyak melakukan kerusakan dan menimbulkan banyak kerugian, mereka menjatuhkan kehormatan Islam. Bagaimana mereka dapat memerangi kaum kafir sedangkan para pemimpin di negeri itu telah menjual kehormatan islam dengan menengadahkan tangan kepada kaum kafir. Dan tidak adanya kesiapan yang matang untuk berjihad di jalan Allah.
Sebagian saudara-saudara kita telah terpengaruh dengan kemajuan yang diperoleh oleh kaum kafir. Mereka menganggap aktivitas mereka lebih baik dari keseharian umat Islam seperti shalat, puasa, haji dan sebagainya. Mereka telah dibutakan oleh dunia, lalu meninggalkan saudara-saudara mereka dan mendukung kaum kafir hanya karena dunia. Bagaiman kita berjihad dalam keadaan seperti ini?
Allah berfirman; “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui.”(al Baqarah:216) siapakah yang mewajibkannya? Allah yang telah mewajibkannya, walaupun kita membencinya karena itu adalah baik bagi kaum muslimin. Allah telah mempersiapkan kebaikan yang banyak bagi orang yang berjihad;”Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui.”(ash Shaaf:10-11)
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki.Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(Ali Imran:169-170)
Kaum muslimin telah diwajibkan untuk memerangi musuh-musuh Allah dari kalangan Yahudi, Nasharani, orang musyrik, syiah dan selainnya demi tegaknya kalimat Allah. Dengan pilihan; apakah mereka masuk islam ataukah mereka membayar jizyah dan tunduk atas Islam. Kita tidak mengatakan bahwa mereka harus masuk Islam akan tetapi kita katakan bahwa Islam harus tegak di muka bumi ini. Jika mereka menolak kedua pilihan tersebut maka wajib untuk diperangi. Akan tetapi sebelum memeranginya kita diwajibkan untuk mempersiapkan kekuatan sebagaimana firman Allah;”Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi…”(al Anfaal:60) dan kekuatan ada dua yaitu; kekuatan iman dan materi. Yaitu iman kepada Allah disertai amal shalih. Namun keadaan kaum muslimin saat ini sangatlah memprihatinkan, karena mereka telah terbelakang dari kedua kekuatan utama itu.
Jadi, jihad wajib hukumnya, namun ia seperti kewajiban yang lain yang harus disertai dengan kekuatan untuk menunaikannya. Wallahu A’lam
Manakah yang lebih utama(afdhol) antara ilmu dan jihad di jalan Allah?
Syaikh 'Utsaimin menjawab pertanyaan ini dalam kitab penjelasan hadits arbain an Naway;"Jawabannya; dilihat dari posisinya sebagai ilmu, maka ilmu lebih afdhol daripada jihad di jalan Allah, karena semua manusia membutuhkan ilmu. Imam Ahmad pernah berkata;"ilmu tidak dapat dihargai dengan sesuatu apa pun bagi yang niatnya benar" dan tidaklah selamanya jihad itu menjadi wajib 'ain(wajib bagi setiap orang) sebagaimana firman Allah dalam surah atTaubah ayat 122;
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). (Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
" Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang)" sekiranya fardhu 'ain maka tentunya jihad akan diwajibkan bagi seluruh kaum muslimin. "(Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang" yaitu kaum yang lain tinggal(tidak ikut berperang). ” untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya."(at Taubah:122)
Akan tetapi karena setiap orang berbeda keadaan dan zamannya, maka mungkin kita katakan kepada seseorang;bahwa yang paling afdhol bagimu adalah jihad dan pada orang yang lain bahwa yang afdhol baginya adalah menuntut ilmu. Jika ia adalah orang yang mempunyai semangat dan kuat tapi ia bukan orang yang cerdas, maka yang afdhol baginya adalah jihad karena dia layak untuk berjihad. Ada pun jika orang itu cerdas, kuat dalam hafalan, kuat dalam berhujjah, maka yang afdhol baginya adalah menunutut ilmu jadi ini tergantung dari keadaan seseorang. Ada pun dari segi zaman maka jika kita berada di jaman yang banyak di dalamnya Ulama dan Islam membutuhkan orang-orang yang bisa membentengi pertahanan kaum muslimin dari musuh, maka yang afdhol bagi kita adalah jihad. Ada pun jika kita berada di zaman yang tersebar kebodohan yang nampak dan tersebar perbuatan bid'ah dalam masyarakat, maka menuntut ilmu lebih afdhol.

Takkan Membaik Sebelum Ia Kembali

Wahai sobat, saya kagum dengan perjuangan saudara-saudara kita dalam mendakwahkan Islam. Namun, tentu ada saja yang perlu dibenahi dalam dakwah itu.

Dakwah Islam adalah dakwah kaffah, ia tidak condong kepada sisi tertentu. Islam mendakwahkan tauhid atau pengesaan kepada Allah dengan tuntunan al-Qur'an dan Sunnah tanpa menutup mata terhadap sisi yang lain. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam berdakwah dengan tauhid, akhlak dan seluruh sendi kehidupan lainnya. Dakwah tersebut beliau lakukan secara fardiyah(face to face), sembunyi-sembunyi dan terang-terangan. Hasilnya pun sangat menakjubkan, umat menerima Islam dan akhirnya tegaklah Syariat Islam. Para sahabat meneruskan dan memperluas dakwah ke pelosok negeri. Khilafah berdiri kokoh menaungi umat. Para musuh Islam menjadi segan dengan Islam dan mereka hidup aman dan tentram oleh keadilan Islam.
Simaklah pesan-pesan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada para aktivis dakwah;
Dari Abu Najih al Irbadh bin sariyah-semoga Allah meridhoinya- diriwayatkan bahwa ia berkata;"suatu hari Rasulullah shallallahu 'Alaihi Wasallam memberi kepada kami wejangan yang menggetarkan hati dan membuat air mata kami berlinang. Maka kami berkata;'wahai Rasulullah, tampaknya ini adalah wejangan terakhir, maka berilah kami wasiat." Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda;"Aku memberi wasiat kepada kalian supaya tetap bertaqwa kepada Allah 'Azza Wajalla, serta tetap mendengar perintah dan taat, walaupun yang memerintah kalian itu seorang hamba. Karena sesungguhnya siapa saja di antaramu yang masih hidup sepeninggalku nanti pasti akan melihat banyak perselisihan. Maka kalian wajib memegang teguh sunnahku dan sunnah Khulafaurrasyidin yang diberi petunjuk. Dan gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi gerahammu serta jauhilah olehmu urusan-urusan yang dibuat-buat (bid'ah), karena sesungguhnya segala bid'ah itu sesat".(HR. Imam Abu Daud dan Imam Tirmidzi dan dia berkata Hadits hasan shahih)
Dan 'Abdullah bin Mas'ud pernah berkata;"Rasullah shallallahu 'Alaihi Wasallam membuatkan kami sebuah garis kemudian Beliau bersabda;"(garis lurus) ini adalah jalan Allah, kemudian dari garis lurus itu, ia menarik beberapa garis ke kiri dan ke kanan.lalu Beliau bersabda;"dari setiap jalan ini ada syaithan yang memanggil kepadanya. Kemudian Beliau membaca ayat;
Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), Karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya.(al An'Am:153).(Shahih Ibnu Hibban 6/13/1)
Aktivis idaman umat adalah yang berpegang teguh pada jalan pendahulu mereka yaitu al-Qur'an dan Sunnah Rasul-Nya. Mereka senantiasa mengajak dan menyeru manusia pada syariat dan hukum Allah. Mereka adalah orang-orang yang senantiasa mengatakan;
Ya Tuhan kami, kami Telah beriman kepada apa yang Telah Engkau turunkan dan Telah kami ikuti rasul, Karena itu masukanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah)".(ali Imran:53)
Mereka menegakkan hujjah bagi para penentang syariat Allah, al-Qur'an adalah Imam mereka, ayat-ayat-Nya menjadi pembeda antara kebenaran dan kebathilan, kebenaran adalah perhatian mereka sedangkan sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah senjata dan tameng mereka. Maka ikutilah jalan mereka wahai sobat. Raihlah kemenangan dalam langkahmu.
Simaklah pesan dari Syaikh Utsaimin kepada para aktivis untuk bersatu, berdakwah dengan tadarruj(bertahap) dan kelembutan;
Syaikh Utsaimin berkata tentang hukum hijrah dari negeri orang fasiq;"….jika ia menetap dan berdakwah di jalan Allah sesuai kondisinya maka orang lain akan menjadi baik karenanya. Dan yang lain akan memperbaiki pula yang lainnya sampai mereka dapat memperbaiki negeri tersebut dengan tangannya. Jika masyarakat telah baik, maka pemimpin juga akan menjadi baik. Walaupun melalui jalan penekanan. Akan tetapi yang dapat merusak ini adalah orang-orang yang egois (memperbaiki dirinya sendiri). Kita akan mendapati orang yang seperti ini membuat kelompok-kelompok tertentu dan saling berselisih karena suatu masalah diantara masalah-masalah agama yang sebenarnya dibolehkan berbeda di dalamnya. Inilah yang banyak terjadi. Apatah lagi di negeri yang Islam tidak diterapkan sepenuhnya(tidak kuat) di dalamnya. Dan ada kemungkinan mereka saling bermusuhan dan melakukan kekerasan hanya karena suatu masalah misalnya masalah mengangkat tangan di dalam shalat. Saya akan menceritakan pada kalian kisah yang terjadi pada seseorang di Mina, pada suatu hari, datanglah kepadaku seorang ketua perdamaian antara kedua kelompok yang saling mengkafirkan satu sama lain. Atas apa?? Ia berkata; salah seorang diantara keduanya berkata; termasuk sunnah ketika berdiri dalam shalat adalah meletakkan kedua tangan di atas dadanya sedangkan kelompok yang kedua mengatakan bahwa yang benar adalah dengan meluruskan tangan ke bawah. Dan masalah ini adalah masalah yang sangat ringan dan bukanlah masalah ushul atau furu'(cabang), mereka berkata; tidak, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda;"barang siapa yang membenci sunnahku maka ia bukan dari jalanku(golonganku)" dan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam berlepas diri dari pengkafiran ini. Oleh karena itulah pemahaman yang seperti ini adalah pemahaman yang salah. Karena keduanya saling mengkafirkan.
Dan masalah yang perlu diperhatikan adalah; bahwasanya orang-orang yang mau mengadakan perbaikan di negeri yang Islam belum kuat di dalamnya, mereka saling melontarkan hujatan antara satu dengan yang lain. Seandainya mereka bersepakat dan ketika mereka berbeda pendapat, mereka mau berlapang dada menerima perbedaan itu dan mereka bersatu dalam satu tekad. Maka umat ini akan menjadi baik. Akan tetapi jika umat melihat bahwa orang yang mendakwahkan agama ini dan yang senantiasa konsisten saling mengklaim berbeda dalam masalah agama maka hal ini akan menjadi sorotan buruk bagi mereka dan mereka akan berpencar menjauh dari para penyeru dakwah dan berpaling dari kebaikan dan kebenaran. Bahkan kemungkinan akan terjadi umat akan kemabali mengalami penurunan. Kita berlindung kepada Allah, kita telah melihat seorang pemuda yang menjadi konsisten bahwa agama ini adalah baik, petunjuk dan ia berlapang dada, hatinya tenang namun, ia melihat orang-orang yang konsisiten yang saling berbeda, membenci, mendengki, bermusuhan akhirnya pemuda tersebut tidak konsisten lagi karena ia tidak mendapatkan apa yang diharapkannya. (Syarah al ‘Arbain an Nawawy, Syaikh Utsaimin/17-18)